This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

02 Oktober 2010

Semangkuk Nasi Putih

Pada sebuah senja dua puluh tahun yang lalu, terdapat seorang pemuda yang kelihatannya seperti seorang mahasiswa berjalan mondar mandir di depan sebuah rumah makan cepat saji di kota metropolitan, menunggu sampai tamu di restoran sudah agak sepi, dengan sifat yang segan dan malu-malu dia masuk ke dalam restoran tersebut. “Tolong sajikan saya semangkuk nasi putih.”

Dengan kepala menunduk pemuda ini berkata kepada pemilik rumah makan. Sepasang suami istri muda pemilik rumah makan, memperhatikan pemuda ini hanya meminta semangkuk nasi putih dan tidak memesan lauk apapun, lalu menghidangkan semangkuk penuh nasi putih untuknya. Ketika pemuda ini menerima nasi putih dan sedang membayar berkata dengan pelan: “dapatkah menyiram sedikit kuah sayur diatas nasi saya.”

Istri pemilik rumah berkata sambil tersenyum: “Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu bayar!” Sebelum habis makan, pemuda ini berpikir : “kuah sayur gratis.” Lalu memesan semangkuk lagi nasi putih.
“Semangkuk tidak cukup anak muda, kali ini saya akan berikan lebih banyak lagi nasinya.”

Dengan tersenyum ramah pemilik rumah makan berkata kepada pemuda ini. “Bukan, saya akan membawa pulang, besok akan membawa ke sekolah sebagai makan siang saya!”

Mendengar perkataan pemuda ini, pemilik rumah makan berpikir pemuda ini tentu dari keluarga miskin diluar kota, demi menuntut ilmu datang kekota, mencari uang sendiri untuk sekolah, kesulitan dalam keuangan itu sudah pasti. Berpikir sampai disitu pemilik rumah makan lalu menaruh sepotong daging dan sebutir telur disembunyikan dibawah nasi, kemudian membungkus nasi tersebut sepintas terlihat hanya sebungkus nasi putih saja dan memberikan kepada pemuda ini.

Melihat perbuatannya, istrinya mengetahui suaminya sedang membantu pemuda ini, hanya dia tidak mengerti, kenapa daging dan telur disembunyikan di bawah nasi ?

Suaminya kemudian membisik kepadanya: “Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk dinasinya dia tentu akan merasa bahwa kita bersedekah kepadanya, harga dirinya pasti akan tersinggung lain kali dia tidak akan datang lagi, jika dia ket empat lain hanya membeli semangkuk nasi putih, mana ada gizi untuk bersekolah.”

“Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang masih menjaga harga dirinya.”
“Jika saya tidak baik, apakah engkau akan menjadi istriku ?”

Sepasang suami istri muda ini merasa gembira dapat membantu orang lain. “Terima kasih, saya sudah selesai makan.” Pemuda ini pamit kepada mereka. Ketika dia mengambil bungkusan nasinya, dia membalikan badan melihat dengan pandangan mata berterima kasih kepada mereka. “Besok singgah lagi, engkau harus tetap bersemangat!” katanya sambil
melambaikan tangan, dalam perkataannya bermaksud mengundang pemuda ini besok jangan segan-segan datang lagi. Sepasang mata pemuda ini berkaca-kaca terharu, mulai saat itu setiap sore pemuda ini singgah kerumah makan mereka, sama seperti biasa setiap hari hanya memakan semangkuk nasi putih dan membawa pulang sebungkus untuk bekal keesokan hari.

Sudah pasti nasi yang dibawa pulang setiap hari terdapat lauk berbeda yang tersembunyi setiap hari, sampai pemuda ini tamat, selama 20 tahun pemuda ini tidak pernah muncul lagi. Pada suatu hari, ketika suami ini sudah berumur 50 tahun lebih, pemerintah melayangkan sebuah surat bahwa rumah makan mereka harus digusur, tiba-tiba kehilangan mata pencaharian dan mengingat anak mereka yang disekolahkan di luar negeri yang perlu biaya setiap bulan membuat suami istri ini berpelukan menangis dengan panik.

