This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

19 Februari 2009

Menimbang Amal

Beramal dalam lingkup Islam yang dilakukan oleh seorang muslim bisa masuk kategori ibadah. Dan amal itu merupakan realisasi dari ayat Allah (yang artinya):

Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku. (adz Dzariyat : 56).

Makna beribadah di atas bisa berarti luas, baik itu ibadah dalam artian mahdhah (ritual) maupun dalam artian ibadah yang umum. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnu Taimiyah bahwa ibadah itu ialah segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya baik itu berupa perkataan maupun perbuatan yang dilakukan dengan hati maupun dengan anggota badan (Ismun jaami'un li kulli maa yuhibbuhullah wa yardhahu minal aqwali wal af'ali adh dhahirah wal bathinah). Apapun bentuk ibadahnya tidak boleh keluar dari syarat pokok, yaitu sesuai dengan syari'at dan ikhlash karena Allah. Ini merupakan realisasi dari pernyataan dua kalimat syahadat. Asyhadu alla illaha illallah yang mengandung makna bahwasanya segala bentuk sesembahan itu hanya boleh ditujukan kepada Allah dan hanya karena Allah, dan Asyhadu anna Muhammadar rasulullah yang mengandung makna bahwa segala aktivitas ibadah itu harus dibangun diatas syari'at Allah yang dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, untuk itu sangat penting bagi setiap muslim untuk selalu menimbang atau mengkoreksi setiap amalannya. Dengan demikian maka diharapkan amalnya itu termasuk amal yang shalih, yang masuk dalam kategori amal yang paling baik. Sebagaimana Allah telah mengatakan dalam Surah al Mulk ayat 2 (yang artinya):

Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan yang dengan itu Dia menguji siapakah diantara kalian itu yang paling baik amalnya.

Dalam ayat ini Allah menggunakan ayat Ahsanu Amala (yang paling baik amalnya), bukan Aktsaru Amala (paling banyak amalnya), jadi nilai pertama dan utama untuk melihat amalan manusia itu adalah baiknya dan kebaikan itu ditimbang berdasarkan benar tidaknya dan keikhlashannya, sebagaimana perkataan Fudhail bin Iyadh maksud dari ahsanu amala adalah aswabu (yang paling benar) wa akhlashu (yang paling ikhlash). Jadi ukuran pokoknya itu bukan pada banyaknya amaliah tetapi kebenaran amal itu sendiri, sesuatu yang banyak belum tentu baik. Untuk itu hendaklah seseorang itu memperbanyak amalan yang ahsan dalam artian amalan yang didasarkan pada petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan dilakukan dengan penuh keikhalashan karena Allah semata, dengan demikian diharapkan kita dihindarkan dari kerugian yang tidak kita sangka-sangka, sebagaimana perkataan Allah yang termaktub dalam surah Al Kahfi 103 - 104 (yang artinya):

Katakanlah, maukah Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi amalnya, yaitu orang-orang yang telah sia-sia amalnya didalam kehidupan dunia ini sedangkan mereka itu menyangka bahwa mereka itu telah berbuat sebaik-baiknya.

Nah, untuk menghindari kejadian yang seperti itu maka adalah sangat baik kalau kita selalu menimbang amaliah kita selama masih hidup di dunia ini karena hanya di dunialah tempat untuk beramal sedangkan akhirat itu tempat pembalasan amal. Maka adalah sangat tepat kalau kita selalu menimbang amal kita di dunia ini sebelum ditimbang dan dinilai di akhirat nanti, sebagaimana nasehat Amirul Mukminin Umar bin Al Khaththab radhiyallahu 'anhu: Haasibuu anfusakum qobla an tuhaasabuu (Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab).

Ada dua hadits yang secara implisit memerintahkan kepada setiap muslim untuk selalu menimbang amalnya baik dari sisi lahir maupun batin. Sebagaimana dinukil oleh Al Imam Nawawi rahimahullah dalam Al Arba'in An Nawawiyah. Yang pertama, hadits ini diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari dan Muslim.

Dari Amirul Mukminin Abi Hafsh Umar bin Al Khaththab radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata, 'Bahwasanya amal itu dengan niat, dan segala sesuatu hal itu tergantung pada apa yang diniatkannya ...'.

Imam Asy Syaukani mengoentari, bahwa hadits ini adalah salah satu dari sekian banyak kaidah dalam Islam, bahkan dikatakan merupakan sepertiga dari ilmu. Para ulama sangat mengagungkan hadits ini sehingga menjadikan pembuka dalam tulisan-tulisannya, ini sebagai suatu peringatan bagi para pencari ilmu agar selalu memperbaiki niatnya.

Berkata 'Abdurrahman bin Mahdi, Barangsiapa yang akan menulis kitab, hendaklah memulai dengan hadits ini.Imam Bukhari adalah salah satu yang mengamalkan perkataan ini, dalam kitab Shahihnya, hadits ini menempati urutan pertama. Demikian juga dengan Al Maqdisi dalam 'Umdatul Ahkam, Imam As Suyuti dalam Jami'us Shaghir, Imam Nawawi dalam Al majmu'. Tidak ada hadits yang lebih komprehensif (menyeluruh), lebih mencukupi, lebih bermanfaat dan lebih banyak faidahnya dibanding hadits ini. Hadits ini merupakan hadits yang memberi peringatan untuk menimbang amaliah dari sisi batinnya (niat). Niat disini baik niat itu untuk membedakan dengan ibadah yang lain maupun niat dalam artian ibadah itu hanya untuk Allah semata.

Hadits yang kedua, merupakan hadits ke-5 dalam Al-Arba'in An Nawawiyah. Hadits dari Ummul Mukminin 'Aisyah, beliau berkata, berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

Barangsiapa yang membuat hal-hal yang baru dalam agama kami yang tidak ada petunjuk maka tertolak, dalam riwayat lain barangsiapa berbuat suatu amalan yang tidak ada petunjuk dari kami maka tertolak.

Al Hafidz Ibnu Hajar berkomentar, Hadits ini termasuk pokok-pokok Islam dan satu kaidah dari kaidah-kaidah agama. Berkata Imam At Turuqiy, Hadits ini pantas dinamakan separo dari aturan-aturan syari'at karena orang dapat menggunakannya untuk menetapkan hukum atau menghapuskannya. Hadits ini merupakan pembuka yang agung di dalam menetapkan hukum syari'at dan menghapuskannya.

Hadits ini menegaskan hendaklah setiap muslim itu memperhatikan amalnya, apakah amalnya itu sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Karena amal yang tidak sesuai dengan petunjuk Rasulullah maka tertolak. Makna fahuwa raddun (dia ditolak) adalah marduudun (tidak diterima). Karena dalam ajaran Islam, asal dari ibadah itu adalah haram maka setiap ibadah yang Allah dan Rasul-Nya tidak mensyari'atkannya setiap muslim diharamkan bertaqarub dengannya.

Contoh , sholat adalah ibadah mahdhah, tetapi kalau jenis shalat itu tidak disyari'atkan oleh Allah dan tidak dituntunkan oleh Rasulullah, maka setiap muslim tidak boleh melakukannya, misalnya sholat sunnah/nafilah setelah shubuh atau setelah ashar. Perasaan orang awam bisa mengatakan hal itu merupakan kebaikan tapi syari'at menegaskan itu adalah kejelekan yang dalam istilah syar'i disebut dengan bid'ah. Bid'ah dalam syari'at Islam tidak ada yang baik sebagaimana penegasan Rasulullah bahwa kullu bid'atin dhalalah (setiap bid'ah adalah sesat).

Dari dua hadits di atas menjadi motivator untuk setiap muslim hendaknya selalu menimbang amalnya baik dari sisi batin maupun lahirnya, sebagaimana komentar Al Imam Ibnu Rajab rahimahullah, Hadits ini merupakan pokok yang paling agung diantara pokok-pokok Islam sebagaimana hadits al a'malu bin niyat di atas merupakan timbangan bagi amal-amal dari sisi batinnya dan 'man ahdatsa' sebagai timbangan amal-amal dari sisi dhahiriyahnya, tata caranya (kaifiyahnya).

MUHASABAH CINTA

Muhasabah Cinta
Album :
Munsyid : EdCoustic
http://liriknasyid.com


Wahai... Pemilik nyawaku
Betapa lemah diriku ini
Berat ujian dariMu
Kupasrahkan semua padaMu

Tuhan... Baru ku sadar
Indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini kuharapkan cintaMu

Reff. :
Kata-kata cinta terucap indah
Mengalun berzikir di kidung doaku
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
Butir-butir cinta air mataku
Teringat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini
Ya ilahi....
Muhasabah cintaku...

Tuhan... Kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
Jika ku harus mati
Pertemukan aku denganMu

Back to Reff.

Tazkirah: Muhasabah Nafs

for everyone
Walaupun kerap kita dengar, walaupun jemu telinga menerima kritikan-kritikan dan arahan-arahan yang sama berulang-ulang (macam ayat ni), namun sebenarnya ia memang menjadi kunci kemajuan prestasi dan potensi diri. Iaitu Muhasabah. Ianya penting dalam menentukan langkah-langkah seterusnya dan magnitud energy atau focus yang diperlukan untuk mengharungi hari-hari esok. Ia menjadi pembuka kepada Mu'aqabah, Mu'atabah ataupun Mujahadatun Nafs.

Figure 1: Wallpaper Seni Kehidupan
Muhasabah adalah satu moment yang boleh memperbaharui azam dan meningkatkan tarbiyyah dzatiyyah untuk memandu diri untuk terus beramal. Maka dari sini jelas kita lihat urgensinya.

Kejayaan tidak datang dengan mudah. Sekiranya anda mendengar ibu-ibu kita mengatakan: “Kalau anak ini memasuki Sekolah Alam Shah (sekolah terkemuka di Malaysia) pasti dia akan mendapat 10A dalam peperiksaan SPM (Sijil Pelajaran Malaysia).” Adakah maksudnya dengan hanya melangkah ke dalam alam sekolah tersebut, dia sudah menempah kecemerlangannya? Adakah mungkin dengan hanya dia merayau-rayau di sekolah pada waktu kelas, atau duduk-duduk di kantin sekolah bersahaja dapat menjamin tercapainya harapan mak ayahnya? Tentu tidak. Kalau begitu, peniaga kantin yang bekerja di kantin selama 5 tahun sudah cukup tempohnya untuk menduduki SPM dan skor! Tidak semudah itu! Kejayaan dunia tidak semudah berlenggang lalu menadah tangan ke langit. Kejayaan akhirat apatah lagi.

Sang pembunuh 99 + 1 orang telah menempuh perjalanan yang jauh untuk mencari keampunan Tuhannya. ZanNun (Nabi Yunus) ditelan ikan besar sebelum kembali kepada kaumnya. Rasulullah dan para sahabat menyusun langkah dengan lebih cermat selepas kekalahan Uhud, sehingga digali parit ketika serangan Ahzab sebagai strategic battle preparation.
Namun, detik-detik perjalanan adventurous mereka ini semestinya dimulakan dengan satu proses check-and-balance yang kita gelar Muhasabah diri sebelum melonjak ke tahap seterusnya lalu menggapai impian. Anak di Sekolah Alam Shah itu mesti dari masa ke masa pause untuk identify gap ilmunya dibanding dengan tahap sepatutnya ia capai; maka latihan-latihan akan dipergiatkan selepas itu untuk menutup gaung skill dan ilmunya. Sang pembunuh 99 +1 itu tidaklah memulakan langkahnya melainkan ia muhasabah diri dulu dan berazam untuk berubah. Nah, lihatlah betapa hebat kesannya muhasabah diri sehingga dapat menyelamatkan seorang yang berada di jurang neraka kepada rahmat Allah yang Maha Besar (Syurga).
Pentingnya muhasabah diri adalah agar perjalanan hidup kita diharungi dengan kesedaran tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan cabaran yang bakal kita tempuhi. Orang barat kata SWOT Analysis (Strengh, Weakness, Opportunity & Threat). Ikhwah, saya telah menyaksikan ramai orang gugur dari jalan dakwah kerana gagal mengesani kelemahan diri atau melepas pandang maksiat yang dilakukan. Ada yang tewas hanya kepada video game, PS2, muzik, perempuan dsb sedangkan itu semua biasa ditempis dengan mudah oleh Ikhwah melalui Mutabaah hariannya. Sedangkan ia belum menghadapi cabaran besar seperti dicemuh masyarakat, diboycott, dipenjara, diseksa etc. Bagaimana seorang da’i akan melepasi ini semua sekiranya pujukan-pujukan syaitan sudah tidak mampu ditempis, apatah lagi goncangan-goncangannya.

