This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

10 Maret 2009

Kemesraan Terlarang? (milis sebelah)

Kemesraan Terlarang?
Diarsipkan di bawah: Diari Hati — greata @ 15:39

Siang ini, panas membuatku keringatku bercucuran. Perut lapar, tapi tak tahu mau makan apa. Makan nasi g enak, makan soto juga g minat. Akhirnya, beli lotek aja di warung di dekat SMA MUHI. Karena yang beli banyak ya terpaksa ngantri dulu.

Selang beberapa menit, datang sepasang anak muda. Dengan gaya boncengan yang “norak” banget, mereka berhenti. Agaknya sudah lapar setelah jalan-jalan. Aku masih larut dalam lamunanku memikirkan catatan pinggir Gunawan Mohammad yang barusan ku baca “Syahrir di Pantai“. Tiba-tiba terdengar cekikikan cewek dari samping. Eh, ternyata anak muda yang lagi masyuk dengan alunan cinta ini lagi bermesraan. Sang cowok memegang lengan si cewek, ya pura-pura mijat gitu. Awww, suara teriakan cewek mengalihkan perhatian pembeli yang juga lagi ngantri. Sementara mereka semakin asyik tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Para cewek dengan celana setengah paha berseliweran memakai sepeda motor. Dengan santai dan pe-de. Ngak tahu teriknya mentari siang ini. Duh, kenapa terlalu banyak godaan syahwat di zaman ini?

Apakah arti kesucian cinta? Dimanakah pesona seorang wanita? Bisakah semua diraih dengan ikatan yang dinamakan pacaran? Show keindahan tubuh yang yang dibalut kain kekurangan bahan? Entahlah…

Di zaman, orang begitu mudah mengatakan kata-kata “munafik” telah membuat kontrol sosial semakin lemah. Hingga tak ada lagi wibawa dan batas-batas kesopanan. “Ah, sok suci”, “Munafik lo”. Itulah tembakan balasan kepada orang-orang yang memcoba untuk mengatakan mana yang baik dan mana yang tak diperbolehkan.

Mungkin dunia ini sudah terlalu tua. Ya, setiap orang akan dimintai pertanggung-jawaban sendiri-sendiri. Lagian, setiap orang punya pikiran dan hati nurani untuk berpikir mana yang salah, mana yang benar.

Ingatlah di Setiap Detik Kehidupanmu...

Mungkin tulisan seperti ini telah sering kita membaca ...
Namun alangkah indahnya ketika Allah memberikan izin untuk kembali mengulangnya...
Sebab itulah bukti kasih sayang-Nya...

Sebuah "pengingat" berharga yang ana dapat hari ini...
Di pekan usbu ruhiy...
Melalui http://www.dakwatuna.com
Oleh Dr. Attabiq Luthfi
***


Ruhiyah adalah bekal yang terbaik bagi setiap muslim, terutama bagi seorang da’i. Ruhiyah inilah yang akan memotivasi, menggerakkan dan kemudian menilai setiap perbuatan yang dilakukannya.. Keberadaan ruhiyah yang baik dan stabil menentukan kualitas sukses hidup seseorang, demikian juga dengan dakwah.

Sangat tepat ungkapan yang menyatakan,
“Ar-Ruhiyah qablad dakwah kama Annal Ilma qablal qauli wal amal”.

Ungkapan ini merupakan “iqtibas” dari salah satu judul bab dalam kitab shahih Al-Bukhari,
“Berilmu sebelum berbicara dan beramal, demikian juga memiliki ruhiyah yang baik sebelum berdakwah dan berjuang”.

Dalam konteks dakwah, menjaga dan mempertahankan ruhiyah harus senantiasa dilakukan sebelum beranjak ke medan dakwah, sehingga sangat ironis jika seseorang berdakwah tanpa mempersiapkan bekal ruhiyah yang maksimal, bisa jadi dakwahnya akan ”hambar” seperti juga ruhiyahnya yang sedang ”kering”.

Allah swt berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kalian bersama-sama, sujudlah dan sembahlah Tuhanmu, kemudian lakukanlah amal kebaikan, dan berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benar jihad”.
(Al-Hajj: 77-78)

Menurut susunannya, ayat di atas memuat perintah Allah kepada orang-orang yang beriman berdasarkan skala prioritas; diawali dengan perintah menjaga dan memperbaiki kualitas ruhiyah yang tercermin dalam tiga perintah Allah: ruku’, sujud dan ibadah, kemudian diiringi dengan implementasi dari ruhiyah tersebut dalam bentuk amal dan jihad yang benar. Yang diharapkan dari menjalankan perintah ayat ini sesuai dengan urutannya adalah agar kalian meraih kemenangan dan keberuntungan dalam seluruh aspek kehidupan, terlebih urusan yang kental dengan ruhiyah yaitu dakwah. Tentunya susunan ayat Al-Qur’an yang demikian bijak dan tepat bukan semata-mata hanya memenuhi aspek keindahan bahasa atau ketepatan makna, namun lebih dari itu, terdapat hikmah yang layak untuk digali karena susunan ayat atau surah dalam Al-Qur’an memang bersifat “tauqifiy” (berdasarkan wahyu, bukan ijtihad).

Peri pentingnya ruhiyah dalam dakwah dapat dipahami juga dari sejarah turunnya surah Al-Muzzammil. Surah ini secara hukum dapat dibagikan menjadi dua kelompok; kelompok yang pertama dari awal surah hingga ayat 19 yang berisi instruksi kewajiban shalat malam dan kelompok kedua yang berisi rukhshah dalam hukum qiyamul lail menjadi sunnah mu’akkadah, yaitu pada ayat yang terakhir, ayat 20.

Bisa dibayangkan satu tahun lamanya generasi terbaik dari umat ini melaksanakan kewajiban qiyamul lail layaknya sholat lima waktu semata-mata untuk mengisi dan memperkuat ruhiyah mereka sebelun segala sesuatunya. Baru di tahun berikutnya turun rukhshah dalam menjalankan sholat malam yang merupakan inti dari aktivitas memperkuat ruhiyah. Hal ini dilakukan, karena mereka memang dipersiapkan untuk mengemban amanah dakwah yang cukup berat dan berkesinambungan.

Pada tataran aplikasinya, stabilitas ruhiyah harus diuji dengan dua ujian sekaligus, yaitu ujian nikmat dan ujian cobaan atau musibah. Karena bisa jadi seseorang mampu mempertahankan ruhiyahnya dalam keadaan susah dan banyak mengalami ujian dan cobaan, namun saat dalam keadaan lapang dan senang, bisa saja ia lengah dan lupa dengan tugas utamanya.

Inilah yang dikhawatirkan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya,
“Bukanlah kefaqiran yang sangat aku khawatirkan terjadi pada kalian, tetapi aku sangat khawatir jika (kemewahan, kesenangan) dunia dibentangkan luas atas kalian, kemudian karenanya kalian berlomba-lomba untuk meraihnya seperti yang pernah terjadi pada orang-orang sebelum kalian. Maka akhirnya kalian binasa sebagaimana mereka juga binasa karenanya”.
(Bukhari dan Muslim).

Maka seorang mukmin yang kualitas ruhiyahnya baik adalah yang mampu mempertahankannya dalam dua keadaan sekaligus.
Demikianlah yang pernah Rasulullah isyaratkan dalam sabdanya,
“Sungguh mempesona keadaan orang beriman itu; jika ia mendapat anugerah nikmat ia bersyukur dan itu baik baginya. Namun jika ia ditimpa musibah ia bersabar dan itu juga baik baginya. Sikap sedemikian ini tidak akan muncul kecuali dari seorang mukmin”.
(Al-Bukhari)

Dalam konteks ini, contoh yang sempurna adalah Muhammad saw. Beliau mampu memelihara stabilitas ruhiyahnya dalam keadaan apapun; dalam keadaan suka dan duka, senang dan sukar, ringan dan berat. Justru, semakin besar nikmat yang diterima seseorang, mestinya semakin bertambah volume syukurnya. Semakin besar rasa syukurnya, maka akan semakin tinggi voltase dakwahnya. Begitu seterusnya sehingga wajar jika Rasulullah tampil sebagai abdan syakuran.

Karena memang demikian jaminan Allah swt,
“Barangsiapa yang bersyukur, maka pada hakikatnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya”
(Luqman: 12).

Orang yang bersyukur akan memperoleh hasil syukurnya, yaitu kenikmatan ruhiyah yang ditandai dengan hidup menjadi lebih bahagia, tenteram dan sejahtera. Karena bersyukur hakikatnya adalah untuk dirinya sendiri.

Dan ternyata kesuksesan dakwah Rasulullah saw yang diteruskan oleh para sahabatnya sangat ditentukan –selain dari pertolongan Allah- dengan kekuatan ruhiyahnya. Selain dari qiyamul lail yang menjadi amaliyah rutin sepanjang masa, cahaya Al-Qur’an juga senantiasa menyinari hatinya.

Allah swt menegaskan dalam firman-Nya,
“Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Ia dibawa turun oleh Ar-ruhul Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan”.
(Asy-Syu’ara’: 192-194).

Demikian persiapan Muhammad sebelum menjadi Rasul yang akan memberi peringatan yang merupakan tugas yang berat dan mengandung resiko adalah dengan dibekali Al-Qur’an yang akan senantiasa mengarahkan hatinya.

Dalam hal ini, Dr. Yusuf Al-Qaradawi pernah menyatakan dengan tegas rahasia kekuatan Al-Qur’an, “
القرآن روح رباني تحيا به القلوب والعقول
“Al-Qur’an adalah kekuatan Rabbani yang akan menghidupkan hati dan pikiran”.

Al-Qur’an akan senantiasa memancarkan kekuatan Allah yang akan kembali menghidupkan hati dan pikiran yang sedang dirundung duka dan kemaksiatan. Kekuatan nabi Muhammad sendiri ada pada kekuatan hatinya yang senantiasa dicharge dengan cahaya Al-Qur’an. Dan demikian seharusnya, kekuatan dakwah seseorang ditentukan oleh kekuatan ruhiyahnya, bukan dengan aspek secondary dan formalitas lainnya.

Pada masa yang sama, agar ruhiyah tetap stabil terpelihara, maka harus dijaga dengan banyak beramal, meskipun hanya sedikit. Karena amal yang terbaik menurut Rasulullah saw adalah amal yang berkesinambungan,
“Sebaik-baik amal adalah yang berkesinambungan meskipun sedikit demi sedikit”.
(Tirmidzi).

Dalam konteks ini, Inkonsistensi ruhiyah pernah ditegur oleh Rasulullah saw,
“Janganlah kamu seperti si fulan; dahulu ia rajin qiyamul lail, kemudian ia tinggalkan”.

