This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

19 Februari 2009

Menimbang Amal

Beramal dalam lingkup Islam yang dilakukan oleh seorang muslim bisa masuk kategori ibadah. Dan amal itu merupakan realisasi dari ayat Allah (yang artinya):

Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku. (adz Dzariyat : 56).

Makna beribadah di atas bisa berarti luas, baik itu ibadah dalam artian mahdhah (ritual) maupun dalam artian ibadah yang umum. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnu Taimiyah bahwa ibadah itu ialah segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya baik itu berupa perkataan maupun perbuatan yang dilakukan dengan hati maupun dengan anggota badan (Ismun jaami'un li kulli maa yuhibbuhullah wa yardhahu minal aqwali wal af'ali adh dhahirah wal bathinah). Apapun bentuk ibadahnya tidak boleh keluar dari syarat pokok, yaitu sesuai dengan syari'at dan ikhlash karena Allah. Ini merupakan realisasi dari pernyataan dua kalimat syahadat. Asyhadu alla illaha illallah yang mengandung makna bahwasanya segala bentuk sesembahan itu hanya boleh ditujukan kepada Allah dan hanya karena Allah, dan Asyhadu anna Muhammadar rasulullah yang mengandung makna bahwa segala aktivitas ibadah itu harus dibangun diatas syari'at Allah yang dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, untuk itu sangat penting bagi setiap muslim untuk selalu menimbang atau mengkoreksi setiap amalannya. Dengan demikian maka diharapkan amalnya itu termasuk amal yang shalih, yang masuk dalam kategori amal yang paling baik. Sebagaimana Allah telah mengatakan dalam Surah al Mulk ayat 2 (yang artinya):

Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan yang dengan itu Dia menguji siapakah diantara kalian itu yang paling baik amalnya.

Dalam ayat ini Allah menggunakan ayat Ahsanu Amala (yang paling baik amalnya), bukan Aktsaru Amala (paling banyak amalnya), jadi nilai pertama dan utama untuk melihat amalan manusia itu adalah baiknya dan kebaikan itu ditimbang berdasarkan benar tidaknya dan keikhlashannya, sebagaimana perkataan Fudhail bin Iyadh maksud dari ahsanu amala adalah aswabu (yang paling benar) wa akhlashu (yang paling ikhlash). Jadi ukuran pokoknya itu bukan pada banyaknya amaliah tetapi kebenaran amal itu sendiri, sesuatu yang banyak belum tentu baik. Untuk itu hendaklah seseorang itu memperbanyak amalan yang ahsan dalam artian amalan yang didasarkan pada petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan dilakukan dengan penuh keikhalashan karena Allah semata, dengan demikian diharapkan kita dihindarkan dari kerugian yang tidak kita sangka-sangka, sebagaimana perkataan Allah yang termaktub dalam surah Al Kahfi 103 - 104 (yang artinya):

Katakanlah, maukah Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi amalnya, yaitu orang-orang yang telah sia-sia amalnya didalam kehidupan dunia ini sedangkan mereka itu menyangka bahwa mereka itu telah berbuat sebaik-baiknya.

Nah, untuk menghindari kejadian yang seperti itu maka adalah sangat baik kalau kita selalu menimbang amaliah kita selama masih hidup di dunia ini karena hanya di dunialah tempat untuk beramal sedangkan akhirat itu tempat pembalasan amal. Maka adalah sangat tepat kalau kita selalu menimbang amal kita di dunia ini sebelum ditimbang dan dinilai di akhirat nanti, sebagaimana nasehat Amirul Mukminin Umar bin Al Khaththab radhiyallahu 'anhu: Haasibuu anfusakum qobla an tuhaasabuu (Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab).

Ada dua hadits yang secara implisit memerintahkan kepada setiap muslim untuk selalu menimbang amalnya baik dari sisi lahir maupun batin. Sebagaimana dinukil oleh Al Imam Nawawi rahimahullah dalam Al Arba'in An Nawawiyah. Yang pertama, hadits ini diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari dan Muslim.

Dari Amirul Mukminin Abi Hafsh Umar bin Al Khaththab radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata, 'Bahwasanya amal itu dengan niat, dan segala sesuatu hal itu tergantung pada apa yang diniatkannya ...'.

Imam Asy Syaukani mengoentari, bahwa hadits ini adalah salah satu dari sekian banyak kaidah dalam Islam, bahkan dikatakan merupakan sepertiga dari ilmu. Para ulama sangat mengagungkan hadits ini sehingga menjadikan pembuka dalam tulisan-tulisannya, ini sebagai suatu peringatan bagi para pencari ilmu agar selalu memperbaiki niatnya.

Berkata 'Abdurrahman bin Mahdi, Barangsiapa yang akan menulis kitab, hendaklah memulai dengan hadits ini.Imam Bukhari adalah salah satu yang mengamalkan perkataan ini, dalam kitab Shahihnya, hadits ini menempati urutan pertama. Demikian juga dengan Al Maqdisi dalam 'Umdatul Ahkam, Imam As Suyuti dalam Jami'us Shaghir, Imam Nawawi dalam Al majmu'. Tidak ada hadits yang lebih komprehensif (menyeluruh), lebih mencukupi, lebih bermanfaat dan lebih banyak faidahnya dibanding hadits ini. Hadits ini merupakan hadits yang memberi peringatan untuk menimbang amaliah dari sisi batinnya (niat). Niat disini baik niat itu untuk membedakan dengan ibadah yang lain maupun niat dalam artian ibadah itu hanya untuk Allah semata.