Pada saat ini masuk seorang pemuda yang memakai pakaian bermerek kelihatannya seperti direktur dari kantor bonafid.

“Apa kabar?, saya adalah wakil direktur dari sebuah perusahaan, saya diperintah oleh direktur kami mengundang kalian membuka kantin di perusahaan kami, perusahaan kami telah menyediakan semuanya kalian hanya perlu membawa koki dan keahlian kalian kesana, keuntungannya akan dibagi 2 dengan perusahaan.”

“Siapakah direktur diperusahaan kamu ?, mengapa begitu baik terhadap kami? saya tidak ingat mengenal seorang yang begitu mulia!” sepasang suami istri ini berkata dengan terheran.

“Kalian adalah penolong dan kawan baik direktur kami, direktur kami paling suka makan telur dan dendeng buatan kalian, hanya itu yang saya tahu, yang lain setelah kalian bertemu dengannya dapat bertanya kepadanya.” Akhirnya, pemuda yang hanya memakan semangkuk nasi putih ini muncul, setelah bersusah payah selama 20 tahun akhirnya pemuda ini dapat membangun kerajaaan bisnisnya dan sekarang menjadi seorang direktur yang sukses untuk kerajaan bisnisnya.

Dia merasa kesuksesan pada saat ini adalah berkat bantuan sepasang suami istri ini, jika mereka tidak membantunya dia tidak mungkin akan dapat menyelesaikan kuliahnya dan menjadi sesukses sekarang. Setelah berbincang-bincang, suami istri ini pamit hendak meninggalkan kantornya. Pemuda ini berdiri dari kursi direkturnya dan dengan membungkuk dalam-dalam berkata kepada mereka: “bersemangat ya! di kemudian hari perusahaan tergantung kepada kalian, sampai bertemu besok!” Kebaikan hati dan balas budi selamanya dalam kehidupan manusia adalah suatu perbuatan indah dan yang paling mengharukan.

motivationplannet.wordpress.com

Cinta dan Persahabatan

Mampukah kita membayangkan persahabatan tanpa cinta ?
Persahabatan dan cinta adalah teman terbaik. Karena dimana ada cinta, persahabatan selalu ada di sampingnya. Dan dimana persahabatan berada, cinta selalu tersenyum ceria dan tidak pernah meninggalkan persahabatan.

Pada suatu hari persahabatan mulai berpikir bahwa cinta telah membuat dirinya tidak mendapat perhatian lagi karena persahabatan mengganggap cinta lebih menarik dari pada dirinya.

Hmm… seandainya tidak ada cinta mungkin aku lebih terkenal, dan lebih banyak orang memberi perhatian kepadaku begitu pikir persahabatan. Sejak hari itu persahabatan memusuhi cinta. Ketika cinta mulai bermain bersama persahabatan selalu seperti akan menjauhi cinta. Apabla cinta bertanya kenapa persahabatan menjauhi dirinya, persahabatan hanya memalingkan wajah dan menghindar meninggalkan cinta.

Kesedihan pun menghampiri cinta dan cinta tidak sanggup menahan air matanya lalu menangis tersedu-sedu. Kesedihan hanya termangu memandang cinta yang kehilangan teman baiknya.

Beberapa hari tanpa cinta, persahabatan mulai bergaul dengan kecewa, putus asa, kemarahan dan kebencian. Persahabatan mulai kehilangan sifat manisnya, dan orang-orang mulai tidak menyukai persahabatan. Persahabatan mulai dijauhi dan tidak disukai lagi. Walaupun persahabatan cantik, tetapi sifatnya mulai memuakkan. Persahabatan menyadari dirinya bahwa tidak lagi di sukai lantaran banyak orang yang menjauhi dirinya, persahabatan mulai menyesali keadaannya, dan saat itulah kesedihan melihat persahabatan. Lalu menyampaikan kepada cinta bahwa persahabatan dalam kedukaan.

Dengan segera cinta berlari dan menghampiri persahabatan. Saat persahabatan melihat cinta menghampiri dirinya, dengan air mata yg berlinang persahabatan pun meluapkan seribu penyesalannya meninggalkan cinta. Akhirnya, persahabatan dan cinta kembali menjadi teman baik, persahabatan kembali menjadi pribadi yang menyenangkan dan cinta pun kembali tersenyum ceria. Semua orang akhirnya melihat kedua teman baik itu sebagai berkat dan anugrah dalam kehidupan.

