This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

07 Oktober 2009

Akhirnya Dia Mati seperti Keledai

Kisah ini terjadi di Universitas ‘Ain Syams, fakultas pertanian di Mesir. Sebuah kisah yang amat masyhur dan dieksposs oleh berbagai media massa setempat dan sudah menjadi buah bibir orang-orang di sana.

Pada tahun 50-an masehi, di sebuah halaman salah satu fakultas di negara Arab (Mesir-red.,), berdiri seorang mahasiswa sembari memegang jamnya dan membelalakkan mata ke arahnya, lalu berteriak lantang, “Jika memang Allah ada, maka silahkan Dia mencabut nyawa saya satu jam dari sekarang!.” Ini merupakan kejadian yang langka dan disaksikan oleh mayoritas mahasiswa dan dosen di kampus tersebut. Menit demi menitpun berjalan dengan cepat hingga tibalah menit keenampuluh alias satu jam dari ucapan sang mahasiswa tersebut. Mengetahui belum ada gejala apa-apa dari ucapannya, sang mahasiswa ini berkacak pinggang, penuh dengan kesombongan dan tantangan sembari berkata kepada rekan-rekannya, “Bagaimana pendapat kalian, bukankah jika memang Allah ada, sudah pasti Dia mencabut nyawa saya?.”



Para mahasiswapun pulang ke rumah masing-masing. Diantara mereka ada yang tergoda bisikan syaithan sehingga beranggapan, “Sesunguhnya Allah hanya menundanya karena hikmah-Nya di balik itu.” Akan tetapi ada pula diantara mereka yang menggeleng-gelengkan kepala dan mengejeknya.

Sementara si mahasiswa yang lancang tadi, pulang ke rumahnya dengan penuh keceriaan, berjalan dengan angkuh seakan dia telah membuktikan dengan dalil ‘aqly yang belum pernah dilakukan oleh siapapun sebelumnya bahwa Allah benar tidak ada dan bahwa manusia diciptakan secara serampangan; tidak mengenal Rabb, tidak ada hari kebangkitan dan hari Hisab. Dia masuk rumah dan rupanya sang ibu sudah menyiapkan makan siang untuknya sedangkan sang ayah sudah menunggu sembari duduk di hadapan hidangan. Karenanya, sang anak ini bergegas sebentar ke ‘Wastapel’ di dapur. Dia berdiri di situ sembari mencuci muka dan tangannya, kemudian mengelapnya dengan tissue. Tatkala sedang dalam kondisi demikian, tiba-tiba dia terjatuh dan tersungkur di situ, lalu tidak bergerak-gerak lagi untuk selama-lamanya.

Yah…dia benar-benar sudah tidak bernyawa lagi. Ternyata, dari hasil pemeriksaan dokter diketahui bahwa sebab kematiannya hanyalah karena ada air yang masuk ke telinganya!!.

Mengenai hal ini, Dr.’Abdur Razzaq Nawfal -rahimahullah- berkata, “Allah hanya menghendaki dia mati seperti keledai!.”

Sebagaimana diketahui berdasarkan penelitian ilmiah bahwa bila air masuk ke telinga keledai atau kuda, maka seketika ia akan mati?!!!.

(Sumber: Majalah “al-Majallah”, volume bulan Shafar 1423 H sebagai yang dinukil oleh Ibrahim bin ‘Abdullah al-Hâzimiy dalam bukunya “Nihâyah azh-Zhâlimîn”, Seri ke-9, h.73-74)

Siapa bilang ikhlas itu susah???


iapa bilang ikhlas itu susah??? Aug 25, '08 5:22 PM


Assalamu`alaikum wr wb

Ikhlas dalam islam ibaratnya adalah sebuah kunci untuk memasuki sebuah rumah. Tanpa kunci maka kita tidak akan bisa memasuki rumah tersebut. Dipaksa masuk maka kita tak ubahnya seperti maling yang ingin mencuri dan mengancurkan rumah tersebut. Jika islam maka ikhlaslah dalam berislam dan menjalani. Ikhlas juga merupakan sebuah persyaratan mutlak untuk diterimanya sebuah ibadah diterima oleh AllahSWT. Baik itu ibadah ritual maupun ibadah social.