Hadits yang kedua, merupakan hadits ke-5 dalam Al-Arba'in An Nawawiyah. Hadits dari Ummul Mukminin 'Aisyah, beliau berkata, berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

Barangsiapa yang membuat hal-hal yang baru dalam agama kami yang tidak ada petunjuk maka tertolak, dalam riwayat lain barangsiapa berbuat suatu amalan yang tidak ada petunjuk dari kami maka tertolak.

Al Hafidz Ibnu Hajar berkomentar, Hadits ini termasuk pokok-pokok Islam dan satu kaidah dari kaidah-kaidah agama. Berkata Imam At Turuqiy, Hadits ini pantas dinamakan separo dari aturan-aturan syari'at karena orang dapat menggunakannya untuk menetapkan hukum atau menghapuskannya. Hadits ini merupakan pembuka yang agung di dalam menetapkan hukum syari'at dan menghapuskannya.

Hadits ini menegaskan hendaklah setiap muslim itu memperhatikan amalnya, apakah amalnya itu sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Karena amal yang tidak sesuai dengan petunjuk Rasulullah maka tertolak. Makna fahuwa raddun (dia ditolak) adalah marduudun (tidak diterima). Karena dalam ajaran Islam, asal dari ibadah itu adalah haram maka setiap ibadah yang Allah dan Rasul-Nya tidak mensyari'atkannya setiap muslim diharamkan bertaqarub dengannya.

Contoh , sholat adalah ibadah mahdhah, tetapi kalau jenis shalat itu tidak disyari'atkan oleh Allah dan tidak dituntunkan oleh Rasulullah, maka setiap muslim tidak boleh melakukannya, misalnya sholat sunnah/nafilah setelah shubuh atau setelah ashar. Perasaan orang awam bisa mengatakan hal itu merupakan kebaikan tapi syari'at menegaskan itu adalah kejelekan yang dalam istilah syar'i disebut dengan bid'ah. Bid'ah dalam syari'at Islam tidak ada yang baik sebagaimana penegasan Rasulullah bahwa kullu bid'atin dhalalah (setiap bid'ah adalah sesat).

Dari dua hadits di atas menjadi motivator untuk setiap muslim hendaknya selalu menimbang amalnya baik dari sisi batin maupun lahirnya, sebagaimana komentar Al Imam Ibnu Rajab rahimahullah, Hadits ini merupakan pokok yang paling agung diantara pokok-pokok Islam sebagaimana hadits al a'malu bin niyat di atas merupakan timbangan bagi amal-amal dari sisi batinnya dan 'man ahdatsa' sebagai timbangan amal-amal dari sisi dhahiriyahnya, tata caranya (kaifiyahnya).

MUHASABAH CINTA

Muhasabah Cinta
Album :
Munsyid : EdCoustic
http://liriknasyid.com


Wahai... Pemilik nyawaku
Betapa lemah diriku ini
Berat ujian dariMu
Kupasrahkan semua padaMu

Tuhan... Baru ku sadar
Indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini kuharapkan cintaMu

Reff. :
Kata-kata cinta terucap indah
Mengalun berzikir di kidung doaku
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
Butir-butir cinta air mataku
Teringat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini
Ya ilahi....
Muhasabah cintaku...

Tuhan... Kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
Jika ku harus mati
Pertemukan aku denganMu

Back to Reff.

Tazkirah: Muhasabah Nafs

for everyone
Walaupun kerap kita dengar, walaupun jemu telinga menerima kritikan-kritikan dan arahan-arahan yang sama berulang-ulang (macam ayat ni), namun sebenarnya ia memang menjadi kunci kemajuan prestasi dan potensi diri. Iaitu Muhasabah. Ianya penting dalam menentukan langkah-langkah seterusnya dan magnitud energy atau focus yang diperlukan untuk mengharungi hari-hari esok. Ia menjadi pembuka kepada Mu'aqabah, Mu'atabah ataupun Mujahadatun Nafs.

Figure 1: Wallpaper Seni Kehidupan
Muhasabah adalah satu moment yang boleh memperbaharui azam dan meningkatkan tarbiyyah dzatiyyah untuk memandu diri untuk terus beramal. Maka dari sini jelas kita lihat urgensinya.

Kejayaan tidak datang dengan mudah. Sekiranya anda mendengar ibu-ibu kita mengatakan: “Kalau anak ini memasuki Sekolah Alam Shah (sekolah terkemuka di Malaysia) pasti dia akan mendapat 10A dalam peperiksaan SPM (Sijil Pelajaran Malaysia).” Adakah maksudnya dengan hanya melangkah ke dalam alam sekolah tersebut, dia sudah menempah kecemerlangannya? Adakah mungkin dengan hanya dia merayau-rayau di sekolah pada waktu kelas, atau duduk-duduk di kantin sekolah bersahaja dapat menjamin tercapainya harapan mak ayahnya? Tentu tidak. Kalau begitu, peniaga kantin yang bekerja di kantin selama 5 tahun sudah cukup tempohnya untuk menduduki SPM dan skor! Tidak semudah itu! Kejayaan dunia tidak semudah berlenggang lalu menadah tangan ke langit. Kejayaan akhirat apatah lagi.