Mutabaah amal harian adalah satu model Muhasabah yang bertujuan memastikan hari-hari kita dilalui dengan lurus. Sekiranya berlaku pemesongan, maka hari esoknya akan diperelokkan lagi. Seorang tetamu Imam Syafi’e datang tinggal di rumah Imam Syafi’e selama seminggu. Katanya dia melihat “hari-hari Imam Syafi’e pasti lebih baik dari hari semalamnya”. Begitulah ajaibnya teknik Muhasabah dalam meningkatkan kualiti hidup. Saya kira tidak memberi masa untuk muhasabah adalah satu jenayah terhadap diri sendiri. Ia memberi ruang untuk diri menjadi lebih rapuh.
Ikhwah, apabila kawan kita mengatakan, “Ikutilah aktiviti tarbiyyah, nescaya kita akan menjadi insan soleh.” Apakah dengan sekadar menghadiri usrah seminggu sekali, daurah sebulan, qiamullail sebulan sekali sahaja, sambil bermain game, hisap rokok, menonton wayang, tidak menjaga batas pergaulan lalu berpacaran; adakah kehidupan hipokrit sebegini dapat mencipta insan soleh? Pasti tidak!
Ikhwah, analisalah diri sendiri. Periksa diri sebagaimana doctor memeriksa pesakit. Penyakit itu banyak, dari penyakit kecil ke sederhana ke besar, dari selsema kepada resdung kepada selsema burung. Mungkin kita terkena salah satu daripadanya, mungkin ia berjangkit dari orang sekeliling. "Al-Insanu Ibnu Bi'atihi" (Seseorang adalah anak kepada biah/lingkungannya). Tidak hairanlah jika tempias-tempias kerakusan, kelucahan, kebohongan dan kepura-puraan masyarakat sedikit sebanyak merecik kepada kita. Muhasabahlah! Maka, apabila ketemu penyakit, berikanlah diri ubat. Jangan lalai dari ubat, mahupun mengabaikan penyakit. Ingat, kanser boleh merebak dengan cepat! Barah yang membesar sebeginilah yang membunuh orang daripada jalan dakwah. Kalau penyakit sudah kritikal, ingatlah, semua penyakit ada ubat kecuali maut, kerana apabila sudah mati, keinsafan tidak berguna lagi . Berwaspadalah!

Figure 2: Wallpaper Seni Kehidupan
Kenali potensi diri, kembangkan diri ke arah potensi kita; sesungguhnya potensi kita berlainan; ia memberi warna kepada alam ini. Lakukan SWOT analysis, amalkan Mutabaah Harian. Pergilah se-detail mungkin dalam evaluasi diri. Semoga berkesan dalam menyepak terajang maksiat dan menjaring gol.

Ini sekadar satu tazkirah yang saya sampaikan kepada diri saya dan sesiapa yang berkesempatan membacanya. Periksa diri, perbaiki diri! Awasi langkah2 anda. If you're not careful about anything, you'll lose everything. Selamat beramal!

Muhasabah

Teks Muhasabah ini digunakan untuk menumbuhkan Emotional Spritual anak didik. Namun secara umum teks muhasabah ini dapat kita gunakan untuk menumuhkan kepekaan bagi diri kita sendiri lho…
Wahai anak-anakku apa saja yang telah engkau perbuat….
Kemana saja engkau melangkahkan kakimu……
Kemana saja engkau arahkan pandanganmu….
Apa saja yang engkau ucapkan dari lesanmu….
Atau barangkali ini yang jarang terduga oleh kalian, sudahkah engkau mengingat bagaimana otakmu kau gunakan……apa saja yang pernah engkau pikirkan… engkau bayangkan….
Hitunglah!… apakah kau yakin bahwa kebaikan saja yang telah engkau lakukan
Ataukah masih ada berbuatan dosa yang masih saja kau lakukan dengan sengaja? Ataupun tidak kau sengaja
Apakah kau yakin pahalamu lebih banyak!! Ataukah dosamu!!
Ingatlah janji Allah ”Wamaya’mal mistqola dzarrotin khoira yarahu, wamaya’mal mistola dzarotin syarroyyarah” ingatlah itu!
engkau punya mata, tapi kau sering gunakan untuk melihat yang tidak pantas kau lihat;
kau tidak menggunakannya untuk membaca ayat-ayat Allah
enkau punya telinga, tapi kau sering gunakan untuk mendengar kata sia-sia;
kau tidak menggunakannya untuk mendengar nasehatorant tuamu dan ustadz/h-mu
engkau punya lidah, tapi kau sering gunakan untuk berbohong dan menggunjing;
kau tidak menggunakannya untuk berdzikir, saling menasehati dalam kebenaran dengan temanmu
engkau punya tangan, tapi kau sering gunakan untuk menzalimi orang dan menzalimi diri sendiri;
kau tidak menggunakannya untuk menyingkirkan kemungkaran
engkau punya kaki, tapi kau sering gunakan untuk melangkah menuju tempat maksiat;
kau tidak menggunakannya untuk pergi ke tempat ibadah atau tempat ladang kebajikan
engkau punya akal, tapi akal itu jarang kau gunakan untuk memikirkan bagaimana berfikir yangbermanfaat, akal kau yang liar justru sering memakainya untuk memikirkan hal-hal yang kotor dan licik
Wahai anakku….
Orang tua sangat menyayangi mu, tapi kau hampir tak pernah membalas budi mereka…
Ingatlah bagaimanaibu mengandungmu selama 9 bulan dengan susah payah namun beliau tidak menyesal mengandungmu! Ingatlah bagaimana beratnya melahirkanmu! Anakku begitu beratnya melahirkan sampai-sampai Nabi bersabda bahwa meninggal saat melahirkan dapat dikatakan mati syahid.. ingat mati syahid
Ingat pula bagaimana kesabaran ibumu menyusuimu…merawatmu….mengendongmu ketika kau menangis
Menyuapimu saat engkau merengek lapar…. sangatlah wajar apabila Allah dan Rosulnya menempatkan berbakti kepada Ibu setelah Allah dan Rosul.
Tapi bayangkan jika ibu kalian menyesal dengan kabar kehamilannya maka bisa jadi kalian akan dibuang, dicampakkan, dan ditelantarkan….Tapi sekali lagi tidak anakku, ibu kalian tidak menyesal dengan kehadiran kalian, malah berbahagia karena melihat buah hatinya kelak akan dapat membanggakan orang tuanya.. orang tua yang melahirkannya, merawatnya dengan penuh kasih sayang.
Bersama dengan ibu, ayah kalianikut merasakan kesibukan untuk membelikan makanan yang bergizi buat ibu yang tengah mengandungmu.
Beliau pun ikut merasakan resah, bingung, takut saat mendampingi ibumu yang melahirkanmu.
Beliau juga yang membanting tulang untuk menghidupi keluarga,yang didalamnya termasuk kalian anakku….
Darimana uang sakumu setiap hari… darimana biaya sekolahmu…. darimana biaya les privatmu……
Dari mereka …. ayah dan ibumu!
Namun sudahkah engkau berbakti kepada ibu kalian….. sudahkah……?
Sudahkah engkau berbakti kepada ibu kalian……sudahkah……?
Masihkah engkau terus menerus menyakiti mereka dengan cacian-cacian dan bentakan-bentakanmu saat engaku ngambek jika ibumu meminta tolong untuk pergi ke toko membeli sesuatu…. padahal Allah menetapkan kata ”ah” saat menolah perintah orang tua adalah dosa… berapa kata yang telah kau lontarkan….berapa kalimat yang telah kau ucapkan…..
Masihkah kalian melanjutkan kemalasan saat disuruh untuk melakukan kebajikan oleh mereka…
Masihkan kalian meneruskan kedengkian di belakan mereka saat mereka tidak memenuhi permintaanmu… padahal engkau belum mengetahui alasan mereka kenapa… apakah kau anggap orang tua kalaian kaya sehingga dengan mudah memenuhi semua permintaanmu? Tidak anakku, Hanya Allah yang maha kaya. Kekayaan orang tua kalian adalah titipan yang sewaktu-waktu dengan mudahnya Allah meminta kembali
Layakkah kau lanjutkan tradisi kedurhakaanmu… layakkah…. buat ibu yang melahirkanmu dan ayah yang telah merawatmu dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
Wahai anakku………
Ustadz/h kalian yang telah menitipkan ilmu pengetahuan Allah kepada kalian dengan keikhlashan dan ktabahan menghadapi kalian, tapi…. kau tidak menaruh hormat kepada mereka, kau malah menganggap mereka orang asing yang tidak memberikan manfaat kepadamu.
Padahal anakku….kesuksesan para ulama terdahulu adalah disebabkan memuliakan gurunya yang hanya mengajarkan satu kalimat tayyibah. Bayangkan hanya satu kalimat saja… mereka sudah merasa harus sangat menhargainya
Masih ingatkah dengan apa yang pernah kalian perbuat untuk ustadz/hmu saat mereka menasehatimu…
Engkau marah…sinis…dendam….bahkan mengacuhkan…mereka. Malah engkau dengan enteng menjawab ”ustadz/h ini bukan urusan ustahz/h!”, ”Ustadz/h ngapaiin sih ngurususin, sayakan bukan anak ustadz/h!”
Anakku, engkau memang bukan anak biologis ustadz/hmu, namun engkau telah menjadi anak-anak kami para ustadz/h sejak engkau masuk menginjakkan kaki di sekolah ini. Engkau mendapatkan perlakuan selayakknya anak sendiri.
Engkau mendapatkan cinta mereka…. kasih sayang mereka…perhatian mereka….bimbingan mereka yang lembut…. nasehat-nasehat mereka yang kadang engkau tidak sukai namun mereka tetap ikhlash mengarahkan kalian ke jalan yang lurus….jalan yang benar… masih ingatkah engkau wahai anakku…..!
Atau kau memang sudah melupakan mereka…. atau kau sudah membenci mereka… atau kau sudah tidak menganggap kehadiran mereka…
Tapi asal kau ingat anakku… siapa yang mengajarimu hingga kau tahu 1+1=2, bahwa benda jatuh ke bumi karena hukum gravitasi, kalian juga mengenal apa itu E=m.c2, kemudian masih ingatkah dengan luas persegi panjang adalah dengan mengalikan panjang dan lebar…. bahakan masih banyak ilmu-ilmu lain yang telah engkau dapatkan..
Darimana kalian mengetahui itu….darimana….? Masihkah engkau menafikan jasa mereka meskipun benar mereka memang pahlawan tanpa tanda jasa
Apakah kalian ingat ancaman Allah bagi manusia yang tidak bersyukur… tidak menghargai jasa orang lain… coba ingat kalimat ini ”Jika kalian bersyukur, maka akan Aku tambahkan nikmat-KU, namun apabila kalian kufur maka sesungguhnya adzab-KU sangatlah pedih”
Na’udzubillah 2x … janganlah engaku sampai termasuk orang-orang yang kufur ini anakku…. janganlah engkau sampai termasuk…. sekali lagi jangan….
Ustadz/hmu sebenarnya tidak perlu balasan kalian…tidak perlu hadiah dari kalian… yang diinginkan adalah kalian menjadi anak-anak yang sholeh/ah…anak-anak yang dapat meneruskan perjuangan Islam…. anak-anak yang dapat mengibarkan kejayaan Islam yang sama-sama kita rindukan….
Sebagaimana mereka para remaja yang juga belajar……dan ingat Guru mereka yaitu Rosulullah SAW tidak meminta balasan jasa…tidak pernah meminta hadiah….Tidak Pernah!! …..Remaja yang demikian terdapat pada sosok Ali bin Abi Tholib, Zaid bin Tsabit, Abdullah Ibn Umar, Abdullah bin Zubair, dll
Juga terdapat pada pemuda Muhammad Al Fath yang memenuhi janji Rosulullah saat menaklukkan Konstantinopel, atau pemuda Yahya Ayays –al muhamdis- yang syahid di bumi Palestina, bumi para Nabi, atau juga para anak-anak yang melakukan intifadhoh atau berjihad melawan Israel –la’natullah- anak-anak inilah yang digelari dengan anak-anak langit.
Mereka itulah yang dengan berani membela panji Islam….merekalah yang belajar dan berjuang untuk Islam, mereka…yang rela belajar Agama…menghafal Al Qur’an…..rajin membaca buku-buku untuk menempa diri…menyiapkan diri…untuk berjuang di Jalan Allah.
Sekali lagi anak-anaku… Ustadz/h kalian tidak mengharapkan balasan… jadilah anak-anak yang tumbuh menjadi pemuda sholeh/h yang dapat menjadi kebanggaan Agama kalian, orang tua kalian, keluarga kalian, bangsa kalian, sekolah kalian,….dan pasti diri kalian.
doa……
Di malam yang baik ini, para malaikat menaungi kalian dengan sayap-sayapnya, bertasbih untuk kalian, berdoa’a untuk kalian, sebab kalian di majelis dzikir, sebab kalian telah bertobat dan berdzikir kepada Allah, sebab kalian ingin menjadi anak-anak yang baik, sebab kalian ingin menyambung silaturrahmi kepada saudara, keluarga, dan teman
Anakku… sekarang pejamkan mata kalian……sekarang hadirkan wajah ibumu, ayahmu, saudara-saudaramu, keluargamu, ustadz/h-mu, guru-gurumu, teman-temanmu, dan oran-orang yang kamu anggap berjasa kepadamu…. lihatlah mereka tersenyum gembira kepadmu, mereka tersenyum karena melihat kebaikan ada padamu, mereka yakin bahwa kelak kamu akan menjadi anak sholih/h yang dapat membanggakan Agama,orang tua, keluarga, bangsa dan negara., Mereka yakin kalian anak yang baik yang dapat menyejukkan hati mereka dengan perilakumu yang baik….
Ya..Allah saksikanlah….sesungguhnya Engkau Mengetahui hati-hati ini berhimpun dalam cinta kepada -MU, telah bersatu dalam dakwah kepada-MU, telah berpadu dalam membela syariat-MU. Teguhkanlah, ya…Allah ikatannya. Kekalkanlah cinta kasihnya. Tunjukkanlah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati kami ini dengan cahaya-MU yang tidak pernah redup, lapangkanlah dada-dada kami dengan kelimpahan Iman kepada-MU. Hidupkanlah hati kami dnegan ma’rifah kepada-MU, dan matikanlah kami dalam syahid di jalan-MU.
Ya Allah
Kau curahkan ilmu kepada kami, tetapi ilmu itu belum banyak kami amalkan dan kami gunakan untuk membawa manusia agar selalu ingat kepada-Mu
Kau mudahkan kami sholat, tetapi sholat itu belum membuat kami mampu mencegah perbuatan yang keji dan mungkar; pula sholat kami jauh dari khusyu’
Kau mudahkan kami puasa, tetapi puasa kami belum membuat kami mencintai orang-orang yang lapar dan dahaga bertahun-tahun lamanya
Kau mudahkan kami shodaqoh, tetapi masih terselip perasaan riya’ di dada
Kau mudahkan kami berzikir, tetapi zikir kami sebatas di masjid dan rumah-rumah saja
Sungguh malu kami menghadapMu ya Allah, apalagi memohon sesuatu kepadaMu
Tapi bila tidak kepadaMu, kepada siapa lagi kami harus memohon?
Kabulkanlah permohonan kami yang hina berikut ini ya Allah
Ya Rahman Ya Rahim….
Jadikanlah mata ini penglihatanMu ya Allah, agar ia hanya melihat hal-hal yang halal dilihatnya
Jadikanlah telinga ini pendengaranMu ya Allah, agar ia hanya mendengar hal-hal yang halal didengarnya
Jadikanlah lidah ini gaung wahyuMu, agar manusia hanya merasakan kedamaian dan cinta dariMu
Jadikanlah tangan ini perpanjangan Kasih SayangMu ya Allah,
Perjalankanlah kaki ini ke tempat-tempat yang Engkau ridha
Dan selimuti akal ini selalu dalam cahaya kebijaksanaanMu – wahai Al-Hakim
Ya Aziiz.. Ya Jabbar.. Ya Muttakkabir
Jadikanlah agar ilmu yang Kau bagi pada kami, bermanfaat dan menyelamatkan kami di dunia dan di akherat
Jadikanlah agar harta yang Kau titipkan pada kami, selalu barokah bagi manusia, terutama kaum dhuafa
Jadikanlah agar jabatan yang Kau amanahkan pada kami, senantiasa kami gunakan untuk melayani ummat, melindungi yang lemah dan tertindas, dengan menerapkan syari’atMu
Jadikanlah keluarga kami keluarga yang penuh cinta, sakinah-mawaddah wa rahmah
Jadikanlah anak-anak kami anak-anak sholeh, yang doanya akan menerangi kubur-kubur kami
Jadikanlah makanan yang kami makan energi ibadah kami
Jadikanlah pakaian yang kami pakai, manifestasi ketaqwaaan kami
Ya Mujibud Du’a
Berilah hidayah pada para pemimpin kami, agar mereka mengurus dan melayani kami dengan syariatMu yang penuh berkah, dan jadilahkan kami bersatu dalam menerapkan syariatMu ya Allah
Kami rindu dengan Rasulullah, dengan Khulafaur Rasyidin, dengan para Khalifah,
dengan keadilan, kemakmuran dan keberkahan yang diciptakan oleh penerapan SyariahMu,
dengan keberanian Thariq bin Ziyad ketika membakar kapalnya untuk menghapus keraguan pasukannya
dengan kesederhanaan Umar bin Abdul Aziz sehingga rakyat tak ada lagi yang pantas menerima zakat
dengan kejeniusan Harun ar-Rasyid ketika membangun pusat-pusat ilmu pengetahuan di Baghdad
dengan kemuliaan jihad Salahuddin al-Ayubi ketika memperlakukan Richard Lion Heart yang terluka
dengan keyakinan Muhammad al-Fatih ketika masuk Konstantinopel untuk memenuhi nubuwah Rasul
Berilah kami nikmat sebagaimana Engkau telah beri nikmat kepada mereka ya Allah
Kami yakin bahwa RasulMu benar, Khilafah ala minhajin Nubuwwah akan datang lagi,
Berilah kesempatan kami untuk menyaksikan kebesaranMu itu ya Allah,
dan berilah kami kekuatan dan kesabaran untuk menyumbangkan harta dan jiwa kami dalam perjuangan itu.
Amien ya Rabbal Alamien……