Penguatan aspek ruhiyah sebelum yang lainnya pada hakikatnya merupakan bentuk kewaspadaan seorang mukmin di hadapan musuh besarnya yaitu setan yang seringkali bergandeng bahu dengan manusia untuk melancarkan serangannya dan merealisasikan misinya. Tepat ungkapan Prof. Muhammad Mutawlli Asy-Sya’rawi:.
يأتى الشيطان من نقطة الضعف للانسان
“Setan akan senantiasa mengintai dan mencari titik lemah manusia”.

Dengan licik dan komit, setan senantiasa mengincar kelemahan manusia tanpa henti, karena ia tahu bahwa setiap manusia memiliki kelemahan dan oleh karenanya manusia diperintahkan untuk berlindung hanya kepada Allah dengan memperkuat aspek ruhiyahnya.

Demikianlah, aspek ruhiyah selalu menjadi potensi andalan para pemimpin dakwah yang telah menoreh tinta emas dalam sejarah dakwah ini. Mereka adalah orang-orang yang terbaik dalam kualitas ruhiyah dan amalnya.
“Ruhbanun bil Lail wa Fursanun bin Nahar”.

Bisa jadi kelemahan dan kelesuan dakwah memang berpangkal dari kelemahan dan kelesuan ruhiyah. Saatnya para da’i menyadari urgensi ruhiyah sebelum amal dakwah dengan memberi perhatian yang besar tentang aspek ini dalam pembinaan. Karena demikianlah memang dakwah mengajari kita melalui generasi terbaiknya.

Wallahu ‘alam bis shawab

ANTI VIRUS ASHOBIYAH

Miris sekaligus bangga terbesit di hati ketika diri baru terbangun dari tidur dan sesaat menyadari akan realitas yang terjadi bagi perkembangan da’wah dalam komunitas kita hari ini, sebut saja Komunitas Mahasiswa.

Bagaimana tidak, teman? Bangga itu tumbuh karena ternyata kuncup-kuncup mawar da’wah mulai mekar di hamparan padang yang sebelumnya terasa gersang dan iklim yang begitu menyesakkan karena tak ‘setetes embun penyejuk ruhiyah’ pun yang menghampiri benih-benih pemburu ilmu di kampus tercinta. Bahkan sebelumnya, pun akar-akar rumput yang meyakini adanya sumber pencerah dahaga di bawahnya tidak mampu menjangkau mata air-mata air yang terlalu jauh tersembunyi di balik lapisan-lapisan tanah yang teramat dalam. Senyum bangga di bibir ini mulai merekah teman…, ketika sang indera penglihatan menyaksikan bahwa para pejuang ilahi yang baru saja lahir dari rahim peradaban ini mulai mampu merangkak meski dengan tertatih-tatih. Mujahid-mujahid muda dengan ghirah yang dihimpunnya mencoba merekonstruksi sebuah bangunan legalitas da’wah yang dahulu pernah runtuh.

Secara kasat mata, geliat pergerakan da’wah mulai menunjukkan indikasi kebangkitannya. Sebagai bukti bahwa ternyata eksistensi muslimah dengan pakaian pelindungnya (red : jilbab) telah dianggap biasa oleh setiap pandangan mata di komunitas kita, bahkan ada anggapan luar biasa bagi sesosok akhwat yang mampu memunculkan powernya. Kata-kata ‘tarbiyah’ tidak lagi menjadi asing di pendengaran teman-teman mahasiswa. Ditambah lagi dengan mencuatnya berbagai jenis bulletin da’wah yang mulai menjamur dan menjadi bahan bacaan yang banyak dikonsumsi di mana-mana.

Namun sangat dilematis, teman…,

Bahwa sisi lain realitas hari ini juga menunjukkan sebuah kondisi yang cukup menyita air mata lewat tangisan kecil dalam dada ini. Sebuah kondisi dimana muncul ‘virus’ berbahaya yang boleh jadi sedang menjangkiti bagian paling urgen dari pribadi-pribadi kita saai ini yaitu hati.

Virus apakah itu…?? Dialah ‘ashobiyah’. Mungkin kita pernah mendengarnya, atau mungkin sudah sangat akrab menggelayut di telinga kita. Tetapi teramat disayangkan, kendati telah dimaknai padanan katanya dalam bahasa Indonesia, virus yang satu ini kerap kali transit di pelabuhan hati ketika seseorang telah memberanikan diri berlabuh dalam lautan da’wah. Tidak jarang pula virus tersebut mampu menggerayang tanpa disadari keberadaannya sehingga menghegemoni pola pikir dari aktivitas inangnya.

Virus ini secara istilah dikenal dengan fanatisme sempit. Lebih dalam lagi, ini diartikan sebagai perasaan bangga dan cinta yang berlebihan terhadap komunitas tertentu (red : jama’ah). Virus ini dikatakan berbahaya disebabkan efek kerjanya yang sanggup membelokkan pancaran ketulusan sebuah niat (red : ikhlas) hingga menjadi tabir penghalang keridhaan Allah SWT.

Pada pengidap virus ini kerap muncul gejala “mengklaim dirinya paling benar”, bahkan tidak jarang mengeluarkan statement ‘pengkafiran’ terhadap jama’ah lain. Dalam aktivitas da’wahnya, pengidap sering meremehkan ikhwa dari harakah lain. Perasaannya tidak pernah senang ketika ikhwa dari manhaj yang berbeda melakukan sebuah terobosan da’wah, bahkan ia akan senantiasa berpikir bahwa harakahnya dihalangi.

Padahal teman…, jikalau kita mengingat sebait hadits Rasulullah SAW, niscaya virus itu tak akan sempat untuk sekadar mampir di benak kita. Hadits itu berbunyi : “Tidak akan masuk syurga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan meskipun hanya sebesar biji sawi”. Siapakah orang yang sombong itu?? Dialah orang yang tidak mau menerima kebenaran dan meremehkan orang lain.

Memang…, sebagai aktivis muda acap kali lupa bahwa kita saudara seakidah. Sering kali kita dibenturkan oleh perbedaan fikrah yang sesungguhnya merupakan masalah furu’ dan akan sangat menyita waktu dan energi ketika diperdebatkan. Lupakah kita bahwa harakiyah hanya sebuah kendaraan (sarana), bukan tujuan akhir? Lupakah kita bahwa ada musuh bersama di luar sana yang sedang mencabik-cabik harga diri umat Islam? Sadarkah kita bahwa virus itu hanya akan memperlambat pencapaian tujuan mulia bersama yaitu menjadikan islam sebagai ‘Guru Dunia’?

Jika pada detik ini teman…, mata kita telah terbuka, saudaramu ini ingin menawarkan sebuah antivirus yang diberi nama ‘antivirus ashobiyah’. Antivirus ini lebih relevan disebut manajemen qolbu (meminjam istilah Aa Gym). Namun mekanisme kerja dari antivirus ini lebih spesifik yaitu berupa suatu terapi yang dikenal dengan belajar menghargai. Sebuah istilah yang sangat sederhana namun amat berat dalam tataran teknis pelaksanaannya.

Antivirus ini sangat efektif sebab mampu meng-counter su-udzon- su’udzon terhadap ikhwa lain serta dapat membuat hati selalu bersih sehingga pancaran putih keridhaan Allah mampu menembus relung hati kita dan mampu menjadi penopang utama keberhasilan amanah da’wah yang kita emban.

Dengan belajar menghargai berarti kita sedang menjalani proses pendewasaan dalam berpikir karena kedewasaan berpikir adalah ketika kita mampu memilih dan mampu menghargai pilihan orang lain. Kedewasaan berpikir merupakan sayap yang bila difasilitasi dengan pundi-pundi ruhiyah yang ter-charge penuh akan mengantarkan kita ke sebuah puncak kejayaan Islam yang kita idam-idamkan bersama dan merupakan sebuah keniscayaan karena Allah Maha Menepati janji.

Semoga bermanfaat, teman….(mitha_farma)

Wallahu a’lam bishowaab.

If u want to comment my opinion please reply me at

mitha_farma@kammi.or.id

AIR MATA SAYA MENETES DI RUMAH DR HIDAYAT NURWAHID (milis tetangga)

AIR MATA SAYA MENETES DI RUMAH DR HIDAYAT NURWAHID

PKS Partai Keadilan Sejahtera Menuju Pemilu 2009

AIR MATA SAYA MENETES DI RUMAH DR HIDAYAT NURWAHID

Penulis: Nabil Almusawa
e: nabielfuad@yahoo.com

BismiLLAAHir RAHMAANir RAHIIM,

Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan untuk ikut dalam acara buka
bersama dengan Ketua MPR-RI, DR Muhammad Hidayat Nurwahid, MA di rumah
dinasnya, kompleks Widya Chandra dengan beberapa ikhwah.
Ketika saya masuk ke rumah dinas beliau tsb, maka dalam
hati saya bergumam sendiri: Alangkah sederhananya isi
rumah ini. Saya melihat lagi dengan teliti, meja, kursi2,
asesori yg ada, hiasan di dinding. SubhanaLLAH, lebih
sederhana dari rumah seorang camat sekalipun.
Ketika saya masuk ke rumah tsb saya memandang ke
sekeliling, kebetulan ada disana Ketua DPR Agung
Laksono, Wk Ketua MPR A.M Fatwa, Menteri Agama, dan
sejumlah Menteri dari PKS (Mentan & Menpera) serta
anggota DPR-RI, serta pejabat2 lainnya.

Lagi2 saya bergumam: Alangkah sederhananya pakaian
beliau, tidak ada gelang dan cincin (seperti yg dipakai teman2
pejabat yg lain disana). Ternyata beliau masih ustaz
Hidayat yg saya kenal dulu, yg membimbing tesis S2 saya
dg judul: Islam & Perubahan Sosial (kasus di Pesantren
PERSIS Tarogong Garut).

Terkenang kembali saat2 masa bimbingan penulisan tesis
tsb, dimana saya pernah diminta datang malam hari
setelah seharian aktifitas penuh beliau sebagai
Presiden PKS, dan saya 10 orang tamu yg menunggu ingin
bertemu. Saya kebagian yg terakhir, ditengah segala
kelelahannya beliau masih menyapa saya dg senyum : MAA
MAADZA MASAA'ILU YA NABIIL?

Lalu saya pandang kembali wajah beliau, kelihatan
rambut yg makin memutih, beliau bolak-balik menerima tamu, saat
berbuka beliau hanya sempat sebentar makan kurma &
air, karena setelah beliau memimpin shalat magrib terus
banyak tokoh yg berdatangan, ba'da isya & tarawih kami semua
menyantap makanan, tapi beliau menerima antrian wartawan dalam & luar
negeri yang ingin wawancara.