Sang pembunuh 99 + 1 orang telah menempuh perjalanan yang jauh untuk mencari keampunan Tuhannya. ZanNun (Nabi Yunus) ditelan ikan besar sebelum kembali kepada kaumnya. Rasulullah dan para sahabat menyusun langkah dengan lebih cermat selepas kekalahan Uhud, sehingga digali parit ketika serangan Ahzab sebagai strategic battle preparation.
Namun, detik-detik perjalanan adventurous mereka ini semestinya dimulakan dengan satu proses check-and-balance yang kita gelar Muhasabah diri sebelum melonjak ke tahap seterusnya lalu menggapai impian. Anak di Sekolah Alam Shah itu mesti dari masa ke masa pause untuk identify gap ilmunya dibanding dengan tahap sepatutnya ia capai; maka latihan-latihan akan dipergiatkan selepas itu untuk menutup gaung skill dan ilmunya. Sang pembunuh 99 +1 itu tidaklah memulakan langkahnya melainkan ia muhasabah diri dulu dan berazam untuk berubah. Nah, lihatlah betapa hebat kesannya muhasabah diri sehingga dapat menyelamatkan seorang yang berada di jurang neraka kepada rahmat Allah yang Maha Besar (Syurga).
Pentingnya muhasabah diri adalah agar perjalanan hidup kita diharungi dengan kesedaran tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan cabaran yang bakal kita tempuhi. Orang barat kata SWOT Analysis (Strengh, Weakness, Opportunity & Threat). Ikhwah, saya telah menyaksikan ramai orang gugur dari jalan dakwah kerana gagal mengesani kelemahan diri atau melepas pandang maksiat yang dilakukan. Ada yang tewas hanya kepada video game, PS2, muzik, perempuan dsb sedangkan itu semua biasa ditempis dengan mudah oleh Ikhwah melalui Mutabaah hariannya. Sedangkan ia belum menghadapi cabaran besar seperti dicemuh masyarakat, diboycott, dipenjara, diseksa etc. Bagaimana seorang da’i akan melepasi ini semua sekiranya pujukan-pujukan syaitan sudah tidak mampu ditempis, apatah lagi goncangan-goncangannya.

Mutabaah amal harian adalah satu model Muhasabah yang bertujuan memastikan hari-hari kita dilalui dengan lurus. Sekiranya berlaku pemesongan, maka hari esoknya akan diperelokkan lagi. Seorang tetamu Imam Syafi’e datang tinggal di rumah Imam Syafi’e selama seminggu. Katanya dia melihat “hari-hari Imam Syafi’e pasti lebih baik dari hari semalamnya”. Begitulah ajaibnya teknik Muhasabah dalam meningkatkan kualiti hidup. Saya kira tidak memberi masa untuk muhasabah adalah satu jenayah terhadap diri sendiri. Ia memberi ruang untuk diri menjadi lebih rapuh.
Ikhwah, apabila kawan kita mengatakan, “Ikutilah aktiviti tarbiyyah, nescaya kita akan menjadi insan soleh.” Apakah dengan sekadar menghadiri usrah seminggu sekali, daurah sebulan, qiamullail sebulan sekali sahaja, sambil bermain game, hisap rokok, menonton wayang, tidak menjaga batas pergaulan lalu berpacaran; adakah kehidupan hipokrit sebegini dapat mencipta insan soleh? Pasti tidak!
Ikhwah, analisalah diri sendiri. Periksa diri sebagaimana doctor memeriksa pesakit. Penyakit itu banyak, dari penyakit kecil ke sederhana ke besar, dari selsema kepada resdung kepada selsema burung. Mungkin kita terkena salah satu daripadanya, mungkin ia berjangkit dari orang sekeliling. "Al-Insanu Ibnu Bi'atihi" (Seseorang adalah anak kepada biah/lingkungannya). Tidak hairanlah jika tempias-tempias kerakusan, kelucahan, kebohongan dan kepura-puraan masyarakat sedikit sebanyak merecik kepada kita. Muhasabahlah! Maka, apabila ketemu penyakit, berikanlah diri ubat. Jangan lalai dari ubat, mahupun mengabaikan penyakit. Ingat, kanser boleh merebak dengan cepat! Barah yang membesar sebeginilah yang membunuh orang daripada jalan dakwah. Kalau penyakit sudah kritikal, ingatlah, semua penyakit ada ubat kecuali maut, kerana apabila sudah mati, keinsafan tidak berguna lagi . Berwaspadalah!

Figure 2: Wallpaper Seni Kehidupan
Kenali potensi diri, kembangkan diri ke arah potensi kita; sesungguhnya potensi kita berlainan; ia memberi warna kepada alam ini. Lakukan SWOT analysis, amalkan Mutabaah Harian. Pergilah se-detail mungkin dalam evaluasi diri. Semoga berkesan dalam menyepak terajang maksiat dan menjaring gol.

Ini sekadar satu tazkirah yang saya sampaikan kepada diri saya dan sesiapa yang berkesempatan membacanya. Periksa diri, perbaiki diri! Awasi langkah2 anda. If you're not careful about anything, you'll lose everything. Selamat beramal!