Moral,
Mampukah persahabatan tanpa cinta?
Mampukah cinta tanpa persahabatan??
Sering kali kita temui banyak orang memisahkan persahabatan dan cinta karena mereka berpikir “kalau persahabatan sudah diselami dengan cinta, pasti akan menjadi sulit.” Terutama bagi mereka yg menjalin persahabatan antara lelaki dan wanita. Persahabatan merupakan bentuk hubungan yg indah antara manusia, di mana cinta hadir untuk memberikan senyumnya dan mewarnai persahabatan. Tanpa cinta, persahabatan mungkin akan di isi dengan kecewa,benci, marah, egois dan berbagai hal yg membuat persahabatan tidak lagi indah.

Berhentilah membuat batas antara cinta dan persahabatan, biarkanlah mereka tetap menjadi teman baik, yang harus di luruskan adalah cinta bukanlah perusak persahabatan. Cinta memperindah persahabatan kita. Sering kali cinta cuma dijadikan kambing hitam sebagai perusak sebuah persahabatan. Salah besar!! seharusnya dengan adanya cinta, persahabatan akan semakin menyenangkan.

Teman-teman yang sedang mengalami goncangan dalam persahabatan, jangan salahkan cinta! tetapi cobalah perbaiki persahabatanmu dengan cinta, karena cinta akan menutupi segala kesalahan, mengampuni dengan mudah dan membuat sesuatu yg tidak mungkin menjadi mungkin.

Teman-teman yg belum mengerti arti persahabatan, cobalah memulai sebuah persahabatan. Karena dengan persahabatan kalian akan semakin dewasa, tidak egois dan belajar untuk mengerti. bahwa segala sesuatu tidak selalu terjadi dengan keinginan kita.

Teman-teman yang sedang kecewa dengan persahabatan, renungkanlah. Apakah saya sudah menjalani persahabatan dengan benar dan cobalah memahami arti persahabatan buat hidupmu. Keinginan, semangat, pengertian, kematangan, kelemahlembutan dan segala hal yg baik akan kita temui dalam persahabatan.

Mengenali HIKMAH dalam Ujian Kehidupan

Kata orang, hidup ini layaknya roda kehidupan. Kadang berada di atas, kadang berada di bawah. Ada pula yang bilang hidup ini seperti ombak di pantai. Kadang tenang, namun tak jarang pula menghantarkan gelombang yang begitu kencang. Apa pun perumpamaan manusia terhadap kehidupan ini, intinya adalah hidup ini takkan setenang air di dalam kolam. Akan ada goncangan-goncangan, hambatan-hambatan, dan ujian-ujian yang bermacam-macam bentuknya.

Terkadang manusia seringkali merasa tidak mampu untuk menghadapi cobaan-cobaan hidup. Bahkan banyak pula yang tak menyadari bahwa semua nikmat dan semua ujian itu hanya berasal dari satu sumber. Semua itu berasal dari pemilik seluruh jiwa-jiwa manusia dan penguasa seluruh hati-hati manusia, yaitu Allah, Sang Maha Kuasa. Parahnya, ada juga yang menyesali diri sendiri, menganggap nasib diri terlalu sial, sehingga tak pernah mendapatkan kebahagiaan dalam hidup.

Mungkin anda pernah dengar cerita sebuah cangkir cantik yang dipajang di sebuah etalase toko. Sebelum berada di sana, ia hanyalah seonggok tanah liat yang sama sekali tidak dihiraukan orang. Kemudian seorang pengrajin mengambil dirinya, membentuk tanah liat itu, kemudian membakarnya di dalam perapian. Sang tanah liat sempat marah dan benci terhadap perlakuan yang diterimanya. Ia harus menahan sakit dan kepanasan. Tak sampai di situ, ia harus rela dicat dengan berbagai warna, kemudian dibakar lagi. Segala macam perlakuan sungguh tidak mengenakkan baginya. Namun apa yang terjadi, setelah semua proses selesai, sang tanah liat mendapati dirinya telah menjadi sebuah cangkir cantik. Ia bukan lagi seonggok tanah liat yang bau, tapi ia telah menjadi sosok baru dan tentu saja lebih baik. *