Tdk terasa airmata ana menetes, alangkah jauhnya ya
ALLAH jihad ana dibandingkan dg beliau, saya masih punya
kesempatan bercanda dg keluarga, membaca kitab dsb,
sementara beliau benar2 sudah kehilangan privasi
sebagai pejabat publik, sementara beliaupun lebih berat ujian
kesabarannya untuk terus konsisten dlm kebenaran dan membela rakyat.

Tidaklah yg disebut istiqamah itu orang yg bisa
istiqamah dlm keadaan di tengah2 berbagai kitab Fiqh dan Hadits
seperti ana yg lemah ini. Adapun yg disebut istiqamah
adalah orang yg mampu tetap konsisten di tengah
berbagai kemewahan, kesenangan, keburukan, suap-menyuap dan
lingkungan yang amat jahat dan menipu.

Ketika keluar dari rumah beliau saya melihat beberapa
rumah diseberang yang mewah bagaikan hotel dg asesori lampu2
jalan yg mahal dan beberapa buah mobil mewah, lalu ana bertanya pd supir DR Hidayat : Rumah siapa saja yg diseberang itu? Maka jawabnya : Oh, itu rumah pak
Fulan dan pak Fulan Menteri dari beberapa partai besar.

Dalam hati saya berkata: AlhamduliLLAH bukan menteri PKS.
Saat pulang saya menyempatkan bertanya pd ustaz Hidayat:
Ustaz, apakah nomor HP antum masih yg dulu? Jawab beliau:

Benar ya akhi, masih yg dulu, tafadhal antum SMS saja
ke ana, cuma afwan kalo jawabannya bisa beberapa hari
atau bahkan beberapa minggu, maklum SMS yang masuk tiap hari ratusan
ke saya.

Kembali airmata saya menetes. alangkah beratnya cobaan beliau & khidmah
beliau untuk ummat ini, benarlah nabi SAW yang bersabda bahwa orang
pertama yg dinaungi oleh ALLAH SWT di Hari
Kiamat nanti adalah Pemimpin yang Adil. Sambil berjalan pulang saya
berdoa : Ya ALLAH, semoga beliau dijadikan pemimpin yg adil & dipanjangkan umur serta diberikan kemudahan dlm memimpin negara ini. Aaamiin ya RABB

Perlukah Bersyahadat Lagi?

Assalamu ''alaikum. Wr. Wb.

Mudah-mudahan Ustadz ahmad selalu dilimpahi rahmat oleh Allah SWT.. Langsung saja ya Pak Ustadz, beberapa hari belakangan saya sedang "didekati" oleh seorang rekan dekat saya, di mana dia mengajak saya untuk bergabung dengan sebuah komunitas Islam.

Dia tidak menyebutkan siapa sebenarnya komunitas itu, akan tetapi salah satu tahap yang harus dilalui untuk tergabung dengan komunitas itu adalah harus bersyahadat. Hal ini pula yang membuat saya merasa janggal.

Saya ingin bertanya, apakah melakukan syahadat ulang untuk masuk ke dalam suatu komunitas itu dibenarkan? Jika tidak, apakah ada dalil untuk meng-counter ajakan rekan saya itu?

Jazakumullah khairan katsira

Wassalamu ''alaikumWr. Wb.
jawaban

Assalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Syahadat tidak perlu kita ulang, sebab paling tidak kitasudah kita lakukan tiap hari dalam sehari semalam. Paling tidak 9 kali kita melakukan tasyahhud dalam shalat, yaitu 2 kali dalam shalat Dzhuhur, 2 kali dalam shalat Ashar, 2 kali dalam shalat Maghrib, 2 kali dalam shalat Isya'' dan 1 kali dalam shalat shubuh.

Jadi syahadat yang mana lagi yang harus diucapkan?

Syahadat itudiucapkan oleh orang kafir yang masuk Islam, sebagai tanda bahwa dirinya masuk Islam. Sedangkan orang yang sejak lahir sudah muslim, baginya syahadat bukan lagi tanda masuk Islam. Melainkan untuk menguatkan keimanan, atau memperbaharuinya.

Yang perlu dikritisi dari jamaah yang anda ceritakan itu adalah pemahaman mereka tentang konsep keIslaman. Apakah dia perpikiran bahwa siapa pun orang yang tidak ikut ke dalam jamaahnya dianggap bukan orang Islam? Sehingga harus membaca syahadat lagi?

Apakah dia beranggapan bahwa kalau tidak ikut dalam jamaahnya, orang-orang lain dianggap sesat dan tidak punya status keIslaman?

Kalau memang begini cara berpikirnya, maka ketahuilah bahwa jamaah itu punya cara pemikiran takfir yang sesat. Sebab dia beranggapan bahwa semua orang yang tidak ikut jamaahnya bukan Islam.

Bukankah setiap bayi lahir itu dalam keadaan Islam? Bagaimana mungkin kita menjatuhkan vonis kafir kepada semua orang Islam, sehingga setiap ada yang mau masuk ke dalam suatu jamaah, kita wajibkan mengulang syahadat lagi?

Sejak kapan orang itu dan jamaahnya punya hak untuk memvonis orang lain masuk Islam atau tidak? Siapakah yang memberikan hak itu kepada mereka? Sebagai apakah hak itu diberikan?

Semua pertanyaan itu harus dijawab dengan landasan syariah yang kuat. Bukan sekedar memberikan klaim belaka.

Jadi silahkan anda meminta penjelasan dengan detail atas semua pertanyaan itu, sebab anda toh tidak ingin membeli kucing dalam karung, kan?

Wallahu a''lam bishshawab, wassaamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

SUDAHKAH KITA BERSYAHADAT ?

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil
mursalin, wa ba`du, untuk saudaraku di PONDOK MELATI


Semua Orang Pada Dasarnya Sudah Muslim

Setiap orang yang lahir di muka bumi ini pada dasarnya adalah muslim,
sehingga tidak perlu melakukan syahadat ulang. Dalam aqidah Islam, tidak
ada orang yang lahir dalam keadaan kafir. Sebab jauh sebelum bayi itu
lahir, Allah SWT telah me-minta mereka untuk berikrar tentang masalah
tauhid, yaitu mengakui bahwa Allah SWT adalah tuhannya.

Di dalam Al-Quran Al-Kariem, hal ini ditegaskan sehingga tidak ada alasan
untuk mengatakan bahwa bayi lahir itu dalam keadaan kafir.

Dan ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka : "Bukankah Aku ini
Tuhan-mu?" Mereka menjawab: "Betul , kami menjadi saksi". agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini" (QS.Al-A'raf : 172 )

Selain itu, Rasulullah SAW juga telah bersabda bahwa setiap manusia itu
lahir dalam keadaan fitrah. Dan makna fitrah itu adalah suci, lawan dari
kufur dan ingkar kepada Allah SWT. Barulah nanti kedua orang tuanya yang
akan mewarnai anak itu dan menjadikannya beragama selain Islam. Misalnya
menjadi nasrani, yahudi atau majusi.

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Setiap anak dilahirkan
dalam keadaan fitrah, kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi,
Nasrani atau Majusi. (HR. Bukhari 1296)

Maka anak-anak yang beragama non Islam itu pada dasarnya adalah anak
korban pemurtadan dari orang tuanya. Sebab pada dasarnya anak itu muslim
sejak dari perut ibunya. Dan lahir dalam keadaan fitrah yang berarti
muslim.

Sedangkan bila orang tuanya muslim, maka tidak ada proses pengkafiran. Dan
karena itu tidak ada kewajiban untuk masuk Islam dengan berikrar
mengucapkan dua kalimat syahadat.


Syahadat Tidak Harus Di Depan Imam

Bila ada orang non muslim yang dibukakan hatinya untuk memeluk agama
Islam, maka dia diharuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Di
dalam makna syahadat terkandung makna ikrar, janji dan sumpah atas apa
yang dikatakan dalam lafaz dua kalimat syahadat itu.

Ikrar atas syahadat maknanya adalah mengumumkan kepada khalayak bahwa
diri-nya kini telah berganti agama dari non muslim menjadi muslim. Ikrar
ini berfungsi untuk merubah pandangan umum sehingga mereka bisa
memperlakukannya sebagai muslim.

Namun dalam kondisi tertentu, pengumuman atas ke-Islaman diri itu tidak
mutlak harus dilakukan. Misalnya seperti yang dahulu dialami oleh
Rasulullah SAW dan para shahabat di masa awal dakwah, banyak diantara
mereka yang merahasiakan ke-Islamannya. Namun syahadat mereka tetap syah
dan mereka resmi dianggap sebagai muslim.

Di hari ini pun bila ada seseorang yang karena pertimbangan tertentu ingin
merahasiakan keislamannya, maka dia sudah syah menjadi muslim dengan
bersyahadat tanpa disaksikan siapapun. Dan sejak itu dia terhitung mulai
menjadi muslim yang punya kewajiban shalat, puasa, zakat dan lain-lain.

Syahadatain itu tidak mensyaratkan harus dilakukan di depan imam, tokoh,
kiai atau ulama. Tanpa adanya kesaksian mereka pun syahadat itu sudah syah
dan dia sudah menjadi muslim dengan sendirinya.


Untuk Menjadi Orang Beriman Tidak Perlu Minta Izin

Untuk menjadi hamba Allah SWT dan beriman kepada Rasulullah SAW, tidak
perlu minta izin kepada makhluq Allah. Sebab beriman itu adalah hak
sekaligus kewajiban seorang makhluq.

Urusan mau beriman kok harus minta izin segala ? Yang terkenal suka bikin
peraturan bagi orang yang mau beriman agar minta izin terlebih dahulu
adalah Fir’aun. Fir’aun akan mempertanyakan mengapa orang-orang jadi
beriman tanpa minta izin dahulu kepadanya. Seolah-olah dia merasa punya
hak untuk meregistrasi orang-orang mau masuk jadi kelompok mu’minin.
Padahal untuk urusan seperti ini, Allah SWT tidak pernah ‘buka cabang atau
outlet’. Juga tidak pernah membuka ‘agen yang menjual tiket’ untuk masuk
Islam.

Fir’aun berkata : ”Apakah kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin
kepadamu?, sesungguhnya adalah suatu muslihat yang telah kamu rencanakan
di dalam kota ini, untuk mengeluarkan penduduknya dari padanya; maka kelak
kamu akan mengetahui (QS Al-Araf : 132)


Syahadat Bukan Akad Nikah

Syahadat itu tidaklah harus disaksikan sebagaimana sebuah akad nikah yang
menjadi tidak syah apabila tidak ada saksinya (nikah sirri). Bila seorang
telah meyakini Islam sebagai agamanya dan mengucapkan dua kalimat
syahadat, secara otomatis dia adalah seorang muslim.