Muhasabah

Teks Muhasabah ini digunakan untuk menumbuhkan Emotional Spritual anak didik. Namun secara umum teks muhasabah ini dapat kita gunakan untuk menumuhkan kepekaan bagi diri kita sendiri lho…
Wahai anak-anakku apa saja yang telah engkau perbuat….
Kemana saja engkau melangkahkan kakimu……
Kemana saja engkau arahkan pandanganmu….
Apa saja yang engkau ucapkan dari lesanmu….
Atau barangkali ini yang jarang terduga oleh kalian, sudahkah engkau mengingat bagaimana otakmu kau gunakan……apa saja yang pernah engkau pikirkan… engkau bayangkan….
Hitunglah!… apakah kau yakin bahwa kebaikan saja yang telah engkau lakukan
Ataukah masih ada berbuatan dosa yang masih saja kau lakukan dengan sengaja? Ataupun tidak kau sengaja
Apakah kau yakin pahalamu lebih banyak!! Ataukah dosamu!!
Ingatlah janji Allah ”Wamaya’mal mistqola dzarrotin khoira yarahu, wamaya’mal mistola dzarotin syarroyyarah” ingatlah itu!
engkau punya mata, tapi kau sering gunakan untuk melihat yang tidak pantas kau lihat;
kau tidak menggunakannya untuk membaca ayat-ayat Allah
enkau punya telinga, tapi kau sering gunakan untuk mendengar kata sia-sia;
kau tidak menggunakannya untuk mendengar nasehatorant tuamu dan ustadz/h-mu
engkau punya lidah, tapi kau sering gunakan untuk berbohong dan menggunjing;
kau tidak menggunakannya untuk berdzikir, saling menasehati dalam kebenaran dengan temanmu
engkau punya tangan, tapi kau sering gunakan untuk menzalimi orang dan menzalimi diri sendiri;
kau tidak menggunakannya untuk menyingkirkan kemungkaran
engkau punya kaki, tapi kau sering gunakan untuk melangkah menuju tempat maksiat;
kau tidak menggunakannya untuk pergi ke tempat ibadah atau tempat ladang kebajikan
engkau punya akal, tapi akal itu jarang kau gunakan untuk memikirkan bagaimana berfikir yangbermanfaat, akal kau yang liar justru sering memakainya untuk memikirkan hal-hal yang kotor dan licik
Wahai anakku….
Orang tua sangat menyayangi mu, tapi kau hampir tak pernah membalas budi mereka…
Ingatlah bagaimanaibu mengandungmu selama 9 bulan dengan susah payah namun beliau tidak menyesal mengandungmu! Ingatlah bagaimana beratnya melahirkanmu! Anakku begitu beratnya melahirkan sampai-sampai Nabi bersabda bahwa meninggal saat melahirkan dapat dikatakan mati syahid.. ingat mati syahid
Ingat pula bagaimana kesabaran ibumu menyusuimu…merawatmu….mengendongmu ketika kau menangis
Menyuapimu saat engkau merengek lapar…. sangatlah wajar apabila Allah dan Rosulnya menempatkan berbakti kepada Ibu setelah Allah dan Rosul.
Tapi bayangkan jika ibu kalian menyesal dengan kabar kehamilannya maka bisa jadi kalian akan dibuang, dicampakkan, dan ditelantarkan….Tapi sekali lagi tidak anakku, ibu kalian tidak menyesal dengan kehadiran kalian, malah berbahagia karena melihat buah hatinya kelak akan dapat membanggakan orang tuanya.. orang tua yang melahirkannya, merawatnya dengan penuh kasih sayang.
Bersama dengan ibu, ayah kalianikut merasakan kesibukan untuk membelikan makanan yang bergizi buat ibu yang tengah mengandungmu.
Beliau pun ikut merasakan resah, bingung, takut saat mendampingi ibumu yang melahirkanmu.
Beliau juga yang membanting tulang untuk menghidupi keluarga,yang didalamnya termasuk kalian anakku….
Darimana uang sakumu setiap hari… darimana biaya sekolahmu…. darimana biaya les privatmu……
Dari mereka …. ayah dan ibumu!
Namun sudahkah engkau berbakti kepada ibu kalian….. sudahkah……?
Sudahkah engkau berbakti kepada ibu kalian……sudahkah……?
Masihkah engkau terus menerus menyakiti mereka dengan cacian-cacian dan bentakan-bentakanmu saat engaku ngambek jika ibumu meminta tolong untuk pergi ke toko membeli sesuatu…. padahal Allah menetapkan kata ”ah” saat menolah perintah orang tua adalah dosa… berapa kata yang telah kau lontarkan….berapa kalimat yang telah kau ucapkan…..
Masihkah kalian melanjutkan kemalasan saat disuruh untuk melakukan kebajikan oleh mereka…
Masihkan kalian meneruskan kedengkian di belakan mereka saat mereka tidak memenuhi permintaanmu… padahal engkau belum mengetahui alasan mereka kenapa… apakah kau anggap orang tua kalaian kaya sehingga dengan mudah memenuhi semua permintaanmu? Tidak anakku, Hanya Allah yang maha kaya. Kekayaan orang tua kalian adalah titipan yang sewaktu-waktu dengan mudahnya Allah meminta kembali