Mungkin kita sebagai manusia, seringkali berpikir seperti tanah liat tadi. Ujian-ujian yang mendatangi di setiap detik kehidupan selalu ditanggapi dengan ketidaksabaran, keluh kesah, dan ketidakikhlasan. Tak jarang mungkin di antara kita merasa terlalu dibebani dengan amanah-amanah, merasa hanya diri sendiri yang diberi ujian, sedang orang lain bisa bersenang-senang, dan ada juga yang justru berhenti dan tidak mau lagi berbuat karena merasa terlalu lelah, fatigue, dan kecewa. Belum lagi kondisi lingkungan, keluarga, dan teman-teman yang seringkali cuek, tidak perduli, dan sibuk dengan urusan masing-masing.

Tapi cobalah kita lihat kisah si gelas cantik tadi. Lihatlah, betapa setelah semua proses berlalu, seonggok tanah liat telah menjadi sebuah gelas cantik. Betapa indahnya perubahan itu. Saat ini anda mungkin sedang diuji berbagai macam masalah, mulai dari masalah di keluarga, orang tua, teman-teman, tempat kerja, bahkan amanah dakwah sekalipun, tapi percayalah bahwa Allah sedang membentuk anda. Bisa jadi anda tidak menyukai bentukan itu, tapi anda harus sabar. Bukankah selalu ada kemudahan setelah kesusahan? Ingat, awan tak selamanya mendung, sekali waktu ia akan cerah berawan menaungi langit. Bahkan angin topan pun tak selamanya meniupkan angin kencangnya, pada waktunya ia akan tenang dan reda kembali.

Dulu, seorang teman pernah bilang, kalau merasa diri sedang mendapatkan ujian yang begitu berat, berbaik sangkalah kepada diri sendiri dan kepada Allah. Ingat bahwa Allah selalu menurut persangkaan hamba-Nya. Anggap saja saat diuji dengan berbagai masalah, anda sedang dalam masa ujian layaknya anak sekolah. Untuk bisa naik tingkat, harus ada ujian untuk menguji kesiapan. Makin tinggi tingkat, makin tinggi pula level kerumitan ujian yang diberikan. Percayalah, kalau anda berhasil menghadapi ujian ini, anda akan berhasil naik tingkat di mata Allah, menjadi mukmin sejati. Allah tidak akan memberikan suatu ujian sesuai dengan kemampuan hamba-Nya. Kalau Allah saja yakin kita mampu, masa kita sendiri tidak yakin dengan kemampuan diri?

Buat saudara-saudaraku yang saat ini sedang diuji oleh Allah, apapun bentuk ujian itu, bergembiralah dan bersabarlah. Bergembira karena ujian berarti Allah masih peduli dan sayang kepada kita, untuk itu ia memberikan ujian agar kita lebih kuat, lebih bijak, dan lebih mulia. Allah ingin kita menjadi lebih baik di hadapan-Nya. Setelah itu, bersabarlah karena sesungguhnya kesabaran akan membuahkan ketenangan jiwa, kekuatan hati, dan sungguh Allah selalu bersama orang-orang yang sabar. Bersabarlah, karena Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang beriman, justru manusia lah yang seringkali meninggalkan sang penciptanya.

Apakah yang diperoleh orang-orang yang telah kehilangan Allah dari dalam dirinya? Dan apakah yang harus dicari oleh orang-orang yang telah menemukan Allah di dalam dirinya? Sungguh antara yang pertama dan kedua tidak akan pernah sama. Orang kedua akan mendapatkan segalanya, dan orang pertama akan kehilangan segalanya.

Mengenali HIKMAH dalam Ujian Kehidupan

Kata orang, hidup ini layaknya roda kehidupan. Kadang berada di atas, kadang berada di bawah. Ada pula yang bilang hidup ini seperti ombak di pantai. Kadang tenang, namun tak jarang pula menghantarkan gelombang yang begitu kencang. Apa pun perumpamaan manusia terhadap kehidupan ini, intinya adalah hidup ini takkan setenang air di dalam kolam. Akan ada goncangan-goncangan, hambatan-hambatan, dan ujian-ujian yang bermacam-macam bentuknya.