Dalam ibadah ritual misalnya, adalah shalat yang paling sering dipermasalahkan. Kita semua mengetahui bahwa tatkala kita shalat berarti kita akan mencegah perbuatan yang buruk dan menyebarkan perbuatan yang baik. Tapi, realita berkata lain. Dan bukan rahasia umum jika kita mendapati bahwa banyak yang shalat tapi enggan menerima islam secara penuh. Shalat tapi masih malas berhijab. Shalat tapi masih dekat dengan zina serta korupsi. Jawabannya mudah, tatkala shalat hanya sebagai rutinitas yang mengharapkan embel-embel dunia maka shalat itu hanya sampai disitu. Dia tidak akan membentuk karakter yang sesuai dituntun dalam alquran. Dan ikhlas adalah syarat sebuah shalat menjadi sebuah kesempurnaan dalam ibadah.

Ibadah social pun tak jauh berbeda. Hal ini bisa sangat jelas kita dapati dalam keseharian. Begitu banyak orang yang menelanjangi dirinya dengan perbuatan-perbuatan naik yang sebenarnya hanya sebuah kepura-puraan semata. Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa jika yang berbicara itu mulut maka yang dengar adalah kuping, dan jika yang berbicara adalah hati maka yang dengar adalah hati. Dengan kata lain, tatkala keikhlasan yang berbicara ataupun bertindak maka dia akan menghasilkan sebuah kebaikan yang nyata. Sudah berapa banyak kita melihat banyak memberikan janji manis tapi sebenarnya adalah sebuah penipuan yang nyata. Harus berapa banyak lagi kita melihat begitu banyaknya orang yang bersembunyi dibalik kemunafikannya. Manis tapi sesungguhnya pahit. Ini semua akan jauh berbeda saat kita mendengar atau melihat orang-orang yang berkata atau bertindak dengan keikhlasan yang nyata.

Jadi permasalahan sekarang adalah paradigma berpikir masyarakat kita sekarang ini mengatakan bahwa ikhlas itu mudah diucapkan tapi sulit dilakukan. Atau, ikhlas itu adalah sebuah kesulitan yang nyata. Lantas jika demikian bagaimana dengan ibadah dan kehidupan kita selama ini. Bukankah keikhlasan itu adalah sebuah kunci untuk sebuah kebaikan dan kebenaran dalam kehidupan.

Paradigma seperti ini sudah sangat menyesatkan masyarakat kita selama ini, terutama umat islam. Sebenarnya, tidak ada yang sulit dalam kehidupan manusia. Karena Allah telah menciptkan manusia sebagai makhluk sempurna sebagai manusia. Jadi dengan kata lain, segala sesuatu itu muncul dan berkembang karena manusia itu mampu menjelaninya. Sayangnya, kita lebih banyak tenggelam dalam keluhan daripada mencari tahu dan jalan keluar dari setiap permasalahan. Dan kebanyakan kita selalu mengatakan bahwa sebenarnya ikhlas itu sulit, sesulit kita mengatakan bahwa kita beriman.