Layakkah kau lanjutkan tradisi kedurhakaanmu… layakkah…. buat ibu yang melahirkanmu dan ayah yang telah merawatmu dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
Wahai anakku………
Ustadz/h kalian yang telah menitipkan ilmu pengetahuan Allah kepada kalian dengan keikhlashan dan ktabahan menghadapi kalian, tapi…. kau tidak menaruh hormat kepada mereka, kau malah menganggap mereka orang asing yang tidak memberikan manfaat kepadamu.
Padahal anakku….kesuksesan para ulama terdahulu adalah disebabkan memuliakan gurunya yang hanya mengajarkan satu kalimat tayyibah. Bayangkan hanya satu kalimat saja… mereka sudah merasa harus sangat menhargainya
Masih ingatkah dengan apa yang pernah kalian perbuat untuk ustadz/hmu saat mereka menasehatimu…
Engkau marah…sinis…dendam….bahkan mengacuhkan…mereka. Malah engkau dengan enteng menjawab ”ustadz/h ini bukan urusan ustahz/h!”, ”Ustadz/h ngapaiin sih ngurususin, sayakan bukan anak ustadz/h!”
Anakku, engkau memang bukan anak biologis ustadz/hmu, namun engkau telah menjadi anak-anak kami para ustadz/h sejak engkau masuk menginjakkan kaki di sekolah ini. Engkau mendapatkan perlakuan selayakknya anak sendiri.
Engkau mendapatkan cinta mereka…. kasih sayang mereka…perhatian mereka….bimbingan mereka yang lembut…. nasehat-nasehat mereka yang kadang engkau tidak sukai namun mereka tetap ikhlash mengarahkan kalian ke jalan yang lurus….jalan yang benar… masih ingatkah engkau wahai anakku…..!
Atau kau memang sudah melupakan mereka…. atau kau sudah membenci mereka… atau kau sudah tidak menganggap kehadiran mereka…
Tapi asal kau ingat anakku… siapa yang mengajarimu hingga kau tahu 1+1=2, bahwa benda jatuh ke bumi karena hukum gravitasi, kalian juga mengenal apa itu E=m.c2, kemudian masih ingatkah dengan luas persegi panjang adalah dengan mengalikan panjang dan lebar…. bahakan masih banyak ilmu-ilmu lain yang telah engkau dapatkan..
Darimana kalian mengetahui itu….darimana….? Masihkah engkau menafikan jasa mereka meskipun benar mereka memang pahlawan tanpa tanda jasa
Apakah kalian ingat ancaman Allah bagi manusia yang tidak bersyukur… tidak menghargai jasa orang lain… coba ingat kalimat ini ”Jika kalian bersyukur, maka akan Aku tambahkan nikmat-KU, namun apabila kalian kufur maka sesungguhnya adzab-KU sangatlah pedih”
Na’udzubillah 2x … janganlah engaku sampai termasuk orang-orang yang kufur ini anakku…. janganlah engkau sampai termasuk…. sekali lagi jangan….
Ustadz/hmu sebenarnya tidak perlu balasan kalian…tidak perlu hadiah dari kalian… yang diinginkan adalah kalian menjadi anak-anak yang sholeh/ah…anak-anak yang dapat meneruskan perjuangan Islam…. anak-anak yang dapat mengibarkan kejayaan Islam yang sama-sama kita rindukan….
Sebagaimana mereka para remaja yang juga belajar……dan ingat Guru mereka yaitu Rosulullah SAW tidak meminta balasan jasa…tidak pernah meminta hadiah….Tidak Pernah!! …..Remaja yang demikian terdapat pada sosok Ali bin Abi Tholib, Zaid bin Tsabit, Abdullah Ibn Umar, Abdullah bin Zubair, dll
Juga terdapat pada pemuda Muhammad Al Fath yang memenuhi janji Rosulullah saat menaklukkan Konstantinopel, atau pemuda Yahya Ayays –al muhamdis- yang syahid di bumi Palestina, bumi para Nabi, atau juga para anak-anak yang melakukan intifadhoh atau berjihad melawan Israel –la’natullah- anak-anak inilah yang digelari dengan anak-anak langit.
Mereka itulah yang dengan berani membela panji Islam….merekalah yang belajar dan berjuang untuk Islam, mereka…yang rela belajar Agama…menghafal Al Qur’an…..rajin membaca buku-buku untuk menempa diri…menyiapkan diri…untuk berjuang di Jalan Allah.
Sekali lagi anak-anaku… Ustadz/h kalian tidak mengharapkan balasan… jadilah anak-anak yang tumbuh menjadi pemuda sholeh/h yang dapat menjadi kebanggaan Agama kalian, orang tua kalian, keluarga kalian, bangsa kalian, sekolah kalian,….dan pasti diri kalian.
doa……
Di malam yang baik ini, para malaikat menaungi kalian dengan sayap-sayapnya, bertasbih untuk kalian, berdoa’a untuk kalian, sebab kalian di majelis dzikir, sebab kalian telah bertobat dan berdzikir kepada Allah, sebab kalian ingin menjadi anak-anak yang baik, sebab kalian ingin menyambung silaturrahmi kepada saudara, keluarga, dan teman