Terkadang manusia seringkali merasa tidak mampu untuk menghadapi cobaan-cobaan hidup. Bahkan banyak pula yang tak menyadari bahwa semua nikmat dan semua ujian itu hanya berasal dari satu sumber. Semua itu berasal dari pemilik seluruh jiwa-jiwa manusia dan penguasa seluruh hati-hati manusia, yaitu Allah, Sang Maha Kuasa. Parahnya, ada juga yang menyesali diri sendiri, menganggap nasib diri terlalu sial, sehingga tak pernah mendapatkan kebahagiaan dalam hidup.

Mungkin anda pernah dengar cerita sebuah cangkir cantik yang dipajang di sebuah etalase toko. Sebelum berada di sana, ia hanyalah seonggok tanah liat yang sama sekali tidak dihiraukan orang. Kemudian seorang pengrajin mengambil dirinya, membentuk tanah liat itu, kemudian membakarnya di dalam perapian. Sang tanah liat sempat marah dan benci terhadap perlakuan yang diterimanya. Ia harus menahan sakit dan kepanasan. Tak sampai di situ, ia harus rela dicat dengan berbagai warna, kemudian dibakar lagi. Segala macam perlakuan sungguh tidak mengenakkan baginya. Namun apa yang terjadi, setelah semua proses selesai, sang tanah liat mendapati dirinya telah menjadi sebuah cangkir cantik. Ia bukan lagi seonggok tanah liat yang bau, tapi ia telah menjadi sosok baru dan tentu saja lebih baik. *

Mungkin kita sebagai manusia, seringkali berpikir seperti tanah liat tadi. Ujian-ujian yang mendatangi di setiap detik kehidupan selalu ditanggapi dengan ketidaksabaran, keluh kesah, dan ketidakikhlasan. Tak jarang mungkin di antara kita merasa terlalu dibebani dengan amanah-amanah, merasa hanya diri sendiri yang diberi ujian, sedang orang lain bisa bersenang-senang, dan ada juga yang justru berhenti dan tidak mau lagi berbuat karena merasa terlalu lelah, fatigue, dan kecewa. Belum lagi kondisi lingkungan, keluarga, dan teman-teman yang seringkali cuek, tidak perduli, dan sibuk dengan urusan masing-masing.

Tapi cobalah kita lihat kisah si gelas cantik tadi. Lihatlah, betapa setelah semua proses berlalu, seonggok tanah liat telah menjadi sebuah gelas cantik. Betapa indahnya perubahan itu. Saat ini anda mungkin sedang diuji berbagai macam masalah, mulai dari masalah di keluarga, orang tua, teman-teman, tempat kerja, bahkan amanah dakwah sekalipun, tapi percayalah bahwa Allah sedang membentuk anda. Bisa jadi anda tidak menyukai bentukan itu, tapi anda harus sabar. Bukankah selalu ada kemudahan setelah kesusahan? Ingat, awan tak selamanya mendung, sekali waktu ia akan cerah berawan menaungi langit. Bahkan angin topan pun tak selamanya meniupkan angin kencangnya, pada waktunya ia akan tenang dan reda kembali.

Dulu, seorang teman pernah bilang, kalau merasa diri sedang mendapatkan ujian yang begitu berat, berbaik sangkalah kepada diri sendiri dan kepada Allah. Ingat bahwa Allah selalu menurut persangkaan hamba-Nya. Anggap saja saat diuji dengan berbagai masalah, anda sedang dalam masa ujian layaknya anak sekolah. Untuk bisa naik tingkat, harus ada ujian untuk menguji kesiapan. Makin tinggi tingkat, makin tinggi pula level kerumitan ujian yang diberikan. Percayalah, kalau anda berhasil menghadapi ujian ini, anda akan berhasil naik tingkat di mata Allah, menjadi mukmin sejati. Allah tidak akan memberikan suatu ujian sesuai dengan kemampuan hamba-Nya. Kalau Allah saja yakin kita mampu, masa kita sendiri tidak yakin dengan kemampuan diri?