Dan, Semesta pun Kehilangan Pelita Terindahnya

Ketika Al-Musthafa berada dihadapan
Ku pandangi pesonanya dari ujung kaki hingga kepala,
Tahukah kalian apa yang terjelma?
Cinta!
(Abu Bakar ra)

Nabi demam kembali, kini panasnya semakin tinggi. Lemah ia berbaring, menghadapkan wajah pada Fatimah anak kesayangan. Sudah beberapa hari terakhir, kesehatannya tidak lagi menawan. Senin itu, kediaman manusia paripurna didatangi seorang berkebangsaan Arab dengan wajah rupawan. Di depan pintu, ia mengucapkan salam "Assalamu’alaikum duhai para keluarga Nabi dan sumber kerasulan, bolehkah saya menjumpai kekasih Allah?". Fatimah yang sedang mengurusi ayahnya, tegak dan berdiri di belakang pintu "Wahai Abdullah, Rasulullah sedang sibuk dengan dirinya sendiri". Fatimah berharap tamu itu mengerti dan pergi, namun suara asing semula kembali mengucapkan salam yang pertama.
"Alaikumussalam, hai hamba Allah" kali ini Nabi yang menjawabnya.
"Anakku sayang, tahukah engkau siapakah yang kini sedang berada di luar?"
"Tidak tahu ayah, bulu kudukku meremang mendengar suaranya"
"Sayang, dengarkan baik-baik, di luar itu adalah dia, pemusnah kesenangan dunia, pemutus nafas di raga dan penambah ramai para ahli kubur". Jawaban nabi terakhir membuat fatimah jatuh terduduk. Fatimah menangis seperti anak kecil.
"Ayah, kapan lagi aku akan mendengar dirimu bertutur, harus bagaimana aku menuntaskan kerinduan kasih sayang engkau, tak akan lagi ku memandang wajah kesayangan ayahanda" pedih Fatimah. Nabi tersenyum, lirih ia memanggil " Sayang, mendekatlah, kemarikan pendengaranmu sebentar". Fatimah menurut, dan Kekasih Allah itu berbisik mesra di telinga anaknya, "Engkau adalah keluargaku yang pertama kali menyusul sebentar kemudian". Seketika wajah fatimah tidak lagi pasi tapi bersinar.
Lalu kemudian, Fatimah mempersilahkan tamu itu masuk. Malaikat pencabut maut berparas jelita itu pun kini berada di samping Muhammad.
"Assalamu’alaikum ya utusan Allah" dengan takzim malaikat memberi salam.
"Salam sejahtera juga untukmu pelaksana perintah Allah, apakah tugasmu saat ini, berziarah ataukah mencabut nyawa si lemah?" tanya nabi. Angin berhembus dingin.
"Aku datang untuk keduanya, berziarah dan mencabut nyawamu, itupun setelah engkau perkenankan, jika tidak Allah memerintahkanku untuk kembali"
"Di manakah engkau tinggalkan Jibril? Duhai izrail?"
"Ia ku tinggal di atas langit dunia".
Tak lama kemudian, Jibril pun datang dan memberikan salam kepada seseorang yang juga dicintanya karena Allah.
"Ya Jibril, gembirakanlah aku saat ini" pinta Al-Musthafa.
Terdengar Jibril bersuara pelan di dekat telinga manusia pilihan, "Sesungguhnya pintu langit telah di buka, dan para Malaikat tengah berbaris menunggu sebuah kedatangan, bahkan pintu-pintu surga juga telah di lapangkan hingga terlihat para bidadari yang telah berhias menyongsong kehadiran yang paling ditunggu-tunggu".
"Alhamdulillah, betapa Allah maha penyayang" sendu Nabi, wajahnya masih saja pucat pasi.
"Dan Jibril, masukkan kesenangan dalam hati ini, bagaimana keadaan ummatku nanti".
"Aku beri engkau sebuah kabar akbar, Allah telah berfirman, "Sesungguhnya Aku, telah mengharamkan surga bagi semua Nabi, sebelum engkau memasukinya pertama kali, dan Allah mengharamkan pula sekalian umat manusia sebelum pengikutmu yang terlebih dahulu memasukinya" Jawaban Jibril itu begitu berpengaruh. Maha suci Allah, wajah Nabi dilingkupi denyar cahaya. Nabi tersenyum gembira. Betapa ia seperti tidak sakit lagi. Dan ia pun menyuruh malaikat izrail mendekat dan menjalankan amanah Allah.
Izrail, melakukan tugasnya. Perlahan anggota tubuh pembawa cahaya kepada dunia satu persatu tidak bergerak lagi. Nafas manusia pembawa berita gembira itu semakin terhembus jarang. Pandangan manusia pemberi peringatan itu kian meredup sunyi. Hingga ketika ruhnya telah berada di pusat dan dalam genggaman Izrail, nabi sempat bertutur, "Alangkah beratnya penderitaan maut". Jibril berpaling tak sanggup memandangi sosok yang selalu ia dampingi di segala situasi.
"Apakah engkau membenciku Jibril"
"Siapakah yang sampai hati melihatmu dalam keadaan sekarat ini, duhai cinta," jawabnya sendu.
Sebelum segala tentang manusia terindah ini menjadi kenangan, dari bibir manis itu terdengar panggilan perlahan "Ummatku… Ummatku….". Dan ia pun dengan sempurna kembali. Nabi Muhammad Saw, pergi dengan tersenyum, pada hari senin 12 Rabi'ul Awal, ketika matahari telah tergelincir, dalam usia 63 tahun.
Muhammad, Nabi yang Ummi, Kekasih para sahabat di masanya dan di sepanjang usia semesta, meninggalkan gemilang cahaya kepada dunia. Muhammad, pemberi peringatan kepada semua manusia, menorehkan dalam-dalam tinta keikhlasan di lembaran sejarah. Muhammad, yang bersumpah dengan banyak panorama indah alam: "demi siang bila datang dengan benderang cahaya, demi malam ketika telah mengembang, demi matahari sepenggalah naik", telah membumbungkan Islam kepada cakrawala megah di angkasa sana. Ia, Muhammad, menembus setiap gendang telinga sahabatnya dengan banyak kuntum-kuntum sabda pengarah dalam menjalani kehidupan. Ia, Muhammad, yang di sanjung semua malaikat di setiap tingkatan langit, berbicara tentang surga, sebagai tebusan utama, bagi setiap amalan yang dikerjakan. Ia, Muhammad yang selalu menyayangi fakir miskin dan anak yatim, menggelorakan perintah untuk senantiasa memperhatikan manusia lain yang berkekurangan. Dan Ia, Muhammad, tak akan pernah kembali lagi.
Sungguh, Madinah berubah kelabu. Banyak manusia terlunta di sana.
Dan Aisyah ra, yang pangkuannya menjadi tempat singgah kepala Rasulullah di saat terakhir kehidupannya, menyenandungkan syair kenangan untuk sang penerang, suaranya bening. Syahdunya membumbung ke jauh angkasa. Beginilah Aisyah menyanjung sang Nabi yang telah pergi:
Wahai manusia yang tidak sekalipun mengenakan sutera,
Yang tidak pernah sejeda pun membaringkan raga pada empuknya tilam
Wahai kekasih yang kini telah meninggalkan dunia,
Ku tau perut mu tak pernah kenyang dengan pulut lembut roti gandum
Duhai, yang lebih memilih tikar sebagai alas pembaringan
Duhai, yang tidak pernah terlelap sepanjang malam karena takut sentuhan neraka Sa’ir
Dan Umar r.a yang paling dekat dengan musuh di setiap medan jihad itu, kini menghunus pedang. Pedang itu menurutnya diperuntukkan untuk setiap mulut yang berani menyebut kekasih kesayangannya telah kembali kepada Allah. Umar tatap wajah-wajah para sahabat itu setajam mata pedangnya, meyakinkan mereka bahwa Umar sungguh-sungguh. Umar terguncang. Umar bersumpah. Umar berteriak lantang. Umar menjadi sedemikian garang. Ia berdiri di hadapan para sahabat yang terlunta-lunta menunggu kabar manusia yang dicinta.
Dan Abu Bakar, sahabat yang paling lembut hatinya, melangkah pelan menuju jasad manusia mulia. Langkahnya berjinjit, khawatir kan mengganggu seseorang yang tidur berkekalan, pandangannya lurus pada sesosok cinta yang dikasihinya sejak pertama berjumpa. Raga berparas rembulan itu kini bertutup kain selubung. Abu bakar hampir pingsan. Nafasnya berhenti berhembus, tertahan. Sekuat tenaga, ia bersimpuh di depan jasad wangi al-Musthafa. Ingin sekali membuka penutup wajah yang disayangi arakan awan, disanjung hembusan angin dan dielu-elukan kerlip gemintang, namun tangannya selalu saja gemetar.