Anakku… sekarang pejamkan mata kalian……sekarang hadirkan wajah ibumu, ayahmu, saudara-saudaramu, keluargamu, ustadz/h-mu, guru-gurumu, teman-temanmu, dan oran-orang yang kamu anggap berjasa kepadamu…. lihatlah mereka tersenyum gembira kepadmu, mereka tersenyum karena melihat kebaikan ada padamu, mereka yakin bahwa kelak kamu akan menjadi anak sholih/h yang dapat membanggakan Agama,orang tua, keluarga, bangsa dan negara., Mereka yakin kalian anak yang baik yang dapat menyejukkan hati mereka dengan perilakumu yang baik….
Ya..Allah saksikanlah….sesungguhnya Engkau Mengetahui hati-hati ini berhimpun dalam cinta kepada -MU, telah bersatu dalam dakwah kepada-MU, telah berpadu dalam membela syariat-MU. Teguhkanlah, ya…Allah ikatannya. Kekalkanlah cinta kasihnya. Tunjukkanlah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati kami ini dengan cahaya-MU yang tidak pernah redup, lapangkanlah dada-dada kami dengan kelimpahan Iman kepada-MU. Hidupkanlah hati kami dnegan ma’rifah kepada-MU, dan matikanlah kami dalam syahid di jalan-MU.
Ya Allah
Kau curahkan ilmu kepada kami, tetapi ilmu itu belum banyak kami amalkan dan kami gunakan untuk membawa manusia agar selalu ingat kepada-Mu
Kau mudahkan kami sholat, tetapi sholat itu belum membuat kami mampu mencegah perbuatan yang keji dan mungkar; pula sholat kami jauh dari khusyu’
Kau mudahkan kami puasa, tetapi puasa kami belum membuat kami mencintai orang-orang yang lapar dan dahaga bertahun-tahun lamanya
Kau mudahkan kami shodaqoh, tetapi masih terselip perasaan riya’ di dada
Kau mudahkan kami berzikir, tetapi zikir kami sebatas di masjid dan rumah-rumah saja
Sungguh malu kami menghadapMu ya Allah, apalagi memohon sesuatu kepadaMu
Tapi bila tidak kepadaMu, kepada siapa lagi kami harus memohon?
Kabulkanlah permohonan kami yang hina berikut ini ya Allah
Ya Rahman Ya Rahim….
Jadikanlah mata ini penglihatanMu ya Allah, agar ia hanya melihat hal-hal yang halal dilihatnya
Jadikanlah telinga ini pendengaranMu ya Allah, agar ia hanya mendengar hal-hal yang halal didengarnya
Jadikanlah lidah ini gaung wahyuMu, agar manusia hanya merasakan kedamaian dan cinta dariMu
Jadikanlah tangan ini perpanjangan Kasih SayangMu ya Allah,
Perjalankanlah kaki ini ke tempat-tempat yang Engkau ridha
Dan selimuti akal ini selalu dalam cahaya kebijaksanaanMu – wahai Al-Hakim
Ya Aziiz.. Ya Jabbar.. Ya Muttakkabir
Jadikanlah agar ilmu yang Kau bagi pada kami, bermanfaat dan menyelamatkan kami di dunia dan di akherat
Jadikanlah agar harta yang Kau titipkan pada kami, selalu barokah bagi manusia, terutama kaum dhuafa
Jadikanlah agar jabatan yang Kau amanahkan pada kami, senantiasa kami gunakan untuk melayani ummat, melindungi yang lemah dan tertindas, dengan menerapkan syari’atMu
Jadikanlah keluarga kami keluarga yang penuh cinta, sakinah-mawaddah wa rahmah
Jadikanlah anak-anak kami anak-anak sholeh, yang doanya akan menerangi kubur-kubur kami
Jadikanlah makanan yang kami makan energi ibadah kami
Jadikanlah pakaian yang kami pakai, manifestasi ketaqwaaan kami
Ya Mujibud Du’a
Berilah hidayah pada para pemimpin kami, agar mereka mengurus dan melayani kami dengan syariatMu yang penuh berkah, dan jadilahkan kami bersatu dalam menerapkan syariatMu ya Allah
Kami rindu dengan Rasulullah, dengan Khulafaur Rasyidin, dengan para Khalifah,
dengan keadilan, kemakmuran dan keberkahan yang diciptakan oleh penerapan SyariahMu,
dengan keberanian Thariq bin Ziyad ketika membakar kapalnya untuk menghapus keraguan pasukannya
dengan kesederhanaan Umar bin Abdul Aziz sehingga rakyat tak ada lagi yang pantas menerima zakat
dengan kejeniusan Harun ar-Rasyid ketika membangun pusat-pusat ilmu pengetahuan di Baghdad
dengan kemuliaan jihad Salahuddin al-Ayubi ketika memperlakukan Richard Lion Heart yang terluka
dengan keyakinan Muhammad al-Fatih ketika masuk Konstantinopel untuk memenuhi nubuwah Rasul
Berilah kami nikmat sebagaimana Engkau telah beri nikmat kepada mereka ya Allah
Kami yakin bahwa RasulMu benar, Khilafah ala minhajin Nubuwwah akan datang lagi,
Berilah kesempatan kami untuk menyaksikan kebesaranMu itu ya Allah,
dan berilah kami kekuatan dan kesabaran untuk menyumbangkan harta dan jiwa kami dalam perjuangan itu.
Amien ya Rabbal Alamien……