Dan di atas pundaknya telah berlaku beban sebagaimana seorang muslim
lainnya. Tidak perlu baginya untuk mencari orang lain atau mengadakan
sebuah seremoni masuk Islam dengan menghadirkan para saksi melihat dia
mengucapkan dua kalimat syahahat.

Jadi bila di tengah hutan belantara yang tidak ada manusianya, seseorang
yang tadinya nasrani, majusi atau yahudi dan bahkan dari kepercayaan dan
religi manapun bisa saja masuk Islam begitu saja.

Kalau dia masuk ke tengah peradaban masyarakat maka cukuplah dia mengaku
sebagai muslim, shalat di masjid dan melakukan semua kewajiban sebagai
muslim. Dia tidak perlu melakukan syahadat ulang di hadapan para saksi.
Tidak perlu menandatangani surat bermaterai untuk menyatakan diri sebagai
muslim.

Bagaimana kalau dia murtad dan keluar dari Islam? Dalam hukum Islam,
seorang muslim yang jelas melakukan perbuatan yang mengantarkannya kepada
kemurtadan harus diperiksa dan dimintai keterangan secara syah oleh
mahkamah syariah (pengadilan). Bila ternyata dia benar-benar secara sadar
menyatakan diri keluar dari Islam, maka dia diminta untuk bertobat dan
kembali ke dalam ajaran Islam. Tapi bila tetap bersikeras untuk keluar
dari Islam, maka hukumannya adalah dibunuh. Untuk masuk Islam seseorang
bisa dengan mudah melakukannya, tapi untuk bisa dianggap keluar dari
Islam, perlu ada 'persaksian' di dalam sebuah mahkamah syariah.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Sumber : www.syariahonline.com

Alastu Birobbikum

udul tulisan ini termaktub di dalam Al Qur’an surat Al-A’raaf ayat 172. Ketika kita di alam arwah di tanya oleh Allah SWT: “Alastubirobbflam”(bukan-kah Aku Tuhan kamu?); Kata Tuhan di sini sebagai terjemahan darikata”Rabb”, dan padawaktu itu kita menjawab “Balaa syahidna” (betul kami telah bersaksi).

Jika di alam ruh kita sudah bersaksi, tetapi ketika didunia ada yang tertutup (kafir, tidak bersyahadat) dan ada yang terbuka (beriman, dengan bersyahadat). Kita termasuk yang terbuka karena kita bersyahadat, dan ketika kita bersyahadat atau bersaksi di dunia, sebenarnya adalah kita mengungkap kembali kesaksian sewaktu di alam ruh. Makanya di alam ruh menggunakan fill madhi (yang menunjukkan waktu yang lalu) dan sekarang di dunia menggunakan fiil mudhori (yang menunjukkan waktu sekarang), asyhadu (sekarang aku bersaksi). Penulis pernah ditanya oleh orang barat yang ingin masuk Islam Dia bertanya: “Kenapa saya mengatakan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (asyhadu alia ilaahaillallah), bukan aku percaya tidak ada Tuhan selain Allah?” Jawabannya : “Karena kita sudali tahu sebelumnya ketika masih di alam arwah bahwaTuhan kita adalah Allah SWT. Dan sekarang di dunia kita hanya mengungkapkan kembali persaksian itu, makanya bukan memakai kata”aku percaya” melainkan aku bersaksi (asyhadu). Kata percaya itu digunakan untuk mempercayai sesuatu berita, misalnya ada berita berdasarkan berita sebelimnya, maka saya percaya terhadap kebenaran berita tersebut.

Lantas bagaimana dengan yang lupa? Yang lupa diberi peringatan oleh Allah SWT dengan ditiirunkan-Nya Al Qur’ an. Oleh karena itu salah satu nama Al Qur’an adalah al Dzikru (peringatan). Firman Allah SWT : “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur ‘an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya“. (Q.S.AlHijr: 9). Dan yang menyampaikan peringatan yaitu para Nabi dan Rasul disebut dengan mudzakkir (yang menyampaikan peringatan). Tatkaladi alam arwah kita telahbersaksi tentang ke-Esa-an Allah SWT, kata Allah SWT : “bukankah Aku Rabmu”, ya, betul kami bersaksi, demikian kita menjawab. Ketika di dunia manusia terbagi dua:

1. Mereka orang yang menepati janjinya dengan meng-ucapkan syahadat
2. Mereka yang mengingkari akan janjinya yaitu mereka orang-orang kafir.

Namun, fakta dilapangan betapa orang-orang yang sudah bersyahadat itu tidak konsisten dan konsekuen dengan persaksiannya itu.

Lantas apakah konsekuensi syahadat itu. Mari kita lihat firman Allah SWT: “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak di-sembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan omng-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“. (Q.S.Alilmran: 18).

Ayat diatas menjelaskan tentang konsekuensi syahadat, yaitu bahwa yang telah mengucapkan syahadat dan beriman, mereka harus tegak dengan adil. Dalam kata lain menegakkan keadilaa Terdapat dalam rangkaian ayat di atas ada tiga saksi, yaitu: Allah SWT, Malaikat, dan orang-orang berilmu yang beriman. Disinilah letak strategisnya syahadat, banyak orang bersyahadat tetapi tidak konsisten dan konsekuen dengan syahadatnya alias tidak tegak dengan adil.

Definisi Adil

Paling tidak ada empat definisi adil, yaitu:

1. Wadh’u syayin fi mahallihi (meletakkan sesuatu pada tempatnya). Orang yang sudah bersyahadat hams meletakkan sesuatu pada tempatnya Dirinya adalah hamba, dan Allah SWT adalah Tuhan, yang dia menghamba kepada-Nya Maka ketika orang yang sudah bersyahadat meletakkan sesuatu pada posisi Tuhan, alias syirik, maka seketika itu dia telah berbohong dengan syahadatnya, karena dia tidak tegak dengan adil. Maka syirik tersebut disebut sebagai perbuatan zhalim yang paling besar. Mengapa syirik tergolong perbuatan zhalim yang paling besar? karena dia sudah bersyahadat tetapi temyata dia percaya kepada sesuatu selain Allah SWT. Seperti percaya kepada keris, tombak, zimat, dan sebagainya Jadi syirik itu adalah perbuatan yang meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, maka dari itu disebut zhalim.
2. Menetapkan kewajiban kepada pemikulnya dan memberikan hak kepada mustahiqnya (orang yang berhak). Orang yang bersyahadat harus melaksanakan kewajiban yang dipikulkan kepadanya. Kemudian harus menyampaikan hak kepada mustahiqnya.
3. Ash Shidqu wal amanah (jujur dan amanah). Orang yang sudah bersyahadat harus jujur dan amanah. Ada dua hal yang menentukan kejujuran : Pertama, hati dengan lisan harus sama dan satu. Kedua, lisan dengan perbuatan harus sama dan satu. Manakala hati tidak satu atau berbeda dengan lisan, maka itu disebut nifaq, jika lisan dengan perbuatan tidak satu, maka disebut fasik. Sedangkan amanah artinya menyampaikan sesuatu kepada pemiliknya
4. MenjadikanAl Qur ‘an sebagai tolak ukur benar atau salah. Benar menurut Al Qur’an itulah kebenaran. Salah menurut AlQur’an itulah kebathilan. Mengapa? karena Al Qur’an itu adalah firman Allah SWT.

Sumber : Lembar Risalah An-Natijah No. 09/Th. XIII Jum’at V 29 Februari 2008

UNTUK SEORANG KAWAN YANG TELAH BANYAK MEMBANTUKU DI BILANGAN PONDOK MELATI...LAMA KITA TIDAK JUMPA, SEMOGA ARTIKEL INI DAPAT MEMBANTUMU........

Bukan mencari namun merasakan

Mungkin selama ini kita masih selalu bertanya-tanya. .
Tentang apa? Kenapa? Dan bagaimana ?
Rasa di hati ingin dekat dengan Mu
Namun rasanya begitu sulit..
Begitu ingin mencintai Mu
Tapi bagaimana caranya..?
Hanya bisa bertanya-tanya. .

Merasa Engkau jauh..

Padahal kita tahu, kitalah yang menjauhi Mu..
Padahal kita tahu sesungguhnya Engkau dekat
Lebih dekat dari urat nadi yang ada dileher kami..

Lalu kemana selama ini iman kami ya Rahman..?

Mengapa kami bertanya kepada Mu?
Bukankah Engkau yang seharusnya mempertanyakan itu kepada kami..
Seandainya hati ini bisa berbicara

Mungkin inilah yang akan dikatakannya. .
“aku sudah muak menjadi hati dari hamba Mu ini ya Rahman karna tiada imannya..”

Atau mungkin kita yang memohon kepada Allah seperti ini..
“ ya Allah hatiku ini sudah keras..hitam. .tolong ganti hatiku yang kusam ini dengan hati yang baru..”

Mana yang benar..??

Seharusnya kitalah yang mencuci kembali hati kita yang kotor itu..
Mensucikan hati dengan segala amalan dan menjauhkan segala larangan Nya bukan..??
Seharusnya kami malu kepada Mu ya Rahman..

Tak seharusnya kami mencari-cari Engkau ya Rahman..
Karna sesungguhnya Engkau telah dekat..

Namun seharusnya bagaimana kami bisa merasakan keberadaan Mu..
Dengan merasa melihat dan dilihat oleh Mu.

Begitu berharganya arti hidup

Hidup sesungguhnya amatlah sangat berharga..
Cuma kita sebagai manusia terkadang tak pernah menyadari itu..
Biasanya sih Cuma bisa mengeluh kalo ditimpa kesulitan..

Padahal Allah sudah memberikan kesempatan yang paling berharga untuk kita sejak pertama kali kita membuka mata dan menghirup udaranya di kala pagi..

Ya, Allah masih memberikan kesempatan bagi kita untuk menghirupnya lagi dan lagi..
5 tahun yang lalu, 10 tahun yang lalu, 20 tahun yang lalu..
Allah masih sayang kepada kita dengan memberikan kesempatan kepada kita untuk menikmati indah dunia yang diciptakannya ini..


Bukan kah hidup itu berharga..?? ?
Karna kita berhasil mengalahkan ribuan sperma yang menjadi saingan kita hanya untuk bisa melihat dunia yang diciptakannya ini..
Benar-benar hidup itu berharga meskipun sulit yang kita hadapi..


Ada miliaran manusia yang hidup di muka bumi Nya ini..
Tak ada satupun yang sama..
Bahkan yang kembar sekalipun pasti ada perbedaan yang diptakanNya. .
Maha Besar Allah..