Lama Abu bakar termenung di depan jenazah pembawa berkah. Akhirnya, demi keyakinannya kepada Allah, demi matahari yang masih akan terbit, demi mendengar rintihan pedih ummat di luar, Abu bakar mengais sisa-sisa keberanian. Jemarinya perlahan mendekati penutup tubuh suci Rasulullah, dan dijumpailah, wajah yang tak pernah menjemukan itu. Abu bakar memesrai Nabi dengan mengecup kening indahnya. Hampir tak terdengar ia berucap, "Demi ayah dan bunda, indah nian hidupmu, dan indah pula kematianmu. Kekasih, engkau memang telah pergi". Abu bakar menunduk. Abu Bakar mematung. Abu Bakar berdoa di depan tubuh nabi yang telah sunyi.
Dan Bilal bin Rabah, yang suaranya selalu memenuhi udara Madinah dengan lantunan adzan itu, tak lagi mampu berseru di ketinggian menara mesjid. Suaranya selalu hilang pada saat akan menyebut nama kekasih ‘Muhammad’. Di dekat angkasa, seruannya berubah pekik tangisan. Tak jauh dari langit, suaranya menjelma isak pedih yang tak henti. Setiap berdiri kukuh untuk mengumandangkan adzan, bayangan Purnama Madinah selalu saja jelas tergambar. Tiap ingin menyeru manusia untuk menjumpai Allah, lidahnya hanya mampu berucap lembut, "Aku mencintaimu duhai Muhammad, aku merindukanmu kekasih". Bilal, budak hitam yang kerap di sanjung Nabi karena suara merdunya, kini hanya mampu mengenang Sang kekasih sambil menatap bola raksasa pergi di kaki langit.
Dan, terlalu banyak cinta yang menderas di setiap jengkal lembah madinah. Yang tak pernah bisa diungkapkan. Semesta menangis.
***
Sahabat, Sang penerang telah pergi menemui yang Maha tinggi. Purnama Madinah telah kembali, menjumpai kekasih yang merindui. Dan semesta, kehilangan pelita terindahnya. Saya mengenangmu ya Rasulullah, meski hanya dengan setitik tinta pena. Saya mengingatimu duhai pembawa cahaya dunia, meski hanya dengan selaksa kata. Dan saya meminjam untaian indah peredam gemuruh dada, yang dilafadzkan Hasan Bin Tsabit, salah seorang sahabat penyair dari masa mu:
Engkau adalah ke dua biji mata ini
Dengan kepergianmu yang anggun,
Aku seketika menjelma menjadi seorang buta
Yang tak perkasa lagi melihat cahaya
Siapapun yang ingin mati mengikutimu
Biarlah ia pergi menemui ajalnya,
Dan Aku,
Hanya risau dan haru dengan kepergian terindah mu
Sahabat, kenanglah Nabi Muhammad Saw, meski dalam kelengangan yang sempurna, agar hal ini menjadi obat ajaib, penawar dan penyembuh kegersangan hati yang kerap berkunjung. Agar, di akhirat kelak, dengan agung Nabi memanggil semua manusia yang senantiasa merindukan dan mencintainya. Adakah yang paling mempesona dihadapanmu, ketika suara suci Nabi menyapamu anggun, menjumpaimu dengan paras yang tak pernah kau mampu bayangkan sebelumnya. Adakah yang paling membahagiakan di kedalaman hatimu, ketika sesosok yang paling kau cinta sepenuh jiwa dan raga, berada nyata di dekatmu dan menemuimu dengan senyuman yang paling manis menembusi relung kalbu. Dan adakah di dunia ini yang paling menerbangkan perasaanmu ke angkasa, ketika jemari terkasih menggapaimu untuk memberikan naungan perlindungan dari siksa pedih azab neraka. Adakah sahabat???
Jika saat ini ada yang bening di kedua sudut kelopak matamu, berbahagialah, karena mudah-mudahan ini sebuah pertanda. Pertanda cinta tak bermuara. Dan, ketika kau tak dapati air mata saat ini, kau sungguh mampu menyimpan cinta itu di dasar hatimu.
Salam saya, untuk semua sahabat. Mari bersama bergenggaman, saling mengingatkan, saling memberikan keindahan ukhuwah yang telah Rasulullah tercinta ajarkan. Mari Sahabat!

10 Februari 2009

Bunda, Kenapa Menangis ?



Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya."Ibu, mengapa ibu menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak". "Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...."Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?" Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan".Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan."Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?" Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,"Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak?Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan"

Menangis



Menangis adalah aktifitas fisik manusia. Bahkan sebelum dapat melakukan apa-apa, manusia sudah pandai menangis. Sebaliknya, aku belum pernah tahu ada makhluk lain yang bisa menangis. Menangis adalah akibat. Bukan sebab. Orang yang terlalu sedih akan menangis. Terlalu bahagia juga bisa menangis. Bayi yang ngompol akan menangis. Anak kecil diganggu temannya juga akan menangis. Seorang remaja putus cinta akan menangis. Seorang guru yang menghadapi murid yang sebegitu bebalnya, mungkin juga menangis. Orang tua yang ditinggal mati orang-orang terdekatnya juga akan menangis. Menangis adalah aktifitas semua manusia dan semua umur. Cuma, semakin berumur seseorang, semakin jarang ia menangis. Setelah mati, ia akan berhenti menangis. Kalau ada menangis dalam kubur, itu bohong. Kalau pun tidak bohong, itu menangis yang berbeda dengan apa yang sedang kita bahas

Menangis tidaklah identik dengan air mata, walaupun biasanya begitu. Ada orang yang bisa menangis tanpa mengeluarkan air mata, bahkan ada yang sanggup menangis didalam hati saja. Yang seperti ini tentulah kepandaian menangisnya sudah sangat tinggi, sehingga orang lain tidak tahu apakah ia menangis atau tidak. Pada tingkatan yang paling pandai (ini hanya dilakukan oleh para guru besar ilmu menangis) sesorang sudah dapat menangis sambil tersenyum, luar biasa!

Pun sebaliknya, mengeluarkan air mata belum tentu berarti menangis. Tertawa terbahak-bahak juga bisa mengakibatkan air mata keluar. Terlalu dekat dan lama menatap layar monitor juga bisa mengakibatkan mata terasa perih dan berair.

Kita teruskan dengan plus minusnya menangis.

Menangis adalah salah satu jalan keluar. Bila suatu masalah tidak ada jalan keluarnya lagi, biasanya orang akan menangis. Menangis seolah menjadi pintu kecil yang tersedia untuk menumpahkan beban yang berat yang menyesakkan dada. Menangis juga merupakan sarana komunikasi. Dalam keadaan normal, kita biasanya tahu kalau seseorang menangis, berarti ia sedang tidak gembira. Jadi, kalau bisa jangan minjam duit dulu padanya (maaf atas pangajuan saran yang menyimpang terlalu jauh ini). Setelah menangis, biasanya orang akan merasa sedikit lega. Ada sedikit beban yang bisa dilepaskan. Setelah menangis dan menarik nafas panjang, biasanya orang bisa mulai berbenah kembali, menata perasaan yang berantakan. Sedikit positifnya menangis adalah ini. Menangis kadang berarti sesorang itu sedang tersiksa. Tapi lebih tersiksa lagi kalau sampai tidak bisa menangis.

Negatifnya, menangis kadang dianggap cengeng. Belum apa-apa sudah menangis. Menangis juga dianggap sebagai penolakan. Kalau dalam suatu permasalahan yang berat, dan waktu pencarian jalan keluar salah satu pihak sudah menangis, maka berarti ia sudah tidak bersedia lagi bermusyawarah. Kadang juga dianggap senjata pamungkas. Bila suatu permohonan tidak dapat dipenuhi. Maka tangiskanlah, kadang-kadang upaya ini membuahkan hasil. Menangis juga kadang membuat kesal orang lain. Apalagi menangis yang meraung-raung di tengah malam disaat orang-orang butuh ketenangan untuk tidur. Orang akan menyumpah dan mencap sang penangis adalah gila! Maka, jangan lakukan yang seperti itu.

Namun, menangis tetaplah fitrah manusia, bahkan yang paling hakiki. Tuhan mencap manusia yang tak dapat menangis sebagai makhluk yang berhati batu.