Buat saudara-saudaraku yang saat ini sedang diuji oleh Allah, apapun bentuk ujian itu, bergembiralah dan bersabarlah. Bergembira karena ujian berarti Allah masih peduli dan sayang kepada kita, untuk itu ia memberikan ujian agar kita lebih kuat, lebih bijak, dan lebih mulia. Allah ingin kita menjadi lebih baik di hadapan-Nya. Setelah itu, bersabarlah karena sesungguhnya kesabaran akan membuahkan ketenangan jiwa, kekuatan hati, dan sungguh Allah selalu bersama orang-orang yang sabar. Bersabarlah, karena Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang beriman, justru manusia lah yang seringkali meninggalkan sang penciptanya.

Apakah yang diperoleh orang-orang yang telah kehilangan Allah dari dalam dirinya? Dan apakah yang harus dicari oleh orang-orang yang telah menemukan Allah di dalam dirinya? Sungguh antara yang pertama dan kedua tidak akan pernah sama. Orang kedua akan mendapatkan segalanya, dan orang pertama akan kehilangan segalanya.

01 Oktober 2010

Sebuah Semangat

Segala sesuatu yang diciptakan Allah di dunia ini tidak ada yang sia-sia namun mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Misalnya; air untuk munum, udara untuk bernafas, dan masih banyak lagi ciptaan Allah yang lainnya termasuk manusia. Manusia diciptakan Allah dengan bentuk/ wujud yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk-Nya yang lain. Firman Allah dalam surat At-Tiin Ayat 4; “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Dengan melihat penggalan ayat tersebut jelaslah bahwa Allah tidak ingin manusia menjadi hina. Allah menciptakan manusia dengan bentuk paling sempurna agar manusia yang menjadi wakil-Nya di bumi juga menjadi makhluk yang mulia. Manusia juga dibekali dengan nafsu, akal, ilmu dll, itulah yang menjadi pelengkap kesempurnaan manusia tersebut. Maka pergunakanlah itu dengan baik, disamping akan menghasilkan hal-hal yang baik, juga akan mendapatkan ridho-Nya.

Bercita-citalah setinggi langit dan berpikirlah untuk maju. Jadikanlah hari ini lebih baik daripada hari kemarin. Kita diciptakan bukan untuk kalah dan bukan pula untuk gagal, tapi kita diciptakan Allah sebagai wakil-Nya di bumi. Jadilah pribadi yang selalu optimis. Karena optimis merupakan kegigihan untuk memperjuangkan sasaran untuk menuju kesuksesan. Meski gagal, namun pandanglah kegagalan itu sebagai situasi yang dapat kita kendalikan ketimbang sebagai kekurangan pribadi. Ingatlah Allah dekat dengan kita, Ia ingin agar kita berhasil karena itu, Allah senantiasa mendampingi kita dengan suara-suara hati yang merupakan pengejawantahan sifat-sifat-Nya.

Kekuatan pikiran bawah sadar yang seringkali membuat sugesti, adalah energi dahsyat yang berguna bagi diri kita. Untuk itu, bangkitkanlah energy itu, biarkan ia membara dalam dada. Doktrinlah diri sendiri untuk mengingat Kebesaran Allah, isi sanubari dengan menyebut “Maha Besar Allah ” setiap waktu. Maka kekuatan energi akan mengalir dan membakar semangat. Kemudian tetapkan kemauan, dan bedakan antara kemauan “biasa” dan kemauan yang “membara”. Rahasia sebuah keberhasilan adalah terus menerus mengingat bahwa kita lebih baik daripada yang kita pikirkan.