Allah memberikan kita semua tanpa kita meminta..
Tapi jarang kita mensyukurinya karna kebanyakan dari kita berpikir itu adalah hasil jerih payah kita sendiri..
Padahal semua itu diperoleh dan diberikan kepada kita hanya karna kehendakNya

Bukankah sekeras apapun kita bekerja namun bila Allah tidak menghendakinya
Tak kan ada nikmat yang kita peroleh..
Tapi terkadang kita lupa dan sombong..
Merasa itu semua tak ada campur tanganNya..


Akan tetapi ada banyak manusia juga yang diciptakanNya dengan segala kekurangan..
Nah sebenarnya betapa beruntungnya kita yang lahir kedunia Nya dengan kesempurnaan fisik..
Tapi masih saja bukan kita sering mengeluh..bukannya mengucap syukur sebagai rasa terima kasih kita karna telah dilahirkan tanpa cacat..


Coba kita lihat kedalam diri kita..
Sudah diberikan yang komplit bukannya menjaga diri malah berbuat dosa, mabuk-mabukan, jarang solat..
Kita lupa dengan yang Dzat yang telah menciptakan kita
Tapi sesungguhnya Allah tak pernah lupa dengan kita..
Ar Rahman selalu manyayangi kita..
Betapapun banyak dosa yang telah kita perbuat..
Tak pernah nikmat dan rizkiNya Ia kurangi..
Apakah kita sudah mencintaiNya. .??
Apakah Ar Rahman sudah ada di hati kita..??

Ya Rahman...

Maafkan kami..

Ampuni kami..sesungguhnya kami mencintaiMu. .

Jadikanlah kami hambaMu yang selalu ingat dengan Engkau dikala terbaring, duduk dan berdiri..

Ameen...

Kau kekasihku...

Siapa sebenarnya yang pantas jadi kekasihku?Dirimu ataukah siapa, aku yakin pasti ada jawabannya.

Kau pantas menjadi kekasihku karena ketika ku marah, Kau tak membalas dengan murka amarah malah Kau menenangkanku untuk selalu bersabar. Kau pantas menjadi kekasihku, karena ketika ku tidak pandai berterima kasih atas pemberianMu, Kau malah menegurku dengan santun penuh kasih sayang. Kau pantas menjadi kekasihku, karena ketika ku mendekati selangkah demi langkah, Kau berlari dengan cepat. Kau pantas menjadi kekasihku, karena ketika ku berkhianat, Kau memaafkan ku dengan penuh gembira. Kau pantas menjadi kekasihku, karena ketika ku bimbang, Kau yakinkan apa yang harus kulakukan. Kau pantas menjadi kekasihku, karena ketika ku tak lama bertutur sapa dengan Mu, Kau malah memanggilku penuh harap ku menjawabnya. Kau pantas menjadi kekasihku, karena ketika semua orang tidur dan enggan bicara, kau malah tak senggan berbicara denganku.


Kau pantas menjadi kekasihku, karena ketika tak seorangpun mendekatiku karena dosaku, namun Kau selalu membuka pintu agarku kembali. Kau pantas menjadi kekasihku, karena tiap tetes keringat usahaku Kau hargai dengan pantas. Kau pantas menjadi kekasihku, karena tiap ku butuh teman kau selalu ada disisi. Kau pantas menjadi kekasihku, karena sabar menghadapiku yang terlalu egois dalam bertindak. Kau pantas menjadi kekasihku, karena Kau selalu ingat ku selama ku menyebutMu. Kau pantas menjadi kekasihku, karena Kau mencukupi kebutuhanku. Kau pantas menjadi kekasihku, karena kau setia menantiku ketika sakit.Kau pantas menjadi kekasihku, karena rinduMu melebihi rinduku untuk berjumpa denganMu..


Kau pasti tahu, siapa yang mesti menjadi kekasihku...

SUARA YANG DIDENGAR MAYAT

Yang Akan Ikut Mayat Adalah Tiga hal yaitu:
1. Keluarga
2. Hartanya
3. Amalnya

Ada Dua Yang Kembali Dan Satu akan Tinggal Bersamanya yaitu;
1. Keluarga dan Hartanya Akan Kembali
2. Sementara Amalnya Akan Tinggal Bersamanya.


Maka ketika Roh Meninggalkan
Jasad...Terdengarla h Suara Dari
Langit
Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan..
Apakah Kau Yang Telah Meninggalkan Dunia, Atau Dunia Yang
Meninggalkanmu
Apakah Kau Yang Telah Menumpuk Harta Kekayaan, Atau Kekayaan Yang
Telah Menumpukmu
Apakah Kau Yang Telah Menumpuk Dunia, Atau Dunia Yang
Telah
Menumpukmu
Apakah Kau Yang Telah Mengubur Dunia, Atau Dunia Yang Telah
Menguburmu."
Ketika Mayat Tergeletak Akan Dimandikan.. .
Terdengar Dari Langit Suara
Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Mana Badanmu Yang Dahulunya Kuat,
Mengapa Kini Te rkulai Lemah
Mana Lisanmu Yang Dahulunya Fasih, Mengapa Kini Bungkam Tak
Bersuara
Mana Telingamu Yang Dahulunya Mendengar, Mengapa Kini Tuli Dari
Seribu Bahasa
Mana Sahabat-Sahabatmu Yang Dahulunya Setia, Mengapa Kini Raib Tak
Bersuara"

Ketika Mayat Siap Dikafan.... Suara Dari Langit Terdengar Memekik,"Wahai
Fulan Anak
Si Fulan
Berbahagialah Apabila
Kau Bersahabat Dengan Ridha
Celakalah Apabila Kau Bersahabat Dengan Murka Allah Wahai Fulan
Anak Si Fulan...
Kini Kau Tengah Berada Dalam Sebuah Perjalanan Nun Jauh Tanpa Bekal
Kau Telah Keluar Dari Rumahmu Dan Tidak Akan Kembali Selamanya

Kini Kau Tengah Safar Pada Sebuah Tujuan Yang Penuh Pertanyaan."

Ketika MayatDiusung. ... Terdengar Dari Langit Suara Memekik,
"Wahai
Fulan Anak Si Fulan..
Berbahagialah Apabila Amalmu Adalah Kebajikan
Berbahagialah Apabila Matimu Diawali
Tobat
Berbahagialah Apabila Hidupmu Penuh Dengan Taat."

Ketika Mayat Siap Dishalatkan. ...Terdengar Dari Langit Suara Memekik,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan..
Setiap Pekerjaan Yang Kau Lakukan Kelak Kau Lihat Hasilnya Di
Akhirat
Apabila Baik Maka Kau Akan Melihatnya Baik
Apabila Buruk, Kau Akan Melihatnya Buruk."

Ketika
MayatDibaringkan Di Liang Lahat....terdengar Suara
Memekik Dari
Langit,"Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Apa Yang Telah Kau Siapkan Dari Rumahmu Yang Luas Di Dunia Untuk
Kehidupan Yang Penuh Gelap Gulita Di Sini Wahai Fulan Anak Si
Fulan....
Dahulu Kau Tertawa, Kini Dalam Perutku Kau
Menangis
Dahulu Kau Bergembira,Kini Dalam Perutku Kau Berduka
Dahulu Kau Bertutur Kata, Kini Dalam Perutku Kau Bungkam
Seribu
Bahasa."

Ketika SemuaManusia Meninggalkannya Sendirian... Allah Berkata
Kepadanya, "Wahai Hamba-Ku....
Kini
Kau Tinggal Seorang Diri
Tiada Teman Dan Tiada Kerabat
Di Sebuah Tempat Kecil, Sempit Dan Gelap..
Mereka Pergi Meninggalkanmu. . Seorang Diri
Padahal, Karena Mereka Kau Pernah LanggarPerintahku
Hari Ini,....
Akan Kutunjukan Kepadamu
Kasih Sayang-Ku
Yang Akan Takjub Seisi Alam
Aku Akan Menyayangimu

Lebih Dari Kasih Sayang Seorang Ibu Pada
Anaknya".

Kepada Jiwa-Jiwa Yang Tenang Allah Berfirman, "Wahai Jiwa Yang Tenang
Kembalilah Kepada Tuhanmu
Dengan Hati Yang Puas Lagi Diridhai-Nya
Maka Masuklah Ke Dalam Jamaah Hamba-Hamba- Ku
Dan Masuklah Ke Dalam
Jannah-Ku"

Rasulullah SAW. menganjurkan kita untuk senantiasa mengingat
mati (maut)
dan dalam sebuah hadithnya yang lain, belau bersabda "wakafa bi almauti
wa'idha", artinya, cukuplah mati itu akan menjadi pelajaran bagimu!

Rindu

Rindu...
Rindu ini hanya untuk Mu...
Rindu yang ada ini melebihi rindunya seorang ibu akan buah hatinya.
Rindu yang kupunya jauh dibandingkan dengan rindunya seorang kekasih kepada dambaan hati.
Rindu yang kusimpan lebih berat bila dibanding dengan rindunya anak akan ibundanya.


Mungkinkah Kau akan menjawab rinduku ini...
Entah apalagi yang harus kulakukan agar mendapat jawabanMu.
Hanya rasa rindu kerna cinta yang kupunya.
Sebagai kekayaan yang tak bernilai.

Ku tahu tak cukup hanya rasa rindu untuk Mu.
Ku mengerti tak hanya rindu yang harus kupunya.
Ku paham rindu hanya bisa sebagai pelepas keinginan.
Namun ku tak kuasa untuk sembahkan yang lain.

Ku mohon...Kau terima rindu ini.
Sebagai kerinduan seorang hamba pada Tuhannya.