Disaat malam yang hening, seorang hamba bersimpuh diatas sajadah yang bisu lalu mulai menghitung-hitung dosa yang telah dilakukannya. Lalu dari bibir yang kelu itu meluncurlah kata-kata sesal : Allah Tuhanku, aku datang lagi kali ini dengan tumpukan dosa yang semakin menjadi-jadi. Sekujur tubuh yang dulu suci ini telah habis kulumuri dengan dosa yang tiada terperi. Kepala yang berisi otak yang tidak seberapa ini dan dengan kecerdasan yang hanya setitik air ini telah berlaku sombong terhadap makhluk-makhlukMu yang lain. Bersama-sama dengan lidah dan bibir ini ia telah berani menghardik orang lain dengan mengatakan ‘bodoh!’. Mata ini telah dengan semena-mena menatap orang lain bak menatap sampah, penuh kehinaan. Dibarengi pula dengan tangan menutup hidung seolah menahan bau yang tidak sedap. Allah Tuhanku, perut ini telah dengan begitu bahagianya menerima makanan-makanan yang haram, telah dengan rakusnya merampas makanan milik anak-anak yatim, gelandangan dan orang-orang miskin lainnya. Tangan dan kaki yang selalu saja membawa diri ini ke tempat-tempat maksiat yang sungguh Engkau benci ya Allah. Dengan semua dosa itu, yang lebih mengherankan, hati ini ini tidak pernah berterima kasih atas segala nikmat yang telah Engkau berikan tanpa aku pernah bersusah membelinya bahkan walau hanya memintanya. Hatiku ini hanya diam saja menyaksikan semua kekangkuhan itu. Bahkan. ia tetap saja merasa berhak berjalan diatas bumiMu, bahkan berjalan dengan sombong! Berjalan dengan mangangkat dagu, mendongakkan kepala seperti hendak menantang langitMu! Allah Tuhanku, aku tahu disebelah maha kasihMu, ada juga murkaMu yang pedih. Aku bermohon padaMu, tahankanlah sejenak murkaMu itu dengan maha penyayangMu karena di balik gunung-gunung dosa yang tinggi itu, aku ingin mempersembahkan kerinduanku yang meneyesakkan dada terhadap ampunanMu. Kerinduan yang sama tingginya dengan gunung-gunung itu karena telah lama sekali aku memendamnya. Kerinduan yang telah kubawa sejak lahir ke dunia ini. Allah Tuhanku, dengan segala kehinaan seorang hamba, aku berlari mengejarmu, untuk kusungkurkan wajahku kebumiMu, dan dalam sedu yang lirih kuharap do’a taubat ini akan sampai ke langitMu yang tinggi. Lalu menjadi kunci bagi pintu maafMu.

Allah Tuhanku, setelah itu, untuk mengusir angkuh dan sombong yang selama ini bersemayam, tunjukkanlah padaku dimana letak sesal, agar aku mengambilnya untuk mengisi ke sebagian hatiku, lalu tunjukkanlah pula dimana letak syukur untuk kuisikan lagi dibagian hatiku yang lainnnya. Dengan keduanya, lalu kuatkanlah kakiku untuk berlari ke arahMu. Mungkin tak kuat berlari, aku akan berjalan, bila tak kuat berjalan aku akan melangkah. Bila semua itu tetap tak sanggup kulakukan, mohon seretlah aku agar tetap aku menjadi semakin dekat padaMu.

Allah Tuhanku, bumi yang telah basah dengan cucuran airmata ini jadikanlah pembatas bagiku untuk tidak kembali atau sekedar menoleh, dan setelah itu tetapkanlah mata dan hatiku untuk senantiasa menatap kepadaMU.

Tidak diteruskan, karena aku sudah menangis......... :(

jangan menangis ya...


Jika seorang wanita menangis dihadapanmu,
Itu berarti dia tak dapat menahannya lagi.

Jika kamu memegang tangannya saat dia menangis,
Dia akan tinggal bersamamu sepanjang hidupmu.

Jika kamu membiarkannya pergi,
Dia tidak akan pernah kembali lagi menjadi dirinya yang dulu.

Selamanya….

Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,
Kecuali didepan orang yang amat dia sayangi.
Dia menjadi lemah.

Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,
Hanya jika dia sangat menyayangimu,
Dia akan menurunkan rasa egoisnya.

Lelaki,
jika seorang wanita pernah menangis karenamu,
Tolong pegang tangannya dengan pengertian.
Dia adalah orang yang akan tetap bersamamu sepanjang hidupmu..

Lelaki,
jika seorang wanita menangis karenamu.
Tolong jangan menyia-nyiakannya.
Mungkin karena keputusanmu, kau merusak kehidupannya…

Saat dia menangis didepanmu,
Saat dia menangis karnamu,
Lihatlah matanya….

Dapatkah kau lihat dan rasakan sakit yang dirasakannya?

Pikirkan….
Wanita mana lagikah yang akan menangis dengan
murni, penuh rasa sayang, didepanmu dan karenamu……

Dia menangis bukan karena dia lemah
Dia menangis bukan karena dia menginginkan simpati
atau rasa kasihan..
Dia menangis,
Karena menangis dengan diam-diam tidaklah memungkinkan lagi…

Lelaki,
Pikirkanlah tentang hal itu.
Jika seorang wanita menangisi hatinya untukmu,
Dan semuanya karena dirimu.
Inilah waktunya untuk melihat apa yang telah kau lakukan untuknya.

Hanya kau yang tahu jawabannya….
Pertimbangkanlah, Karena suatu hari nanti
Mungkin akan terlambat untuk menyesal,
Mungkin akan terlambat untuk
bilang ‘MAAF’!!.

Air mata seorang wanita


Air mata wanita bukanlah suatu kelemahan, tapi itu suatu jalan yang diberikan Allah kepada wanita untuk menstabilkan emosinya ketika emosinya sedang memuncak.
Sama halnya dengan laki-laki jika emosi sudah memuncak maka dia akan memukul atau bertarung dengan orang yang buat dia emosi, atau meninggalkan tempat yang membuatnya emosi menuju tempat yang sepi untuk menyendiri dan ga boleh ada orang yang mengganggunya. Nah kalau di wanita caranya beda, yaitu dengan menangis.

Curhat merupakan cara lain wanita untuk menenangkan atau menstabilkan emosinya. Ketika wanita kena masalah, dia akan cenderung mencari orang yang dia percayai untuk bercurhat masalah yang sedang dia hadapi. Dengan kita mendengarkan curhatannya, berarti kita sudah berhasil membantu dia mengatasi sebagian besar masalahnya. sebenarnya ketika dia kena masalahnya, dia itu sudah tahu jalan keluarnya, tapi karena masih emosi, solusi itu seolah-olah tidak muncul di pikirannya. Nah setelah curhat pada orang yang dia percayai dan emosinya mulai stabil, barulah solusi yang memang sudah ada di otaknya nampak dengan jelas di pikirannya.

Kesalahan terbesar laki-laki yang sering tidak dirasakan adalah, ketika wanita curhat dia malah banyak berkomentar atau ngasih solusi yang belum dibutuhkan wanita. Sabarlah dalam mendengarkan curhatan wanita samapai dia bertanya tentang pendapat kita atau sampai dia bertanya solusi yang tetap terhadap masalahnya menurut kita, baru setelah itu kita berkomentar. Biasanya kalau kita berkomentar sebelum dia minta dikomentari, wanita akan merasa bahwa kita ga mengerti perasaannya, dan dia jadi kecewa.

Ketika sedang bercurhat, yang dibutuhkan wanita adalah orang yang mau mendengarkan curhatannya, bukan orang yang punya seribu komentar.

Deraian air mata Syeikh Hasan Bashri

Suatu ketika, saat Syeikh Hasan Bashri sedang duduk-duduk di depan rumahnya, tiba-tiba ada iring-iringan pengantar jenazah melintas menuju tempat pemakaman. Terlihat di belakang pembawa jenazah itu seorang anak wanita beserta rombongan yang lain. Rambut anak wanita itu tergerai dan tak henti-hentinya ia menangis. Segera saja Syeikh Hasan Bashri membuntuti iring-iringan jenazah tersebut dan mendekati anak wanita yang masih menangis tak henti-hentinya.

Setelah dekat, beliau mendengar dengan jelas rintihan si anak. ” Wahai abi (ayahku), belum pernah selama hidupku aku mengalami perasaan sedih seperti yang kualami sekarang ini.”

“Nak, belum pernah juga ayahmu mengalami kejadian yang menyusahkan seperti ini!” sahut Syeikh menyela.

Anak itu hanya menoleh ke arah Syeikh dan tetap menangis sampai pemakaman usai. Esok harinya, setelah menjalankan sholat subuh, Syeikh kembali duduk-duduk santai di depan rumahnya. Namun selang berapa lama kemudian, ia melihat anak itu melintas depan rumahnya. Dia rupanya berjalan menuju tempat pemakaman. Merasa ada gelagat yang kurang baik, segera Syeikh mengikutinya dari kejauhan. Beliau ingin tahu apa sebenarnya yang ingin dikerjakan anak itu. Saat anak wanita itu memasuki makam, Syeikh mengintip dari tempat tersembunyi.

Tiba-tiba anak itu memeluk nisan dan pipinya ditaruh di atas gundukan makam ayahnya, seraya berkata, “Wahai abi, bagaimana tadi malam engkau menginap. Kemarin lusa aku masih mempersiapkan alas tidur untukmu, lalu siapakah yang menyiapkan alas tidurmu semalam? Kemarin lusa aku masih mempersiapkan lampu untuk menerangimu, lalu siapakah gerangan yang menyiapkan lampu untuk menerangimu tadi malam? Wahai abi, ketika badanmu terasa pegal-pegal, seringkali aku memijat badanmu, lalu siapa lagi sekarang yang akan memijat-mijatmu?”

“Wahai abi, ” rintihnya lebih lanjut, “Ketika engkau merasa haus, dengan segera aku mengambilkan minuman untukmu, namun siapakah yang mengambilkan engkau minum tadi malam? Ketika engkau merasa jemu dan penat tidur terlentang, maka segera aku balikkan engkau agar nyaman, namun siapakah tadi malam yang mau membalik tubuhmu agar nyaman?”

“Dengan perasaan belas kasih, kemarin aku masih memandangi wajahmu, tapi sekarang siapa lagi yang akan memandangi wajahmu seperti itu? Saat engkau memerlukan sesuatu, engkau segera memanggilku, tapi bagaimana dengan malam tadi malam, siapakah yang engkau panggil? Bahkan kemarin lusa, aku masih memasakkan makanan untukmu, tapi masihkan engkau menginginkannya? dan siapa yang akan menyiapkannya untukmu?”

Air mata Syeikh Hasan Bashri tak sanggup lagi dibendungnya saat mendengar rintihan anak wanita itu. Beliau langsung menampakkan diri dari tempat persembunyiannya. “Janganlah engkau mengucapkan kata-kata seperti itu Nak!” hibur Syeikh sambil mengusap rambut wanita kecil itu. “Namun katakanlah, “Wahai abi, kemarin kami masih menghadapkan wajahmu ke arah kiblat ataukah abi telah berpaling darinya? Wahai abi, saat kami menaruhmu di kubur, tubuhmu masih tampak utuh, tapi masihkah sekarang keadaanmu seperti itu, ataukah sudah habis dimakan ulat?”

“Ucapkan pula, Nak! Para ulama telah mengatakan bahwa seseorang yang sudah mati itu pasti akan ditanyai keimanannya. Di antara mereka ada yang bisa menjawab dengan benar tapi ada juga yang tidak bisa menjawabnya sama sekali, lalu apakah abi termasuk di antara mereka yang bisa menjawab?”

“Para ulama juga menjelaskan bahwa sebagian jenazah itu ada yang dijepit oleh liang kuburnya sendiri hingga tulang rusuknya hancur berantakan, ada juga yang dibentangkan luas sekali, lalu bagaimana dengan keadaan kubur abi sekarang?”