Dan, Semesta pun Kehilangan Pelita Terindahnya

Ketika Al-Musthafa berada dihadapan
Ku pandangi pesonanya dari ujung kaki hingga kepala,
Tahukah kalian apa yang terjelma?
Cinta!
(Abu Bakar ra)

Nabi demam kembali, kini panasnya semakin tinggi. Lemah ia berbaring, menghadapkan wajah pada Fatimah anak kesayangan. Sudah beberapa hari terakhir, kesehatannya tidak lagi menawan. Senin itu, kediaman manusia paripurna didatangi seorang berkebangsaan Arab dengan wajah rupawan. Di depan pintu, ia mengucapkan salam "Assalamu’alaikum duhai para keluarga Nabi dan sumber kerasulan, bolehkah saya menjumpai kekasih Allah?". Fatimah yang sedang mengurusi ayahnya, tegak dan berdiri di belakang pintu "Wahai Abdullah, Rasulullah sedang sibuk dengan dirinya sendiri". Fatimah berharap tamu itu mengerti dan pergi, namun suara asing semula kembali mengucapkan salam yang pertama.
"Alaikumussalam, hai hamba Allah" kali ini Nabi yang menjawabnya.
"Anakku sayang, tahukah engkau siapakah yang kini sedang berada di luar?"
"Tidak tahu ayah, bulu kudukku meremang mendengar suaranya"
"Sayang, dengarkan baik-baik, di luar itu adalah dia, pemusnah kesenangan dunia, pemutus nafas di raga dan penambah ramai para ahli kubur". Jawaban nabi terakhir membuat fatimah jatuh terduduk. Fatimah menangis seperti anak kecil.
"Ayah, kapan lagi aku akan mendengar dirimu bertutur, harus bagaimana aku menuntaskan kerinduan kasih sayang engkau, tak akan lagi ku memandang wajah kesayangan ayahanda" pedih Fatimah. Nabi tersenyum, lirih ia memanggil " Sayang, mendekatlah, kemarikan pendengaranmu sebentar". Fatimah menurut, dan Kekasih Allah itu berbisik mesra di telinga anaknya, "Engkau adalah keluargaku yang pertama kali menyusul sebentar kemudian". Seketika wajah fatimah tidak lagi pasi tapi bersinar.
Lalu kemudian, Fatimah mempersilahkan tamu itu masuk. Malaikat pencabut maut berparas jelita itu pun kini berada di samping Muhammad.
"Assalamu’alaikum ya utusan Allah" dengan takzim malaikat memberi salam.
"Salam sejahtera juga untukmu pelaksana perintah Allah, apakah tugasmu saat ini, berziarah ataukah mencabut nyawa si lemah?" tanya nabi. Angin berhembus dingin.
"Aku datang untuk keduanya, berziarah dan mencabut nyawamu, itupun setelah engkau perkenankan, jika tidak Allah memerintahkanku untuk kembali"
"Di manakah engkau tinggalkan Jibril? Duhai izrail?"
"Ia ku tinggal di atas langit dunia".
Tak lama kemudian, Jibril pun datang dan memberikan salam kepada seseorang yang juga dicintanya karena Allah.
"Ya Jibril, gembirakanlah aku saat ini" pinta Al-Musthafa.
Terdengar Jibril bersuara pelan di dekat telinga manusia pilihan, "Sesungguhnya pintu langit telah di buka, dan para Malaikat tengah berbaris menunggu sebuah kedatangan, bahkan pintu-pintu surga juga telah di lapangkan hingga terlihat para bidadari yang telah berhias menyongsong kehadiran yang paling ditunggu-tunggu".
"Alhamdulillah, betapa Allah maha penyayang" sendu Nabi, wajahnya masih saja pucat pasi.
"Dan Jibril, masukkan kesenangan dalam hati ini, bagaimana keadaan ummatku nanti".
"Aku beri engkau sebuah kabar akbar, Allah telah berfirman, "Sesungguhnya Aku, telah mengharamkan surga bagi semua Nabi, sebelum engkau memasukinya pertama kali, dan Allah mengharamkan pula sekalian umat manusia sebelum pengikutmu yang terlebih dahulu memasukinya" Jawaban Jibril itu begitu berpengaruh. Maha suci Allah, wajah Nabi dilingkupi denyar cahaya. Nabi tersenyum gembira. Betapa ia seperti tidak sakit lagi. Dan ia pun menyuruh malaikat izrail mendekat dan menjalankan amanah Allah.
Izrail, melakukan tugasnya. Perlahan anggota tubuh pembawa cahaya kepada dunia satu persatu tidak bergerak lagi. Nafas manusia pembawa berita gembira itu semakin terhembus jarang. Pandangan manusia pemberi peringatan itu kian meredup sunyi. Hingga ketika ruhnya telah berada di pusat dan dalam genggaman Izrail, nabi sempat bertutur, "Alangkah beratnya penderitaan maut". Jibril berpaling tak sanggup memandangi sosok yang selalu ia dampingi di segala situasi.
"Apakah engkau membenciku Jibril"
"Siapakah yang sampai hati melihatmu dalam keadaan sekarat ini, duhai cinta," jawabnya sendu.
Sebelum segala tentang manusia terindah ini menjadi kenangan, dari bibir manis itu terdengar panggilan perlahan "Ummatku… Ummatku….". Dan ia pun dengan sempurna kembali. Nabi Muhammad Saw, pergi dengan tersenyum, pada hari senin 12 Rabi'ul Awal, ketika matahari telah tergelincir, dalam usia 63 tahun.
Muhammad, Nabi yang Ummi, Kekasih para sahabat di masanya dan di sepanjang usia semesta, meninggalkan gemilang cahaya kepada dunia. Muhammad, pemberi peringatan kepada semua manusia, menorehkan dalam-dalam tinta keikhlasan di lembaran sejarah. Muhammad, yang bersumpah dengan banyak panorama indah alam: "demi siang bila datang dengan benderang cahaya, demi malam ketika telah mengembang, demi matahari sepenggalah naik", telah membumbungkan Islam kepada cakrawala megah di angkasa sana. Ia, Muhammad, menembus setiap gendang telinga sahabatnya dengan banyak kuntum-kuntum sabda pengarah dalam menjalani kehidupan. Ia, Muhammad, yang di sanjung semua malaikat di setiap tingkatan langit, berbicara tentang surga, sebagai tebusan utama, bagi setiap amalan yang dikerjakan. Ia, Muhammad yang selalu menyayangi fakir miskin dan anak yatim, menggelorakan perintah untuk senantiasa memperhatikan manusia lain yang berkekurangan. Dan Ia, Muhammad, tak akan pernah kembali lagi.
Sungguh, Madinah berubah kelabu. Banyak manusia terlunta di sana.
Dan Aisyah ra, yang pangkuannya menjadi tempat singgah kepala Rasulullah di saat terakhir kehidupannya, menyenandungkan syair kenangan untuk sang penerang, suaranya bening. Syahdunya membumbung ke jauh angkasa. Beginilah Aisyah menyanjung sang Nabi yang telah pergi:
Wahai manusia yang tidak sekalipun mengenakan sutera,
Yang tidak pernah sejeda pun membaringkan raga pada empuknya tilam
Wahai kekasih yang kini telah meninggalkan dunia,
Ku tau perut mu tak pernah kenyang dengan pulut lembut roti gandum
Duhai, yang lebih memilih tikar sebagai alas pembaringan
Duhai, yang tidak pernah terlelap sepanjang malam karena takut sentuhan neraka Sa’ir
Dan Umar r.a yang paling dekat dengan musuh di setiap medan jihad itu, kini menghunus pedang. Pedang itu menurutnya diperuntukkan untuk setiap mulut yang berani menyebut kekasih kesayangannya telah kembali kepada Allah. Umar tatap wajah-wajah para sahabat itu setajam mata pedangnya, meyakinkan mereka bahwa Umar sungguh-sungguh. Umar terguncang. Umar bersumpah. Umar berteriak lantang. Umar menjadi sedemikian garang. Ia berdiri di hadapan para sahabat yang terlunta-lunta menunggu kabar manusia yang dicinta.
Dan Abu Bakar, sahabat yang paling lembut hatinya, melangkah pelan menuju jasad manusia mulia. Langkahnya berjinjit, khawatir kan mengganggu seseorang yang tidur berkekalan, pandangannya lurus pada sesosok cinta yang dikasihinya sejak pertama berjumpa. Raga berparas rembulan itu kini bertutup kain selubung. Abu bakar hampir pingsan. Nafasnya berhenti berhembus, tertahan. Sekuat tenaga, ia bersimpuh di depan jasad wangi al-Musthafa. Ingin sekali membuka penutup wajah yang disayangi arakan awan, disanjung hembusan angin dan dielu-elukan kerlip gemintang, namun tangannya selalu saja gemetar.