THE WINNER

We are The Winner
Oleh : Dede Farhan Aulawi

Sahabat...
Kita adalah orang yang paling tahu tentang diri kita
Kita tahu tentang kemampuan dan pengetahuan kita
Kita juga tahu tentang keterbatasan kita
Bahkan kita tahu kelemahan kita
Tetapi..., terkadang kita salah dalam menilai diri kita

Seringkali kita sendiri yang menjustifikasi kelemahan kita
Kita sendiri yang mengarak awan mendung ke hadapan wajah kita
...sehingga memotret diri dengan segala kerendahan yang tidak pada tempatnya
Kita menilai bahwa kita hanyalah seorang "..."
Kita menilai kita tidak memiliki kemampuan untuk itu...
Kita menilai bahwa kita hanyalah orang kecil...
Kita menganggap bahwa kita bagian dari golongan yang kurang beruntung...
Kita menganggap bahwa kita tidak mungkin begitu...
Itulah justifikasi negatif yang kita nilai mengenai diri kita
Betapa kejamnya kita dalam memberikan penilaian...
...sehingga kita menjadi mahluk lemah dan pasrah tak berdaya...
...bukan oleh orang lain
...tapi justru oleh diri kita sendiri

Sahabat...
Sudah saatnya kita bangkit,
...dan rubahlah paradigma penilaian negatif yang tidak membangun
Dan sebaliknya kita harus berfikir...
...bahwa kita adalah mahluk yang beruntung...
Coba kita tinjau secara historis...
Dari jutaan sperma yang berjuang membuahi sel telur
Dan kita lah yang menang..."We are the winner..."
Sampai kita terlahir...
Dan punya tanggung jawab untuk terus melanjutkan estafeta perjuangan
Sekali kita menang...
...dan tetap akan menjadi pemenang...
Dan terus menjadi pemenang...
Jangan pernah ada rasa lelah dan pasrah untuk kalah

Sahabat...
...apa yang disampaikan tidak berarti menjadi bahan kesombongan diri,
...tetapi sebagai metode untuk membangun rasa percaya diri
...sebagai sarana merubah mind set menjadi semakin positif
...sehingga cara pandang terhadap diri,
...selalu optimis dan penuh rasa syukur

Jika saat ini kita merasa memiliki seratus kelemahan,
Sesungguhnya kita masih memiliki seribu kekuatan,
Jika saat ini kita berhadapan dengan seratus kesedihan,
Sesungguhnya kita masih memiliki seribu kebahagiaan,
Memang...,ada saatnya kita meneteskan mata...
Tapi lebih banyak waktu yang kita miliki untuk tersenyum
Air mata yang pernah menetes...
Sesungguhnya bagian dari proses agar kita merasakan nikmatnya senyuman,
Kita bisa lebih menghargai orang - orang yang menyayangi kita,
Kita bisa lebih menyayangi orang yang senantiasa mengasihi kita,
Dan kita bisa mengasihi orang yang senantiasa berkorban untuk kita,
Di kala kita merasa bahwa tidak ada orang lain yang memahami kita,
Sesungguhnya ada seribu orang yang sedang berusaha mengerti tentang kita,
Kita senantiasa di do'akannya...
Kita senantiasa dirindui-nya...
Dan sesungguhnya beruntunglah kita...
...karena kita banyak disayangi oleh orang di sekeliling kita

Teruslah optimis...
Ubahlah cara pandang negatif tentang diri kita
Galilah seribu potensi besar yang kita miliki
...dan tunjukkan itulah potensi dan karya yang kita miliki
Gunakan sebesar - besarnya untuk kebaikan bersama
Bukan sekedar di dunia ini...
...tapi juga di akhirat kelak. Aamiin

Sudah Istiharah, Kenapa Masih Ragu?

Manusia tidak pernah bisa memilih, mau menjadi apa dan bagaimana cara hidupnya di dunia ini. Kita hanya bisa menerima begitu saja keadaan ini. Uniknya, dalam perjalanan hidup seseorang tak pernah lepas dari persoalan memilih dan mengambil keputusan. Kenapa? karena pada dasarnya setiap orang diberikan pilihan untuk memilih. Bahkan, saat dirinya merasa tak memiliki pilihan lain, sebenarnya ia masih tetap punya pilihan untuk tidak melalukannya.

Dalam menentukan suatu pilihan, tentunya kita ingin mendapatkan pilihan terbaik dan tak ingin salah pilih. Maka dari itu, Islam telah memberikan solusinya yaitu dengan melakukan Shalat Istiharah. Kenapa? Karena Allah Maha Tahu atas segala sesuatu, Allah Maha Tahu apa yang menjadi pilihan terbaik bagi kita.

“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah, ayat 216)

Namun sebelumnya kita juga harus mengerti akan manfaat dari Istiharah itu sendiri, sehingga Istiharah yang kita lakukan itu murni karena kita benar-benar butuh dan mengharapkan keridhaan Allah untuk memilih yang terbaik, bukan karena hanya asal menjalankan saja. Adapun beberapa manfaat dari shalat Istiharah itu,diantaranya:

¨ Menetapkan Hati

Ketika keinginan sudah jelas, tentunya tujuan yang sesuai dengannya akan tampak dengan sendirinya. Namun ketika masih tersedia pilihan, barulah kita memohon petunjuk dengan Istiharah, dahulukan dengan ikhtiar sebelumnya. Ingat, jangan menyandarkan segala sesuatu pada-Nya hanya dengan mengandalkan Istiharah.

¨ Mencari Ketenangan

Salah satu cara ampuh untuk dapat ketenangan ialah menemukan dan berpegang pada yang kita percaya, yang kita cinta, yang kita yakini dapat membagi kebahagiaan dan ketenangan yang tak lain hanyalah Allah karena dia lah sumber dari segala sesuatu.

Dimana tak ada orang lain yang bisa diandalkan atau diri sendiri yang tak dapat mengatasi masalah atau seluruh dunia tak mau peduli lagi maka dalam kondisi tersebut manusia akan lebih mudah untuk menemukan Tuhannya.

¨ Mengambil Jarak dari Masalah

Dengan mengambil jarak dari masalah maka kita akan cenderung lebih obyektif untuk memandang suatu hal dari berbagai sudut pandang.

Terkadang kita menganggap kalau melakukan Shalat Istiharah itu hanya untuk urusan besar saja seperti memilih jodoh misalnya. Padahal itu adalah pemikiran seperti itu tidak tepat. Rasulullah sendiri selalu melakukan shalat Istiharah sebelum mengambil keputusan. Sebaliknya kita jarang sekali menyertakan Allah dalam setiap mengambil keputusan. Padahal dalam setiap keputusan yang kita ambil, memiliki resiko yang tidak kecil.

Namun ternyata seringkali terjadi kesalahan persepsi. Kita akan merasa cepat puas setelah melaksanakan Istiharah. Terlebih jika kita mendapatkan ketetapan hati atau mimpi akan suatu hal yang akan kita pilih. Apalagi kalau mimpi itu sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan penuh keyakinan, kita akan menganggap hal itu merupakan jawaban dari Allah dan pasti akan terjadi. Sehingga kita meyakini bahwa apa yang kita lakukan adalah hal yang paling benar.

Dan apabila mimpi itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, kita akan buru-buru menepisnya dan berpura-pura menganggap kalau Istiharah itu tak penah dilakukan. Padahal ketetapan hati atau mimpi yang kita dapatkan setelah melakukan Istiharah itu, belum tentu kebenarannya. Karena sebenarnya hasil dari Istiharah itu, bukanlah hasil akhir dari penyelesaian suatu masalah namun merupakan awal perjuangan baru.

Kita juga masih sering ragu tatkala Istiharah sudah diupayakan tapi masih saja ada keraguan dalam hati akan keputusan yang akan kita ambil. Dalam hal ini, marilah kita lihat sabda Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya pelaku ibadah itu mengira telah menegakkan shalat (sepenuhnya). Padahal tidaklah dicatat baginya (oleh malaikat pencatat amal baik) kecuali setengah sholatnya atau sepertiga sholatnya atau seperempat sholatnya atau seperlima sholatnya atau bahkan sampai sepersepuluh sholatnya.” [HR. Ahmad dan Abu Daud].

Dari hadist tersebut, sudah sepatutnya kita sadari kalau semakin sedikit bagian dari Istiharah yang tercatat sebagai amal baik maka akan semakin jauh pula hasil dari Istiharah dari yang kita harapkan.

Nah, sebaiknya kita tak perlu khawatir apabila ragu itu masih tetap muncul. Jangan biarkan keraguan itu menyurutkan semangat yang kita miliki. Tapi berusahalah untuk memperbesar peluang keberhasilan yang kita lakukan, dengan memperbanyak ibadah dan amal sholeh. Hingga waktu yang kita miliki tidak terbuang percuma dan sia-sia. Setuju??

ketika harus memilih (Jodoh)

ketika harus memilih (Jodoh)


banyak orang yang melakukan kesalahan dalam menentukan pasangan hidupnya (termasuk aku).
ketika pertama terindikasi telah bertemu seorang laki-laki atau wanita yang begitu ‘mengkilap’ di mata kita, dan setelah berbagai macam kecocokan-kecocokan yang ternyata begitu banyak, dengan sedikit tergesa-gesa kita langsung memvonis bahwa dialah sang Jodoh yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta.

dan dengan berbagai macam cara berusaha untuk mewujudkan hubungan itu menjadi sebuah pernikahan. padahal ketika dicoba analisa dengan metoda SWOT, lebih banyak Weakness dan Threatnya.

contoh kecil,
seorang wanita jatuh cinta dengan pria beristri dan berputra satu, tidak ada masalah apa-apa sebelumnya dalam rumah tangga pria itu. Hanya mungkin gairah cinta yang sedikit menurun.
dengan bertemu wanita yang punya sex appeal tinggi seperti dirinya, tiba-tiba tercantum dengan sangat panjang kekurangan-kekurangan dari sang istri, kurang pengertianlah, terlalu bawel, sedikit matre, kurang hot di ranjang :D, dan lain sebagainya, yang dulunya tak pernah ada.
Wanita baru ini lebih mengkilap, lebih mempesona dan membiusnya.

lantas, apakah ternyata jodoh pria itu bukan sang istri yang telah memberinya keturunan? tetapi si wanita penemuan baru yang tak sengaja tertunda?

aku pun tak begitu paham dengan segala macam hal ihwal perjodohan. yang jelas aku tak pernah menyesali apapun yang telah terjadi dalam hidupku sebelumnya. apakah lelaki itu memang bukan jodohku atau tidak? bagiku tak masalah.
karena di hidup bukan melulu memfokuskan diri pada pasangan kita, tetapi hiduplah dengan selalu ikhlas memberi sesuatu yang berarti buat orang lain.
termasuk cinta.
cinta boleh dimiliki tetapi tidak manusianya.
tak seorang pun yang boleh memvonis bahwa dirinya adalah milik orang lain. Karena hanya Tuhan pemilik alam semesta beserta makhluk di dalamnya.

Tinggalkan Keraguan

Dari Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra, cucu dan kesayangan Rasulullah saw, ia berkata,” Aku menghafal pesan Rasulullah saw yang berbunyi ‘Tinggalkan perkara yang meragukanmu dan ambillah perkara yang tidak meragukanmu” (HR Nasai dan Tirmidzi. Imam Tirmidzi berkata,”Hadits hasan shahih.”)

Hadits ini termasuk dalam apa yang disebut para ulama sebagai ‘jawami’ul kalim’ yaitu hadits-hadits yang lafadz-nya pendek namum memiliki arti dam makna yang sangat dalam dan luas sehingga menjadi landasan nilai dan moral dalam menyikapi berbagai persoalan.