“Begitu juga dengan keterangan yang menyebutkan bahwa kubur itu acapkali diganti dengan taman-taman surga. Ada kalanya pula yang diubah menjadi jurang neraka, lalu bagaimana dengan kubur abi sekarang? Demikian pula ada yang menerangkan bahwa sebagian kafan itu kelak akan digantikan dengan kafan surga dan adapula yang diganti dari kafan neraka, lantas diganti dengan apakah kafan abi sekarang?”

“Keterangan lain yang dikatakan ulama adalah bahwa kubur itu acapkali memeluk penghuninya sebagaimana seorang ibu yang memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang. Tapi adakalanya pula yang mendapatkan marah dari kuburnya hingga menjepit sampai tulang belulangnya berserakan. Adakah kubur abi sekarang marah ataukah sebaliknya?”

“Demikian juga para ulama menjelaskan, ketika seseorang telah memasuki kuburnya, maka bila dia sebagai orang yang bertakwa, ia akan menyesal karena merasa ketakwaannya tidak seberapa. Begitu juga dengan orang yang durhaka. Mereka akan menyesal karena semasa hidupnya tidak mau berbuat kebajikan. Lantas apakah abi tergolong mereka yang menyesal karena tidak pernah berbuat kebajikan ataukah mereka yang menyesal karena merasa ketakwaannya belumlah seberapa?”

“Wahai abi, cukup lama dari tadi aku berbicara kepadamu! Tapi kenapa engkau tidak menjawab sedikit pun? Ya Allah, janganlah kiranya Engkau menghalangi pertemuanku kelak di akhirat dengannya!”

Usai Syeikh Hasan Bashri mengajari seperti itu, anak kecil tersebut menolehkan kepalanya seraya berkata, ” Kalimat-kalimat yang engkau ajarkan tadi sungguh menyejukkan hatiku. Sehingga hatiku sekarang merasa lebih tentram dan memalingkan aku dari kelalaian.”

Melihat anak wanita itu sudah tenang hatinya, segera saja Syeikh mengantarnya pulang. Demikianlah mudah-mudahan dari kisah ini ada hikmah dan pelajaran berharga yang bisa kita renungkan bersama

Bulir-bulir Airmata Untukmu Ibu


Saat gerimis turun dari langit yang sedih
Dan Saat raga ini begitu perih
Dengan penuh rindu kuucapkan maaf
Ibu Mohon ampuni segala khilaf

Alpa telah menghinggapi seluruh jiwaku
Nista menjangkiti lisan yang bodoh berucap kata
Aniaya diri ini terhadapmu oh…Ibu
Pelita hidupku

Ibu bakti tak ada guna tanpa ridhomu
Bagaimanapun hati ini bisa terpekur lesu
Saat penyesalan telah membalut kalbu
Bara api menyelubungi ketetapanmu

Ibu...berikan…
Setetes embun untuk dahagaku
Tiupkan…
Sang bayu menyejukkan tubuh kasarku

Besok…
Aku kan berhenti berontak
Walau berat membenamkanku
Tatkala samurai pun mengoyak
Tetap kuberdiri diambang pintu keridhoanmu Ibu

Kumengharap seucap kata...
Menanti sebuah cahaya Cinta...
Mendamba peluk sayangmu...
Dalam bulir-bulir airmata menggenang...

Tapi,budi dan akal kini pun sudah buyar
Terbunuh oleh titian takdir
Bahkan waktu tak bisa membayar
Kini hanya tersisa getir

Ahh………… sahabat


<

Coba sejenak memikirkan kembali, apa salah satu hal yang paling paling berharga di dunia yang begitu ’kering’ dan dengan beban yang kadang terasa begitu menghimpit diri?


Siapa yang berada disampingmu ketika kau berada dalam kesulitan?

Siapa yang mau diajak berbagi saat semua orang tidak peduli?

Siapa yang tetap berada di sisi saat kau merasa tidak lagi dicintai?

Siapa yang ingin bersama saat kau tidak lagi mampu memberikan apa-apa?

Begitu banyak persoalan dan kesemuanya begitu memenuhi dada saat itu, yang dengannya segera kita ingin keluarkan sepenuhnya kepada seseorang itu?


Kedua pertanyaan di atas mungkin jawaban yang paling mendekati adalah sahabat.


Yah, sahabat.

Sesosok orang yang menurutku begitu terasa dekat meski ia jauh, yang begitu banyak kesamaan hobi dan minatnya dengan kita. Yang paling begitu mengerti diri kita dengan segala kekurangan dan kelebihan diri. Persahabatan adalah barang mahal yang begitu berharga, betapa indahnya warna pelangi bagi persahabatan. Adakalanya persahabatn pun harus mengalami ujian. Karena ia barang yang mahal, maka ujian persahabatan pastinya juga bukan hal mudah. Semakin sejati persahabatan itu, maka semakin tinggi pula tingkatan ujian yang harus diterimanya.

Kesejatian harus teruji bukan oleh satu atau dua kali rintangan. Akan tetapi pasti lebih dari itu. Sahabat adalah orang yang telinganya paling sabar mendengar curhat kita, yang selalu menyediakan bahunya untuk kita menangis, yang selalu ada di saat orang lain pergi menjauh. Yang selalu menerima kita sebagaimana adanya dengan segala kekurangan itu, ternyata juga adalah manusia biasa.

Sekali waktu dalam rentang yang kita lewati bersama, tibalah masa ujian itu. Di mana ia seperti orang lain kebanyakan yang bukan sahabat kita. UJIAN itu tiba pada pelangi persahabatan yang selalu kita kira indah. Bila masa itu tiba, apakah kita betul-betul sudah siap? Manusia sejatinya pasti juga punya salah. Ia bisa saja terpeleset dan sekali waktu ia bisa saja tiba-tiba tidak ada di samping anda, padahal kita sedang begitu membutuhkannya. Meskipun kita tahu dalam hati kecil sekali lagi berkata,”Loh, tapi kan dia sahabat ku!”. ”Kenapa dia bisa begitu berubah?” Nah loh ……!!!!


Begitulah, namanya juga ujian. Ingat, sekali lagi sahabat juga manusia biasa. Itu kata kuncinya. Ia bukan malaikat, ia bukan seperti robot dan selalu patuh kepada titah tuannya. Ia sama juga dengan kita. Yang suatu saat dalam hidupnya punya pilihan-pilihan dalam hidupnya. Satu waktu ia juga butuh waktu untuk dirinya sendiri.Bisa saja kan, justru ketika kita punya masalah dan berharap begitu banyak dan begitu mengandalkannya seperti biasa, eh..ternyata pada waktu yang genting itu, ia juga sedang punya persoalan yang tak kalah beratnya dengan kita. Dan sekali lagi ia butuh waktu untuk dirinya sendiri. Pada saat itu bukannya ia tak butuh kita, tapi ia merasa dengan keberadaan kita dikhawatirkan malah memperkeruh suasana …..
L

Sebagaimana lazimnya persahabatan, apalagi ia sudah mencapai usia yang panjang. Maka di dalam hati seorang sahabat yang paling dalam, Insya Alloh ia hanya akan mendo’akan yang terbaik bagi sahabatnya. Ia pasti menyimpan harapan-harapan dan memandangi dengan penuh seksama apa kebutuhan dan cita-cita sahabatnya. Percayalah, dalam rentang waktu ujian, saat-saat ia sedang sendirian, ia masih tetap sahabat kita. Yang sekali lagi, menginginkan yang terbaik bagi kita dan tentu bagi persahabatan. Kalau yang terjadi sebaliknya, maka boleh jadi jangan-jangan ia memang bukanlah sahabat kita. Ia tidak teruji dalam terjalnya persahabatan yang menuntut ketulusan dan mudah memaafkan.

Sahabat adalah orang yang [hampir] selalu membukakan pintu ruang hatinya untuk kita singgah dan berbagi resah. Tanda kurung dengan kata hampir, karena sekali lagi ia tidak selamanya di samping kita. Dan ia [sekali lagi] bukanlah malaikat. Akan tetapi ia adalah seseorang yang punya sejuta kata maaf di keranjang hatinya. Satu saat ia mungkin juga salah, tapi ia punya simpanan kata maaf yang tak mudah habis, dan bila ia sahabat kita, biasanya ia juga segera tak tahan untuk segera menghampiri anda dengan senyum tulusnya dan kemudian bersama sahabat itu membuat pelangi baru di langit sambil menertawai rintangan perjalanan persahabatan yang terjalin selama ini. Sahabat sejati punya begitu banyak bekal ’berbagi’ di dalam tas yang dibawanya selalu di dalam sudut di ruang hatinya untuk kita sahabatnya.

Ahh……sahabat.

Untuk semua sahabat, semoga jalinan yang terbina mampu senantiasa terjaga. Semata-mata karena-Nya dan mengharap ridho-Nya………………..

By Ani Setyaningsih

ARTI SEORANG SAHABAT




Arti Seorang Sahabat

Kenapa disaat terjatuh kita ingin seseorang memeluk kita atau sekedar menemani kita? Mengapa juga ketika disakiti kita inginkan seseorang untuk tempat kita mengadu?

Mungkin kita akan menjadi sakit kembali ketika melihat atau mendengar seseorang yang kebetulan mirip dan dekat dengan orang yang pernah melukai kita. Adakalanya dengan ketakutan dan kebingungan kita memutuskan tidak akan pernah percaya dan mencintai siapapun lagi Kitapun merasakan senang jika ada seseorang yang selalu disisi kita saat sedih maupun saat senang.

Seseorang yang selalu membantu kita tanpa mengharap apapun selain senyuman kita Yang mengerti, yang memahami dan menerima kita apa adanya.

Beberapa dari kita menyebutnya sahabat perjalanan hidup Sebagian lebih sederhana mengatakan teman seperjuangan Bagi yang romantis menyatakan kekasih hati.Teruntuk yang telah menikah mengakui bahwa Tuhan menciptakannya agar kita tidak merasa kesepian. Sejauh mana beda dari semua itu?

Kenapa bersahabat?
Benarkah hidup terlalu keras untuk dijalani seorang diri?
Atau karena kita ingin menumpahkan rasa sayang dan cinta yang ada dalam hati?
Mungkinkah karena kita memiliki sesuatu yang sejalan hingga kita menyamakan orang lain dengan apa yang kita rasakan?

Sungguh! Betapa sulit mencari sahabat diwaktu kita tengah kesusahan. Dan benarlah betapa mudah mengajak seseorang untuk bergabung dalam kegembiraan kita

Memang....kita semua begitu tidak menyukai penderitaan, meski kita tahu tidaklah mungkin bisa lepas darinya. Meski kita semua tahu hidup hanyalah ritme bergantian antara kesedihan dan kesenangan.Walau kita sadar kebahagiaan hanya milik orang-orang yang pernah menderita dahulu .Dan tiap orang pastilah punya arti sendiri dalam memaknai penderitaan dan kebahagiaan

Siapa yang kau anggap sahabat?
Apakah seseorang yang tiada pernah menyakitimu?
Mungkinkah seseorang yang tidak akan pernah meninggalkanmu?
Betulkah seseorang yang kamu memutuskan untuk mempercayainya?
Atau seseorang yang tidak pernah mengatakan kebaikannya padamu?

Seumpama kita bisa mendengar hati orang lain dan memang benar mau mendengar?
Tak pernah ada yang mempunyai cita-cita untuk jadi orang jahat dan hidup tidak berbahagia.Seandainya kita bisa melihat dan memang benar mau melihat?
Ketika seseorang tengah tertidur pulas Kita akan bisa untuk lebih berfikir beberapa kali sebelum berani sekedar berprangsangka keji apalagi untuk menyakitinya.. Tetapi kenapa itu terkadang terpaksa harus?

Disaat kita tiba-tiba merasa peduli dengan seseorang, kita seolah bisa merasakan apa yang sedang menjadi bebannya dan kita ingin meringankannya. Namun terkadang kita sangat acuh kepada seseorang yang benar-benar membutuhkan kita.