Lama Abu bakar termenung di depan jenazah pembawa berkah. Akhirnya, demi keyakinannya kepada Allah, demi matahari yang masih akan terbit, demi mendengar rintihan pedih ummat di luar, Abu bakar mengais sisa-sisa keberanian. Jemarinya perlahan mendekati penutup tubuh suci Rasulullah, dan dijumpailah, wajah yang tak pernah menjemukan itu. Abu bakar memesrai Nabi dengan mengecup kening indahnya. Hampir tak terdengar ia berucap, "Demi ayah dan bunda, indah nian hidupmu, dan indah pula kematianmu. Kekasih, engkau memang telah pergi". Abu bakar menunduk. Abu Bakar mematung. Abu Bakar berdoa di depan tubuh nabi yang telah sunyi.
Dan Bilal bin Rabah, yang suaranya selalu memenuhi udara Madinah dengan lantunan adzan itu, tak lagi mampu berseru di ketinggian menara mesjid. Suaranya selalu hilang pada saat akan menyebut nama kekasih ‘Muhammad’. Di dekat angkasa, seruannya berubah pekik tangisan. Tak jauh dari langit, suaranya menjelma isak pedih yang tak henti. Setiap berdiri kukuh untuk mengumandangkan adzan, bayangan Purnama Madinah selalu saja jelas tergambar. Tiap ingin menyeru manusia untuk menjumpai Allah, lidahnya hanya mampu berucap lembut, "Aku mencintaimu duhai Muhammad, aku merindukanmu kekasih". Bilal, budak hitam yang kerap di sanjung Nabi karena suara merdunya, kini hanya mampu mengenang Sang kekasih sambil menatap bola raksasa pergi di kaki langit.
Dan, terlalu banyak cinta yang menderas di setiap jengkal lembah madinah. Yang tak pernah bisa diungkapkan. Semesta menangis.
***
Sahabat, Sang penerang telah pergi menemui yang Maha tinggi. Purnama Madinah telah kembali, menjumpai kekasih yang merindui. Dan semesta, kehilangan pelita terindahnya. Saya mengenangmu ya Rasulullah, meski hanya dengan setitik tinta pena. Saya mengingatimu duhai pembawa cahaya dunia, meski hanya dengan selaksa kata. Dan saya meminjam untaian indah peredam gemuruh dada, yang dilafadzkan Hasan Bin Tsabit, salah seorang sahabat penyair dari masa mu:
Engkau adalah ke dua biji mata ini
Dengan kepergianmu yang anggun,
Aku seketika menjelma menjadi seorang buta
Yang tak perkasa lagi melihat cahaya
Siapapun yang ingin mati mengikutimu
Biarlah ia pergi menemui ajalnya,
Dan Aku,
Hanya risau dan haru dengan kepergian terindah mu
Sahabat, kenanglah Nabi Muhammad Saw, meski dalam kelengangan yang sempurna, agar hal ini menjadi obat ajaib, penawar dan penyembuh kegersangan hati yang kerap berkunjung. Agar, di akhirat kelak, dengan agung Nabi memanggil semua manusia yang senantiasa merindukan dan mencintainya. Adakah yang paling mempesona dihadapanmu, ketika suara suci Nabi menyapamu anggun, menjumpaimu dengan paras yang tak pernah kau mampu bayangkan sebelumnya. Adakah yang paling membahagiakan di kedalaman hatimu, ketika sesosok yang paling kau cinta sepenuh jiwa dan raga, berada nyata di dekatmu dan menemuimu dengan senyuman yang paling manis menembusi relung kalbu. Dan adakah di dunia ini yang paling menerbangkan perasaanmu ke angkasa, ketika jemari terkasih menggapaimu untuk memberikan naungan perlindungan dari siksa pedih azab neraka. Adakah sahabat???
Jika saat ini ada yang bening di kedua sudut kelopak matamu, berbahagialah, karena mudah-mudahan ini sebuah pertanda. Pertanda cinta tak bermuara. Dan, ketika kau tak dapati air mata saat ini, kau sungguh mampu menyimpan cinta itu di dasar hatimu.
Salam saya, untuk semua sahabat. Mari bersama bergenggaman, saling mengingatkan, saling memberikan keindahan ukhuwah yang telah Rasulullah tercinta ajarkan. Mari Sahabat!

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More