Satu prinsip penting yang dipesankan baginda Nabi saw melalui hadits ini adalah meninggalkan sikap keragu-raguan dan memilih hal-hal yang pasti dan meyakinkan. Ini adalah sebuah prinsip yang jika diterapkan secara konsisten dalam berbagai sisi kehidupan akan memberikan rasa keyakinan dan ketentraman jiwa baik bagi diri kita maupun orang lain, karena segala sesuatu berjalan diatas sikap kejelasan dan bukan keragu-raguan.

Prinsip ini juga menjadi landasan sikap ‘wara’ atau kehati-hatian dan akan mengantarkan seseorang pada sikap taqwa. Meninggalkan yang meragukan disini berarti meninggalkan perkara-perkara yang masih belum jelas halal haramnya. Ketidakjelasan ini akhirnya menjadikan hati menjadi ragu, bimbang dan gelisah. Dalam kondisi semacam ini, Rasulullah memberikan tuntunan kepada kita untuk memilih jalan yang lebih selamat, yaitu meninggalkan hal-hal yang masih meragukan tadi. Bukankah jalan halal yang menentramkan hati juga tidak kalah banyak dan lapangnya terbentang di hadapan kita? Inilah hakikat sikap wara’.

Dalam keseharian, kita memang terkadang kita dihinggapi perasaan ragu dan bimbang. Ini adalah hal yang wajar dan manusiawi. Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan seseorang menjadi peragu:

Pertama, kurangnya pengetahuan. Solusinya adalah melengkapi diri kita dengan informasi, data dan pengetahuan agar tidak salah dalam mengambil kesimpulan. Sikap terburu-buru dalam membuat kesimpulan tanpa data akan berpotensi melahirkan fitnah dan bencana serta kezhaliman bagi orang lain.

Kedua, kurang jelasnya duduk persoalan. Solusinya adalah melakukan tabayyun (check and recheck) kepada sumber utama agar suatu masalah menjadi jelas sehingga sikap yang harus diambil pun jelas.

Ketiga, kurang percaya diri. Ini bisa karena sikap mental yang buruk, yang karenanya harus diterapi agar kita memiliki keberanian untuk mengambil keputusan. Setiap keputusan mesti ada resikonya, baik ataupun buruk. Dengan dilandasi motivasi dan niat yang benar serta kesungguhan untuk berijtihad dalam mengambil pilihan terbaik, Allah akan memberkahi dan mencatat ijtihad kita sebagai dua kebaikan jika putusannya benar dan satu kebaikan jika ternyata putusannya salah.

Keempat, kuatnya pengaruh orang atau opini lain yang berseberangan. Kita harus memiliki alat ukur baik material maupun moral, sejauh mana sebuah pendapat dapat dibuktikan atau sebuah argumentasi dapat dipertanggungjawabkan (alat ukur material) dan oleh siapa pendapat dan opini itu disampaikan (apakah oleh orang memiliki kapasitas dan kapabilitas), serta motif dan situasi apa yang menjadi latar belakang (alat ukur moral). Dari sinilah kita akan bisa menentukan sikap yang tepat sesuai dengan keadaan, situasi dan kondisi.

Berikut ini beberapa bahaya dan dampak buruk keragu-raguan apabila telah menguasai hati kita: 1) Sikap yang diambil akan menjadi tidak jelas dan penuh keraguan. 2) Akan melahirkan kegamangan dan keragu-raguan pada orang lain, sehingga akan membuat orang lain menjadi pesimis. 3) Sulit untuk menentukan langkah dan rencana-rencana selanjutnya. 4) Akan membuka peluang fitnah dan masalah yang lebih besar. 5) Merusak kepercayaan diri dan dapat mengurangi ketsiqahan atau kepercayaan orang lain kepada kita.

Nah, kalau kita sudah mengetahui bahaya dan dampak buruk seperti ini, kita harus segera mencari solusi ketika keragu-raguan menghinggapi diri kita, yaitu dengan mengambil dan melakukan langkah-langkah maksimal dengan penuh kesungguhan, baik secara pengetahuan ataupun secara moral, agar kita bisa menetapkan keputusan yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan.

Kebalikan dari keragu-raguan adalah keyakinan, yang memiliki banyak manfaat antara lain: 1) Memunculkan rasa tentram dan nyaman serta kesejukan bagi diri kita dan orang lain. 2) Sikap dan langkah-langkah berikutnya akan jelas dan dapat direncanakan lebih awal. 3) Dalam amal jama’i (kerja kolektif) akan terjaga soliditas, semangat dan optimisme.

Dalam banyak hadits yang lain kita juga menjumpai anjuran-anjuran untuk memiliki konsistensi sikap terhadap masalah-masalah hukum, seperti sabda Nabi saw “Sesungguhnya perkara yang halal sudah jelas, dan perkara yang haram juga jelas, antara keduanya terdapat syubhat, barangsiapa meninggalkan hal yang syubhat sungguh ia telah menjaga kemuliaan diri dan agamanya, dan barangsiapa yang jatuh pada hal syubhat maka ia telah jatuh pada perbuatan haram…” Syubhat dalam konteks ini senafas dengan makna keragu-raguan atau ketidakjelasan, dan hal-hal yang syubhat itu selayaknya dihindari dan dijauhi sampai ada kejelasan hukumnya.

Atau sabda Nabi yang lain: “Orang yang menuduh hendaknya membawa alat bukti dan yang dituduh harusnya berani untuk bersumpah”. Artinya, kejelasan dan komitmen moral dalam masalah hukum menjadi hal yang sangat penting dan seorang hakim tidak boleh menjatuhkan vonis hukum terhadap terdakwa tanpa mempertimbangkan salah satu dari dua hal: alat bukti atau sumpah.

Nabi saw mengajarkan, kalau kita sedang shalat kemudian ragu akan bilangan rakaat yang sudah kita kerjakan: tiga atau empat, maka kita diperintahkan untuk meyakini rakaat ketiga karena hal itu lebih pasti. Kalaupun toh kemudian ternyata kita shalat lima rakaat hal itu tidak menjadi masalah. Rakaat kelima akan bernilai shadaqah dan pukulan bagi syetan yang telah membisikkan keragu-raguan.

Dalam hadits yang lain Nabi saw juga menjelaskan betapa orang yang makan, minum dan berpakaian dari hal-hal yang haram tidaklah akan dikabulkan doanya oleh Allah SWT. Padahal doa adalah media penting komunikasi langsung kita dengan Allah SWT, untuk menyampaikan segala harapan dan keinginan kita agar hidup ini berkah dan mendapatkan ridha-Nya.

hadits ttng keraguan

Hadits Tinggalkan Keraguan


عْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُك

Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu.
(HR Turmuzi)

TINGGALKAN KERAGUAN, RAIH KEYAKINAN

Ragu adalah penyakit yang sering menghantui banyak orang. Karena keraguannya, tidak sedikit manusia yang celaka lantaran tidak memiliki pegangan hidup yang jelas. Orang seperti ini bisa dikata melewati kehidupannya dengan kebingungan.

Membiasakan membiarkan keraguan datang, hanya menambah kerugian. Sebab hidup butuh kepastian dan keyakinan. Ragu untuk hal-hal yang belum pasti boleh saja, tetapi jangan untuk permasalahan yang sudah jelas. Apalagi yang menyangkut nasib dunia akhirat, termasuk di dalamnya pemilihan jalan dan sikap hidup.

Orang yang tak memiliki keyakinan gampang sekali diombang-ambingkan keadaan. Ketika orang lain ramai-ramai ke utara, ia dengan mudah ikut ke utara. Demikian juga ketika angin bertiup ke selatan, ia menurutinya tanpa banyak pertimbangan. Halal atau haram, baik atau buruk, tidak menjadi dasar keputusannya, karena ia sendiri tidak yakin bahwa yang halal akan membawa berkah dan kebaikan.

Orang yang ragu begitu gampang tersesat, ibarat orang berjalan tanpa petunjuk. Mana dan apa yang dituju tidak jelas, atau tidak tegas dijadikan acuan arah melangkah. Akhirnya di perjalanan terombang-ambing oleh arah telunjuk orang. Bila tak sampai, maka tidak bisa menyalahkan siapa-siapa kecuali dirinya sendiri.

Karena tingkat bahayanya itu, Islam menuntun ummatnya supaya menghilangkan segala macam keraguan, utamanya dalam menentukan jalan hidup. Al-Qur'an menuliskan, di antaranya:

"Kebenaran itu dari Rabb-mu, maka janganlah kamu menjadi orang yang ragu-ragu." (Ali 'Imran: 60)

Islam menghendaki sikap totalitas dari ummatnya. Kalau muslim ya muslim, jangan kadang-kadang Islam kadang-kadang tidak. Yang 'kadang-kadang' ini dikatagorikan tetap sebagai bukan muslim. Penyerahan diri kepada Allah sebagai wujud pengakuan kehambaan, wajib dilakukan sepenuh hati. Tanpa itu tidak akan diterima sebab masih tersirat di sana penyerahan diri kepada selain Allah.

Manusia hidup memikul konsekuensi, apapun jalan yang dipilihnya. Dan akibat dari yang dilakukan seseorang, mutlak menjadi tanggung jawabnya sendiri di hadapan Allah. Karena itu sangat fatal bila semasa di dunia, seseorang tidak kunjung memiliki keyakinan hidup. Apa nanti yang akan dijadikannya pembela di pengadilan akhirat? Amalnya, tidak dilandasi niat yang pasti, karenanya dinyatakan batal. Ia sendiri juga tidak siap menghadapi kenyataan bahwa alam akhirat benar-benar ada, karena semasa di dunia ia kadang-kadang masih mengira bahwa hidup ini hanya sekali saja.

Yakinlah akan kebenaran Islam, karena hanya itu yang akan menyelamatkan manusia. Sama-sama belum pernah mati, alangkah baiknya bila kita mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk. Kepada yang masih ragu-ragu akan adanya hari akhirat, bukankah lebih baik meyakini keberadaannya sejak sekarang, ketimbang dikira tidak ada tetapi ternyata nanti setelah mati, benar-benar ada? Allah swt berfirman, "Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tiada percaya." (QS. Al-Mu'min: 59)

Islam mensyaratkan 6 hal untuk diyakini sebagai pondasi keimanan seseorang. Setelah percaya kepada Allah sebagai Rabb, percaya adanya malaikat Allah, percaya adanya kitabullah yang benar-benar diturunkan untuk manusia, percaya adanya hari akhirat, dan percaya kepada utusan-utusan Allah, manusia juga dituntut untuk percaya kepada ketentuan (taqdir) Allah. Kepercayaan ini wajib melekat dan benar-benar diyakini sepenuh hati. Sebab bila belum yakin bahwa Allah mengutus rasul di muka bumi, seseorang tidak akan bersedia mengikuti tuntunan Nabi. Bila belum percaya bahwa isi kitab Allah seluruhnya benar, tidak mungkin pula seseorang akan mengikuti petunjuk di dalamnya secara penuh.