Apa yang kita cari?
Untuk siapa dan untuk apa kita di ciptakan didunia ini?
Apa beda kita dengan orang lain?

Sedalam kelemahan kita harusnya kita lebih sering berkata "maaf" dibanding "aku' jika kita memang manganggapnya sahabat.Setinggi keinginan kita harusnya kita lebih berbahagia berkata "aku tidak mau merepotkanmu" dibanding "mengertilah diriku" jika kita telah mengerti bahwa dia sahabat kita.

Membayangkan kita berbahagia sendiri sedang sahabat-sahabat kita kesusahan haruskah kita makan dan tidur dengan tenang?
Mungkin lebih baik semua sahabat telah berbahagia dan kita turut berbahagia meski itu harus berbohong demi perasaan itu.
Karena surga masih terlalu luas untuk semua ini, kenapa tidak berbagi?

Bertahanlah, karena sahabatmu adalah semua yang pernah hadir dalam hatimu. Berterimakasihlah, sahabatmu adalah semua yang telah membentukmu hingga kamu menjadi seperti sekarang ini.Bersiaplah, karena kamu akan masih kehilangan banyak sahabat untuk menemukan sahabat-sahabat baru sepanjang perjalannan hidupmu

Saat Kusentuh Jemarimu Dengan Mesra

Saat Kusentuh Jemarimu Dengan Mesra


Jemari itu tak lagi lentik, terasa beda saat pertama kali disentuh kala malam pertama. Kulitnya bersisik dan berkerut, karena getir kehidupan. Guratan bekas parutan pun membuatnya bertambah kasar. Tak jarang jemari itu basah, menahan kristal-kristal bening yang menggenang di telaga mata, pedih... teringat pedasnya kata-kata yang pernah menusuk hati.

Kala keheningan malam menjamu temaramnya rembulan, diukirnya do'a-do'a dengan goresan harapan, khusyu', berharap regukan kasih sayang dari Sang Pemilik Cinta. Hingga tubuh penat itupun bangkit, menatap belahan jiwa dengan tatapan cinta, kemudian perlahan dikecupnya sang kakanda dengan mesra.

Indah...
Sungguh teramat indah Al Qur'an melukiskannya, "Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka." [Al-Baqarah 187]

Adakah yang lebih indah dari rasa kasih sayang diantara kedua insan yang berlainan jenis dalam sebuah ikatan pernikahan? Ia adalah sebuah mitsaqan ghalidza (perjanjian yang kuat), karenanya yang haram menjadi halal, maksiat menjadi ibadah, kekejian menjadi kesucian dan kebebasan pun menjadi sebuah tanggung jawab. Dua hati yang berserakan akhirnya bertautan, ibadah... hanya itu yang dijadikan alasan.

Keindahan cinta dalam sebuah mahligai pernikahan adalah harapan penghuninya. Cinta akan membuat seseorang lebih mengutamakan yang dicintainya, sehingga seorang istri akan mengutamakan suami dalam keluarga, dan seorang suami tentu akan mengutamakan perlindungan dan pemberian nafkah kepada istri tercinta.

Cinta memang dapat berbentuk kecupan sayang, kehangatan, dan perhatian, namun bunga cinta tetaplah membutuhkan pupuk agar selalu bersemi indah. Karenanya, segala kekurangan akan menumbuhkan kebesaran jiwa, bahkan air mata yang mengalir itu pun adalah sebagai tanda kesyukuran kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena IA telah memberikan pasangan hidup yang selalu bersama mengharap keridhoan-Nya.

Lalu, masihkah kehangatan itu nyata seiring bertambahnya usia pernikahan?

Aaah...
Kadang kita sebagai suami lebih sering bersikap dzalim. Kesibukan tiada henti, rutinitas yang selalu dijumpai, lebih menjadi 'istri' daripada makna istri itu sendiri. Masihkah ada curahan kelembutan dari seorang qowwam (pemimpin) yang teduh? Adakah belaian kasih sayang yang begitu hangat seperti kala pertama kedua hati bersatu?

Saat-saat awal pernikahan, duhai sungguh romantis. Rona mata penuh makna cinta terpancar saat saling berpandangan, kedua tangan saling bergandengan, hingga jemari tersulam mesra. Tak lupa bibir melantunkan seuntai nada ...Sambutlah tanganku ini / Belailah dengan mesra / Kasihmu hanya untukku / Hingga akhir nanti... Amboi... sungguh membuat iri mata yang memandang.

Malam dan siang silih berganti mewarnai hari, susah senang hilang timbul bagaikan gelombang laut, keluh dan bosan pun kadang menelusup, hingga akhirnya lirik lagu cinta pun meredup ...Sepanjang jalan kenangan kita selalu bergandeng tangan / Sepanjang jalan kenangan kupeluk dirimu mesra / Hujan yang rintik-rintik di awal bulan itu / Menambah nikmatnya malam syahdu... Akhirnya kemesraan pun hanyalah sekedar kenangan.

Entahlah...
Entah kemana canda yang dahulu pernah membuat istri kita tertawa bahagia, ciuman di kening seraya berpesan "Baik-baik ya di rumah," atau pun sekedar ucapan salam "Assalaamu alaykum ummi," saat akan keluar rumah. Bahkan, lupa kapan terakhir tangan ini menyentuh, menggenggam mesra jemari istri tercinta. Padahal dosa-dosa akan berguguran dari sela-sela jemari saat kedua tangan disatukan.

Duhai Allah, Airmata itu pernah tumpah, deras bercucuran Luruh dalam isakan, menyayat kepedihan Hanya karena enggan jemari ini bersentuhan

Ampuni diri yang dzalim ini yaa Allah Sadarkan, sebelum saatnya harus beranjak pergi Jauh, dan... tak akan pernah kembali

Wallahua'lam bi showab.
*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,

Take It Or Lose It


Dalam sebuah kelas pelatihan, saya mengambil selembar kertas polos kemudian menggunting-guntingnya menjadi beberapa bagian. Ada guntingan besar ada juga yang kecil. Tapi jumlahnya sengaja saya buat tak sama dengan jumlah peserta dalam kelas itu, dua puluh orang.

Kemudian saya meminta kepada peserta untuk mengambil masing-masing satu guntingan kertas yang tersedia di meja depan. "Silahkan ambil satu!" demikian instruksi yang saya berikan.

Dapat diduga, ada yang antusias maju dengan gerak cepat dan mengambil bagiannya, ada yang berjalan santai, ada juga yang meminta bantuan temannya untuk mengambilkan. Dua tiga orang bahkan terlihat bermalasan untuk mengambil, mereka berpikir toh semuanya kebagian guntingan kertas tersebut.

Hasilnya? Empat orang terakhir tak mendapatkan guntingan kertas. Delapan orang pertama ke depan mendapatkan guntingan besar-besar, yang berjalan santai dan yang meminta diambilkan harus rela mendapatkan yang kecil.

Lalu saya katakana kepada mereka, "inilah hidup. Anda ambil kesempatan yang tersedia atau Anda akan kehilangan kesempatan itu. Anda tak melakukannya, akan banyak orang lain yang melakukannya".

Pagi ini di kereta saya mendapati seorang wanita hamil yang berdiri agak jauh. Saya sempat berpikir bahwa orang yang paling dekat lah yang `wajib' memberinya tempat duduk. Tapi sedetik kemudian saya bangun dan segera memanggil ibu itu untuk duduk. Ini perbuatan baik, jika saya tak mengambil kesempatan ini orang lainlah yang melakukannya. Dan belum tentu esok hari saya masih memiliki kesempatan seperti ini.

Soal rezeki misalnya, saya percaya ia tak pernah datang sendiri menghampiri orang-orang yang lelap tertidur meski matahari sudah terik. "Bangun pagi, rezekinya dipatok ayam tuh!" Orang tua dulu sering berucap seperti itu. Dan entah kenapa hingga detik ini saya tak pernah bisa menyanggah ucapan orangtua perihal rezeki itu. Saya percaya bahwa orang-orang yang lebih cepat berupaya meraihnya lah yang memiliki kesempatan untuk mendapatkan rezeki yang lebih banyak. Sementara mereka yang bersantai-santai atau bahkan bermalas-malasan, terdapat kemungkinan kehabisan rezeki.

Contoh kecil, datanglah terlambat dari jam kantor Anda yang semestinya. Perusahaan tidak hanya akan mengurangi gaji Anda akibat keterlambatan Anda, bahkan kinerja Anda dianggap minus dan itu mempengaruhi penilaian perusahaan terhadap Anda. Bisa jadi Anda tidak mendapatkan promosi tahun ini, sementara rekan Anda yang tak pernah terlambat lebih berpeluang.

Saya sering mendengar teman saya berkomentar negatif tentang apa yang dikerjakan orang lain, "Ah, kalau cuma tulisan begini sih saya juga bisa melakukannya" atau "Saya bisa melakukan yang lebih baik dari orang itu". Kepadanya saya katakan, saya yakin Anda bisa melakukannya. Masalahnya, sejak tadi saya hanya melihat Anda terus berbicara dan tak melakukan apa pun. Sementara orang-orang di luar sana langsung berbuat tanpa perlu banyak bicara. Buktikan, jika Anda sanggup! Terus berbicara dan mengomentari hasil kerja orang lain tidak akan membuat Anda diakui keberadaannya. Hanya orang-orang yang berbuatlah yang diakui keberadaannya.

Kepada peserta di kelas pelatihan tersebut saya jelaskan, simulasi tadi juga berlaku untuk urusan ibadah. Saya tidak berhak mengatakan bahwa orang yang lebih tepat waktu akan mendapatkan pahala lebih besar, karena itu hak Allah dan juga tergantung dengan kualitas ibadahnya itu sendiri. Tapi bukankah setiap orang tua akan lebih menyukai anaknya yang tanggap dan cepat menghampiri ketika dipanggil ketimbang anak lainnya yang menunda-nunda? Jika demikian, buatlah Allah suka kepada Anda. Karena suka mungkin saja awal dari cinta. Semoga.

Bekerjalah dengan Cinta

Bekerjalah dengan Cinta

Wanita paruh baya itu berperawakan pendek dan sedikit gemuk. Beberapa helai uban turut menghiasi mahkota kepalanya yang diikat dengan penjepit rambut. Namun raut wajah bulat telur itu seakan tak pernah sekalipun terlihat cemberut. Ia selalu tampak riang, sehingga menyembunyikan parasnya yang jelas telah digurati keriput.

Wanita itu memang tidak terlalu renta, tetapi kekuatan dan kegesitan di masa mudanya niscaya telah direnggut usia. Karenanya, percayakah bahkan dari dirinya pun akan ada sebuah pelajaran tentang makna cinta?

* * *

Selalu...
Sabtu adalah hari yang ditunggu. Hari di mana nafas bisa dihela dengan panjang, dan sejenak mengistirahatkan raga dari rentetan kesibukan yang melelahkan. Saatnya pula untuk menikmati kebersamaan dengan seisi anggota keluarga. Sehingga, berbelanja di sebuah supermarket dekat rumah pun menjadi hiburan yang tak kalah meruahkan kebahagiaan.

Namun sepertinya tidak bagi wanita itu. Bagaikan tak mengenal hari libur, nyaris setiap waktu sosoknya selalu kutemui di sekitar kokusai kouryuu kaikan serta kampus.

Layaknya hari kerja, dikemasnya sampah-sampah yang berserakan serta dipisahkan antara yang terbakar dan tidak. Lantas ditaruhnya pada plastik yang berbeda warna. Sebentar kemudian diambilnya kain untuk mengelap kursi dan meja. Tak lupa, dengan vacuum cleaner dibersihkannya juga permukaan lantai. Setelah selesai ia segera beranjak ke toilet, lalu dengan mengenakan sarung tangan karet dibersihkannya bekas kotoran manusia tersebut tanpa raut muka jijik.

Ia seperti tak peduli rasa lelah atau letih, walaupun terlihat pakaian seragam cleaning service biru mudanya telah basah bersimbah keringat. Tak juga kepenatan menyurutkan keramahannya untuk bertegur sapa dengan siapa saja saat bertemu muka.