Janganlah menjadi pribadi yang selalu rendah diri, selalu meremehkan diri sendiri. Kalau anda menyadari, andaikata komputer di jadikan satu komputer yang paling canggih sekalipun, tidak sanggup menyaingi manusia sebagai ciptaan Allah. Sadarilah bahwa Allah sudah memberi modal pada diri kita, sekarang tinggal bagaimana kita menggunakan. Jangan sia-siakan pemberian Allah ini. Yakinlah bahwa kita dirancang dan diciptakan sedemikian rupa sempurnanya bukan untuk kalah dan bukan pula untuk gagal tapi kita diciptakan untuk berhasil. Tanamkan pada diri sendiri bahwa “SAYA HARUS BISA…!!!”. Karena tidak ada alasan untuk mengatakan “tidak”. Kita telah diberi modal yang luar biasa oleh Allah. Allah berfirman dalam Q.S. Ar Ra’d ayat 11;“…..Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri……..”

Belajar dari Cacing

Anda pasti pernah melihat cacing. Entah itu di kebun, sawah atau ladang. Cacing adalah binatang melata yang hidup di tanah. Mungkin sebagian orang akan jijik melihatnya. Namun jika Anda perhatikan, pasti Anda akan berfikir betapa lemahnya binatag ini. Bagaimana tidak, ia tidak memiliki tangan, kaki dan mata. Cacing seolah-olah tidak
mempunyai sarana yang layak untuk survive atau
bertahan hidup.Tapi bukan itu yang akan saya bahas pada tulisan saya kali ini.
Dengan segala keterbatasannya cacing mampu bertahan hidup. Tak henti-hentinya ia mencari rizki yang telah dberikan Allah kepadanya. Meski kita hatu, bagaimana kondisi si cacing ini..
Sekarang coba bandingkanlah dengan manusia. Kita di ciptakan Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Sebagaimana firman Allah QS At Tiin ayat 4;
”sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Banyak diantara kita berputus asa terhadap nikmat yang diberikan Allah. Kadang saking parahnya sampai bunuh diri. Apakah Anda pernah melihat cacing bunuh diri gara-gara putus asa dengan kondisinya yang serba kekurangan? Tidak kan?
Akhir kata, saya hanya ingin berpesan bahwa apapun kondisi Anda syukurilah itu sebagai karunia Allah. Jangan putus asa atas segala yang diberikannya. Kalau berusaha pasti ada jalan.

Keteladanan Keluarga Umar

Suatu saat Khalifah Umar ra mengutus Jutsamah ibn Musahiq Al-Kinani ra untuk menyampaikan surat kepada Kaisar Rumawi Helaclius, ketika Jutsamah akan berangkat, Ummu Kultsum binti Ali ibn Abi Thalib ra istri Khalifah Umar ra bersama adiknya Al-Husain ibn Ali ra menitipkan surat kepada permaisuri kaisar yang bernama Martina, selain surat Ummu Kulsum juga menitipkan sebuah gelas kaca berisi minyak wangi sebagai hadiah untuk permaisuri.

Jutsaimah berangkat ke kota Konstantiniyah, setelah sampai disana ia menemui kaisar heraclius dan menyerahkan surat Khalifah Umar juga menyerahkan surat dan gelas kaca berisi minyak wangi dari istri Khalifah kepada permaisuri,sesuai permintaan istri Khalifah, Jutsamah menerjemahkan suratnya kepada permaisuri yang isinya sbb :

Dari Ummu Kulsum, istri Amirul Mu`minin Umar
Kepada Martina, permasuri kaisar Rumawi Heraclius
Salam sejahtera untuk-mu..

Aku mengajak anda untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat
saudariku, masuklah anda kedalam islam, jika anda masuk Islam, suamimu akan mengikutimu lalu rakyatmu juga akan memeluk Islam karena itu anda akan mendapatkan ganjaran pahala ribuan orang yang mendapatkan hidayah..

Mendengar isi surat itu, permaisuri merasa kagum. Ia berkata :” Aku terima hadiah berupa gelas berisi minyak wangi ini, tapi aku menolak ajakan masuk Islam, aku tetap berpegang pada agamaku”. lalu Martina menitipkan kalung permata yg sangat mahal sebagai hadiah bagi Ummu Kultsum.

Jutsamah pulang ke Madinah, ia menyerahkan kalung permata itu kepada Al-Husain untuk diberikan kepada kakaknya Ummu Kultsum, betapa senangnya Ummu Kultsum dengan hadiah sang permaisuri kaisar tsb. Namun kemudian Khalifah Umar melihat kalung permata itu dan bertanya dari mana ia memperolehnya. Ummu Kultsum-pun menjelaskan asal usul kalung tersebut.