Paling-paling hanya akan memilih yang enak-enak dan menghindari yang memberatkan. Orang demikian sama halnya dengan orang yang kafir, yang tegas-tegas seratus persen tidak percaya.

Sebagai penyakit, keraguan tergolong penyakit menular yang sangat mengganggu kesehatan ruhani. Banyak orang yang ragu akan kebenaran ini mewarnai kehidupan, kemudian menularkan keraguannya kepada yang lain. Akibatnya jumlah orang-orang yang ragu ini semakin banyak saja.

Ungkapan orang yang ragu dengan kehidupan akhirat sering indah dan memiliki daya tarik sangat kuat. Yang lebih berbahaya lagi kalau dilengkapi sejumlah bukti dan ayat untuk mengokohkan argumentasinya. Dengan kecenderungan manusia untuk mengejar kenikmatan dunia, menyebarkan keraguan akan akhirat menjadi lebih gampang. Manusia dibuat lupa, lewat berbagai kesibukan yang menghabiskan waktu dan tenaganya.

Kadang ungkapan itu terasa halus, namun tetap mengisyaratkan bahwa keraguan telah menjiwainya. Misalnya tentang perlunya keseimbangan dunia dengan akhirat. Penafsiran yang disodorkan tentang masalah ini, kadang cenderung tendensius dengan hanya mensyaratkan kaum muslimin hidup kaya di dunia agar bisa kaya di akhirat. Bahasa-bahasa yang sudah lazim terdengar, kita tidak boleh menjadi kelompok yang lemah sehingga akan dengan mudah dikalahkan musuh. Dengan kekayaan kita menjadi kuat.

Tentu saja pernyataan itu tidak keliru. Sebagai wujud tanggung jawab keummatan hal itu betul saja, apalagi Rasulullah melalui haditsnya juga lebih mencintai ummat yang kuat daripada yang lemah. Yang menjadi masalah adalah karena terlalu sedikitnya porsi hidangan yang mengantarkan kita kepada keyakinan tentang kehidupan yang abadi. Bahkan terkesan uraian-uraian yang ada menyangkut ke-akhiratan itu dibahas secara sambil lalu saja, seolah-olah masalah akhirat adalah masalah yang ringan dan bisa dilakukan secara sambilan.

Bukankah kita layak bersedih bila ancaman siksa kubur maupun kabar-kabar tentang hari akhirat ketika diceramahkan, malah diperlakukan seperti lelucon? Mengapa berita tantang adzab yang pedih ketika disampaikan kok jadi lucu? Mengapa tidak timbul rasa kekhawatiran dan kecemasan, justru yang muncul adalah tawa terbahak-bahak?

Bukankah di kalangan para sahabat, yang telah melakonkan agama ini pada periode awal, sekali mendengar kabar ini mereka menangis tersedu-sedu dan beristighfar, agar dijauhkan dari apa yang diancamkan? Pergeseran apa yang sedang terjadi dalam diri manusia? Tidak mungkin wahyunya yang keliru. Kebenaran wahyu sifatnya abadi sepanjang masa. Ayat-ayat-Nya tetaplah suci dan mulia sampai akhir zaman. Yang perlu dilakukan peninjauan, adalah pada hati kita. Mungkin di sana telah bersarang berbagai jenis penyakit. Kita mulai tidak yakin akan ancaman siksa akhirat maupun pahala. Seakan-akan, karena selama di dunia kita senantiasa bisa hidup enak, di akhirat tidak akan ada lagi kesusahan.

Keseimbangan unsur dunia dengan akhirat tidak hanya diukur dari 'kesejahteraan'. Manusia dituntut untuk berupaya memenuhi tuntutan hidupnya semasa di dunia, tetapi jangan sampai melanggar aturan yang akan menyebabkannya celaka di akhirat. Manusia juga tidak boleh menelantarkan hidupnya hanya dengan alasan ingin mendapatkan akhirat, karena hal ini justru bertentangan dengan ketentuan Allah swt.

Bahaya munafik.

Pada awalnya, kelompok orang-orang yang ragu ini diketuai oleh Abdullah bin Ubay pada zaman Rasulullah. Kelompok mereka kemudian dikenal sebagai kaum munafik. Karena tidak punya pendirian, mereka juga disebut sebagai kelompok plin-plan. Menyatakan sebagai kafir tidak, tetapi membela kaum muslimin juga tidak, karena tidak yakin akan kemenangan maupun janji akhirat. Akhirnya, kelompok Abdullah bin Ubay menjadi pangkal perselisihan antar ummat Islam karena hembusan fitnah dan analisisnya atas hal-hal yang tidak diketahuinya secara pasti.

Tidak mustahil penyakit seperti itu juga menimpa diri kita. Sifat-sifat manusia yang serba pelupa, sombong, gemar pamrih sekalipun dhaif, memang sangat rentan terhadap penyakit keraguan dan (akhirnya) kekhawatiran. Karena informasi yang tendensius, seseorang bisa berubah fikiran dan menjadi ragu-ragu. Jangan-jangan... jangan-jangan.., begitu pertimbangan-pertimbangan yang muncul.

"(Ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata, 'Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya.'"(QS Al-Anfaal: 49)

Mungkin secara terus-terang kita tidak pernah mengungkapkan 'pelecehan' seperti ini. Akan tetapi ungkapan yang bernada 'tidak akan beruntung kalau menekuni agama selalu' ini mengandung makna tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan oleh orang-orang munafik dan orang-orang berpenyakit hati dalam ayat di atas. Ini suatu kekeliruan yang hendaknya diluruskan.

"Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan sendau-gurau dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia." (QS Al-An'aam: 70)

Mari tinggalkan keraguan. Kita geluti dan seriusi agama Allah sebagai jalan satu-satunya menuju keselamatan dunia akhirat. Ingatlah di majelis pengadilan oleh para malaikat nanti, tidak akan ditanyakan warna apakah pakaian kita, pada pemilu memilih gambar apa, apakah kita sudah pernah mencicipi nasi kebuli atau belum, dan sebagainya. Yang harus kita pertaruhkan nantinya adalah nurani kita sendiri, yang didukung oleh sikap hidup dan konsistensi kita.

Renungan bagi pemimpin

Presiden Teladan, Presiden Termiskin Dunia



Semoga ini menjadi bahan renungan kita, terutama orang kalangan atas pejabat dan menteri!!

Presiden Iran saat ini: Mahmoud Ahmadinejad, ketika di wawancara oleh TV Fox (AS) soal kehidupan pribadinya:




"Saat anda melihat di cermin setiap pagi, apa yang anda katakan pada diri anda?"
Jawabnya: "Saya melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya:
"Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran ."


Berikut adalah gambaran Ahmadinejad yang belum tentu orang ketahui, dan pastiyang membuat orang ternganga dan terheran-heran :


1. Saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan
Ia menyumbangkan seluruh karpet Istana Iran yang sangat tinggi nilainya itu
kepada masjid2 di Teheran dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan.

2. Ia mengamati bahwa ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP,
lalu ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut dan menanyakan pada protokoler
untuk menggantinya dengan ruangan biasa dengan 2 kursi kayu, meski sederhana tetap terlihat impresive.





3. Di banyak kesempatan ia bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya.

4. Di bawah kepemimpinannya, saat ia meminta menteri2 nya untuk datang kepadanya
dan menteri2 tsb akan menerima sebuah dokumen yang ditandatangani yang berisikan arahan2 darinya,
arahan tersebut terutama sekali menekankan para menteri2nya untuk tetap hidup sederhana
dan disebutkan bahwa rekening pribadi maupun kerabat dekatnya akan diawasi,
sehingga pada saat menteri2 tsb berakhir masa jabatannya dapat meninggalkan kantornya dengan kepala tegak.

5. Langkah pertamanya adalah ia mengumumkan kekayaan dan propertinya yang terdiri dari Peugeot 504 tahun 1977,
sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran.
Rekening banknya bersaldo minimum, dan satu2nya uang masuk adalah uang gaji bulanannya.

6. Gajinya sebagai dosen di sebuah universitas hanya senilai US$ 250.

7. Sebagai tambahan informasi, Presiden masih tinggal di rumahnya.
Hanya itulah yang dimilikinyaseorang presiden dari negara yang penting baik secara strategis, ekonomis, politis,
belum lagi secara minyak dan pertahanan.
Bahkan ia tidak mengambil gajinya, alasannya adalah bahwa semua kesejahteraan adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya.

8. Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yg selalu dibawa sang presiden tiap hari selalu berisikan sarapan;
roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya dan memakannya dengan gembira,
ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden.





9. Hal lain yang ia ubah adalah kebijakan Pesawat Terbang Kepresidenan,
ia mengubahnya menjadi pesawat kargo sehingga dapat menghemat pajak masyarakat dan untuk dirinya,
ia meminta terbang dengan pesawat terbang biasa dengan kelas ekonomi.

10. Ia kerap mengadakan rapat dengan menteri2 nya untuk mendapatkan info tentang kegiatan dan efisiensi yang sdh dilakukan,
dan ia memotong protokoler istana sehingga menteri2 nya dapat masuk langsung ke ruangannya tanpa ada hambatan.
Ia juga menghentikan kebiasaan upacara2 seperti karpet merah, sesi foto, atau publikasi pribadi,
atau hal2 spt itu saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya.


11. Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar tanpa tempat tidur yg tidak terlalu besar
karena ia tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut.
Apakah perilaku tersebut merendahkan posisi presiden?
Presiden Iran tidur di ruang tamu rumahnya sesudah lepas dari pengawal2nya yg selalu mengikuti kemanapun ia pergi.
Menurut koran Wifaq, foto2 yg diambil oleh adiknya tersebut,
kemudian dipublikasikan oleh media masa di seluruh dunia, termasuk amerika.







12. Sepanjang sholat, anda dapat melihat bahwa ia tidak duduk di baris paling muka






13. Bahkan ketika suara azan berkumandang,
ia langsung mengerjakan sholat dimanapun ia berada meskipun hanya beralaskan karpet biasa






14. baru-baru ini dia baru saja mempunyai Hajatan Besar Yaitu Menikahkan Puteranya. Tapi pernikahan putra Presiden ini hanya layaknya pernikahan kaum Buruh. Berikut dokumentasi pernikahan Putra Seorang Presiden







sebegitu sederhanakah dia?














Mudah-mudahan di pemilu yang akan datang kita akan memiliki Presiden seperti itu

SUMBER : www.Unik77.tk

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More