Wanita itu entah siapa namanya. Hanya dengan panggilan obachan ia biasa disapa. Saat bersua denganku, juga selalu disempatkannya bertanya kabar. Bahkan ia pernah bercerita panjang lebar tentang anak-anak serta cucunya karena sering melihatku berjalan-jalan dengan keluarga. Beberapa kali pula saat usai kerja kulihat ia sedang berbelanja, masih lengkap dengan seragam biru mudanya. Lantas ditaruh barang-barang tersebut di keranjang, dan perlahan dikayuhnya pedal sepeda tua untuk beranjak pulang.

Entahlah, rasanya tak ada perasaan iri dihatinya saat di hari libur ia ternyata harus bekerja, sementara aku justru berleha-leha. Ia bahkan tetap saja semangat bekerja dengan penuh suka cita. Begitu pula dengan obachan dan ojichan lain yang pernah kutemui, mereka selalu asyik menikmati pekerjaannya. Mencabut rumput liar di pekarangan kampus ketika musim panas, menyapu jalanan dari daun yang berserakan pada musim gugur, bahkan dengan bersusah payah turut menyerok tumpukan bongkahan salju di musim dingin.

Terlihat betapa bergairahnya mereka ketika memang waktunya harus bekerja. Gairah dalam bentuk kesungguhan dalam menekuni apapun jenis pekerjaan, yang mungkin tak dipandang orang walau dengan sebelah mata. Karenanya, tak terdengar ngalor-ngidul obrolan hingga jam istirahat tiba untuk sejenak melepaskan lapar dan dahaga. Berselang satu jam kemudian, mereka akan kembali sibuk menekuni pekerjaannya. Senantiasa begitu, dari waktu ke waktu.

Rutinitas mereka mungkin tidaklah istimewa. Bekerja demi memperoleh sedikit nafkah atau sekedar menghabiskan waktu luang, tentu lebih baik dari bermalas-malasan di rumah. Terlebih-lebih itu adalah pekerjaan kasar, bukan kerja kantoran yang menyenangkan dengan penyejuk atau pemanas ruangan.

Lalu mengapa mereka selalu saja bekerja seolah tak pupus oleh lelah? Bahkan bekerja bagaikan sebuah energi yang tak kunjung padam, mengalir dalam pembuluh darah serta menggerakkan jiwa dan raganya.

Sekejap akupun terpekur, kemudian masyuk merenung...

Dan kulihat ada gairah membara yang berpendar dari balik kerut-merut kelopak mata tua itu. Seolah sinar matanya menyiratkan pesan agar bekerjalah dengan cinta. Karena bila engkau tiada sanggup, maka tinggalkanlah. Kemudian ambil tempat di depan gapura candi untuk meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan suka cita (Kahlil Gibran).

WaLlahu a'lamu bish-shawaab.

*MERENGKUH CINTA DALAM BUAIAN PENA*
Al-Hubb FiLlah wa LiLlah

Kisah Nenek Pemungut Daun


Ini ada kisah menarik dari sebuah buku yang saya baca. Semoga menjadikan kita semakin mencintai Nabi Muhammad, Rosululloh saw. Alloh huma sholi ala Muhammad wa ala ali Muhammad.

Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.

Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah isapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya."

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

"Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya."

Kisah ini saya dengar dari Kiai Madura, D. Zawawi Imran, membuat bulu kuduk saya� merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasululloh saw?

Ujian Seseorang Sesuai Kadar Agamanya




Saad bin Abi Waqqash berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah saw., 'Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya?' Nabi saw. menjawab, 'Para nabi, kemudian yang menyerupai mereka, dan yang menyerupai mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamanya tipis (lemah), dia diuji sesuai dengan itu (ringan); dan bila imannya kokoh, dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa'." (HR Bukhari)

Sesungguhnya ujian bagi seorang hamba itu berdasarkan agamanya. Jika agamanya kuat, ia akan diuji dengan ujian yang berat. Sebailknya, jika agamanya lemah, ia akan diuji dengan ujian yang ringan. Para rasul dan para nabi adalah orang-orang yang utama karena mereka mendapat ujian dari Allah sangat berat. Ujian yang mereka terima tidak akan sanggup dipikul oleh orang biasa (awam). Ketika berdakwah menyebarkan agama Islam, Rasululah saw. dituduh sebagai tukang sihir. Beliau difitnah dengan berbagai macam cara oleh orang-orang musrik kaum Quraisy. Orang-orang kafir membuat makar kepada Rasulullah, tetapi akhirnya Allah memenangkan agama Islam ini.

Seseorang yang hendak memegang teguh agamanya pasti akan mendapati berbagai tantangan-tantangan, baik tantangan dari luar maupun dari dalam. Tantangan itu bisa datang dari mana saja. Seperti yang terlihat sekarang ini, ujian sekarang ini banyak sekali yang berasal dari kalangan umat Islam sendiri. Ketika seorang ulama menyuarakan kebenaran, ada saja yang menentangnya. Ketika goyang haram Inul diprotes, ada saja yang menentangnya. Bahkan, suara yang menentang kebenaran itu justru lebih kuat daripada yang membelanya. Kita jadi bertanya sebenarnya mereka orang-orang yang memiliki organisasi kuat itu di mana. Mana reaksi dari Muhammadiyah? Mana reaksi dari Al- Irsyad? Mana reaksi dari NU? Mana reaksi dari Persis? Mengapa kalian tidak satu suara. Ini adalah tantangan yang besar yang dihadapi umat ini. Dia, Rhoma Irama yang bukan ulama, malah berani mendukung protes ulama, hingga dia sendiri melakukan tindakan nyata. Kini dia sedang dipojokkan, apa dukungan kita untuk para pembela kebenaran itu? Ketika pornografi menggema, ketika pornoaksi menggelora, mana reaksi organisasi-organisasi Islam yang besar-besar itu. Untuk apa organisasi Islam didirikan kalau tidak untuk menegakkan nilai-nilai syariat Islam!

Pada zaman modern sekarang ini orang yang memperjuangkan kebenaran akan tersisih. Pada umumnya mereka yang kokoh memegang kebenaran dan berani mengatakan dengan keras dan terbuka justru malah yang dimusuhi dan dibenci. Abu Bakar Baasyir, misalnya, adalah salah satu tokoh yang berani menyuarakan kebenaran meskipun di hadapan raja. Beliau kini menghadapi berbagai tantangan yang berat. AS menghendaki orang yang berjuang keras menegakkan syariat Islam ini lenyap dari peredaran. Sekarang beliau ditahan dan sedang dibawa ke meja hijau. Orang-orang seperti beliau benar-benar menghadapi ujian yang berat. Dengan nyata dan jelas beliau dan mereka yang konsisten dengan menegakkan kebenaran adalah yang menyerupai para nabi. Itulah sebabnya barangkali para tokoh muslim enggan untuk menyuarakan hati nuraninya dengan terang-terangan karena takut tersisih. Apalagi, para pemimpin organisasi Islam terkemuka, mereka memiliki harapan menjadi calon legislatif dan eksekutif. Mereka takut tersisih dari arena politik. Oleh karena itu, mereka menganggap lebih baik ngumpet daripada keluar.

Kita tidak sepatutnya bersikap demikian. Kita dituntut untuk mengamalkan agama ini sebaik-baiknya, yang benar kita suarakan benar, yang salah kita suarakan salah. Yang menyuarakan kebenaran kita dukung, yang menentangnya kita tentang. Jangan sampai kita lengah menghadapi hidup ini sehingga menjadi pengecut. Kita harus tegar memegang kebenaran. Dengan tegar dan istikamah itu kita akan mendapat pertolongan dari Allah SWT. Jika setiap kita mengambil sikap demikian, orang-orang pembela kemungkaran akan takut menghadapi kaum muslimin. Jika masing-masing kita memiliki kekuatan agama, orang- orang kafir akan takut menghadapi kita. Kita lemah sehingga mereka tidak takut, bahkan menginjak dan menjajah kita. Marilah kita tingkatkan kekuatan iman kita untuk menyongsong kehidupan esok yang lebih baik. Allah tidak menuntut kita yang di luar kesanggupan kita, karena Allah hanya akan menguji kita sesuai dengan kekuatan kit

Andaikata Rasulullah Menjadi Tamu Kita


Bayangkan apabila Rasulullah dengan seijin Allah tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita. Beliau datang dengan tersenyum dan muka bersih di muka pintu rumah kita, Apa yang akan kita lakukan? Mestinya kita akan sangat berbahagia, memeluk beliau erat-erat dan lantas mempersilahkan beliau masuk ke ruang tamu kita. Kemudian kita tentunya akan meminta dengan sangat agar Rasulullah sudi menginap beberapa hari di rumah kita. Beliau tentu tersenyum........

Tapi barangkali kita meminta pula Rasulullah menunggu sebentar di depan pintu karena kita teringat Video CD rated R18+ yang ada di ruang tengah dan kita tergesa-gesa memindahkan dahulu video tersebut ke dalam.

Beliau tentu tetap tersenyum........

Atau barangkali kita teringat akan lukisan wanita setengah telanjang yang kita pajang di ruang tamu kita, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke belakang secara tergesa-gesa.
Barangkali kita akan memindahkan lafal Allah dan Muhammad yang ada di ruang samping dan kita meletakkannya di ruang tamu.

Beliau tentu tersenyum.......

Bagaimana bila kemudian Rasulullah bersedia menginap di rumah kita? Barangkali kita teringat bahwa kita lebih hapal lagu-lagu barat daripada menghapal Shalawat kepada Rasulullah SAW.
Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah Rasulullah SAW karena kita lupa dan lalai mempelajarinya.

Beliau tentu tersenyum........

Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah dan sahabatnya tetapi hapal di luar kepala mengenai anggota Indonesian Idols atau AFI.
Barangkali kita terpaksa harus menyulap satu kamar mandi menjadi ruang shalat. Atau barangkali kita teringat bahwa perempuan di rumah kita tidak memiliki koleksi pakaian yang pantas untuk berhadapan kepada Rasulullah.

Beliau tentu tersenyum........

Belum lagi koleksi buku-buku kita. Belum lagi koleksi kaset kita. Belum lagi koleksi karaoke kita. Kemana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita?
Barangkali kita menjadi malu diketahui junjungan kita bahwa kita tidak pernah ke masjid meskipun adzan berbunyi.

Beliau tentu tersenyum........

Barangkali kita menjadi malu karena pada saat Maghrib keluarga kita malah sibuk di depan TV.
Barangkali kita menjadi malu karena kita menghabiskan hampir seluruh waktu kita untuk mencari kesenangan duniawi.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tidak pernah menjalankan shalat sunnah.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita sangat jarang membaca Al-Qur'an.
Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengenal tetangga-tetangga kita.

Beliau tentu tersenyum.......

Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah menanyakan kepada kita siapa nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita.
Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah bertanya tentang nama dan alamat tukang penjaga masjid di kampung kita.

Betapa senyum beliau masih ada di situ........

Bayangkan apabila Rasulullah tiba-tiba muncul di depan rumah kita. Apa yang akan kita lakukan? Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilahkan beliau masuk dan menginap di rumah kita?

Ataukah akhirnya dengan berat hati, kita akan menolak beliau berkunjung ke rumah karena hal itu akan sangat membuat kita repot dan malu.

Maafkan kami ya Rasulullah.........

Masihkah beliau tersenyum?

Senyum pilu, senyum sedih dan senyum getir........

Oh betapa memalukannya kehidupan kita saat ini di mata Rasulullah........

Pikiran yang terbuka dan mulut yang tertutup merupakan suatu kombinasi kebahagiaan.

Jangan jadikan Penghalang sebagai hambatan, tetapi jadikan sebagai pendorong aktifitas.

Siapa yang mendiamkan saja kejahatan merajalela, dia itu membantu kejahatan!

Sehalus-halusnya musibah adalah ketika kedekatan kita denganNya perlahan-lahan terenggut dan itu biasanya ditandai dengan menurunnya kualitas ibadah.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More