Mendengar penjelasan dari istrinya, Khalifah Umar ra berkata : “kalung itu adalah hak kaum muslimin, karena itu kalung tersebut harus diserahkan kepada baitul maal”

Ucapan Khalifah Umar ra membuat Ummu Kultsum marah, ia berkata :” aku tidak mau bicara lagi denganmu selamanya”

Khalifah pergi ke masjid menyuruh muazzin untuk memanggil kaum muslimin, setelah mereka berkumpul Khalifah naik ke mimbar dan menceritakan ihwal kalung yg diterima istrinya kepada kaum muslimin, setelah itu Khalifah berkata :” kalung itu harus dikembalikan kepada baitul maal, Ummu Kultsum tidak berhak mengambilnya, ia memperolehnya karena ia istri Amirul Mu`minin”

Kaum muslimin yg hadir mengatakan :” kami ridha kalung itu untuk Ummu Kultsum, biarlah kalung itu menjadi miliknya Ya Amiral Mu`minin ”

Khalifah pulang ke rumahnya, ia bertanya kepada istrinya :”apakah engkau masih marah padaku?, aku telah bermusyawarah kepada`kaum muslimin di masjid tentang kalung ini, mereka sepakat dan ridha kalung itu menjadi milikmu, akan tetapi jika engkau memyerahkannya ke baitul maal, itu jauh lebih baik”

Cerita tentang kalung itu sampai juga kepada Imam Ali ibn Abi Thalib ra ayah dari Ummu Kultsum. Sepulang dari sebuah perjalanan Imam Ali meminnta izin untuk bertemu dengan Khalifah Umar ra, Khalifah menyambutnya seraya berkata :” ahlan ya Abal Hasan, silakan masuk..”

Imam Ali memberi salam kepada putrinya, Ummu Kultsum-pun mencium tangan ayahnya. Imam Ali berkata :” mana kalung itu, wahai putri-ku?” lalu Ummu Kultsum menunjukkannya sambil berkata :” ini ayah..”

Imam Ali berkata :” wahai, putriku, kalung ini tidak pantas dipakai oleh keluarga Rasulullah saw dan juga keluarga Khalifah Umar, kalung ini hanya pantas dikenakan oleh keluarga kaisar atau kisra, engkau tidak seperti wanita-wanita lain, engkau adalah putri Fatimah Azzahra`cucu Rasulullah saw, engkau adalah anakku, istri Khalifah Umar, pemimpin kaum muslimin, lebih baik bagimu bila orang-orang berkata :” suaminya telah menzaliminya demi kepentingan kaum muslimin dari pada mereka berkata :” suaminya menzalimi kaum muslimin demi kepentingan istrinya”, silakan pertimbangkan apa yang engkau akan pilih, apakah engkau akan memilih Allah dan kenikmatan akhirat atau memilih kalung ini, wahai putriku ?”

Ummu Kultsum menjawab :” tentu aku akan memilih Allah dan kenikmatan akhirat, silakan ambil kalung ini ayah dan serahkan ke baitul maal”…. SubhanalLaah

Imam Ali berkata :” semoga Allah memberkahimu wahai anakku…”

menyaksikan kejadian ini Khalifah Umar ra berkata dengan suara keras :” Sungguh keturunan yang baik berasal dari keluarga yang baik juga…”

Aina anta Ya Umar ???…

Hati Seluas Danau

Seorang ahli hikmah mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.
“Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu? ” sang Guru bertanya.

“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya, ” jawab sang murid muda.

Sang Guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.”
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan
gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata Sang Guru. “Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.
“Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru.
“asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan. “Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.” Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya.

Rasanya tak sopan meludah di hadapan guru , begitu pikirnya.
“Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.
Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan
punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya. “Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”

“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya
lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”

Si murid terdiam, mendengarkan.
“Tapi Nak, rasa ‘asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung
dari besarnya qalbu yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu/hati dalam dadamu itu jadi seluas danau.”

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More