Pada dasarnya ikhlas itu tidaklah sesulit yang dibayangkan. Akan tetapi ikhlas itu akan menjadi sulit tatkala kita yang menakarnya. Dalam artian, tatkala kita mengerjakan sesuatu lalu mengatakan bahwa kita ikhlas mengerjakannya biasanya dalam hati kecil akan ada muncul sebuah desir kecil yang bermain. Bisa jadi, tatkala kita mengatakan bahwa kita ikhlas padahal sebenarnya belum. Walaupun sudah sekuat tenaga kita mengatakan bahwa kita ikhlas. Dalam contoh yang lebih mudah dapat kita dapati tatkala kita jatuh cinta kepada sesuatu hal, dan hal itu akhirnya diambil lagi oleh pemiliknya. Dimulut kita mengatakan bahwa kita ikhlas akan pengambilannya. Tapi hati (baca : perasaan) kita tidak bisa menerimanya begitu saja. Tak jarang kita tenggelam dalam ketakutan berkepanjangan, kegelisahan dan kegundahan tak menentu. Belum lagi dengan tindakan yang secara langsung ataupun tidak akan menunjukkan ketidak ikhlasan kita dalam menerima keadaan.

Ikhlas (menurut saya) adalah sebuah pengorbanan tanpa pamrih dan tanpa balas. Saat kita member maka cukupkan sampai disitu. Luruskan dengan niat karena Allah lalu diam. Sudah. Sebenarnya, secara tidak langsung, Allah telah mengajarkan manusia untuk dapat bisa membiasakan dirinya ikhlas dalam menjalani kehidupan sehari-hari sebagai khalifah dimuka bumi. Yaitu dimana setiap pagi sehabis bangun dari tidur kita selalu melakukan sebuah perbuatan yang sangat ikhlas tanpa tanding. Yaitu BUANG HAJAT.

Ya! Seharusnya ikhlas itu seperti kita buang hajat. Setiap kali kita membuat hajat, tak sedikitpun dalam benak kita terpikir untuk menariknya kembali dan memasukannya kedalam perut suatu saat nanti. Alih-alih berpikir demikian kita malah menutup hidup dan menyiramnya cepat-cepat agar tidak meninggalkan sisa. Dan seperti sebuah siklus kehidupan, sesuatu yang ikhlas akan berbuah indah. Maka hajat yang kita buang (secara tidak sadar) dengan ikhlas tersebut berbuah manis bagi orang lain. Yaitu mereka pengusaha pengolahan limbah manusia. Mungkin, andaikata buang hajat tidak ikhlas maka tidak akan ada pabrik pengolahan limbah. Jika tidak ada pabrik pengolahan limbah maka akan banyak orang yang nganggur, anak-anak tidak sekolah, dan yang terpenting adalah tidak sehatnya sebuah siklus kehidupan dimana kotoran seharusnya terurai menjadi sumber energy.

Sekarang, apa kita tidak malu tatkala mengatakan bahwa ikhlas itu sulit atau susah sedangkan setiap pagi semua kita melakukan sebuah perbuatan yang ikhlas. Dan ternyata secara tidak langsung Allah mengajarkan kepada kita untuk berlaku ikhlas. Ini hanya sebuah contoh kecil tapi andaikata terjadi dalam siklus yang lebih besar maka efek yang ditimbulkan juga akan lebih besar dan bermanfaat. Bukankah tatkala kita ikhlas ibadah kita diterima oleh Allah. Dan bukan dengan ikhlas dalam menjalankan islam maka akan timbul sebuah kedamaian didalam hati sehingga kitapun akan menjadi pribadi-pribadi yang bahagia.

Apa tidak bisa tatkala kita memberi seperti kita membuang hajat dipagi hari. Disiram cepat-cepat dan tidak mau tahu bagaimana keadaan dari pemberian kita itu. Tidak usah diingat dan diungkit-ungkit lagi. Biarkan saja dia berproses menjadi sesuatu yang berguna nantinya, dan siapa tahu mungkin di yaumil hisab nanti justru hal-hal yang ikhlas itu akan menolong kita dari siksa neraka. Jadi pertanyaan sekarang, jika sudah diajari bertahun-tahun selama ini mengenai ikhlas, masihkah kita mengatakan bahwa ikhlas itu sulit? Tidak malu? Sedangkan selama tujuh kali seminggu, tiga ratus enam puluh lima kali setahun kita selalu diajari ikhlas setiap pagi. Bukankah itu adalah sebuah kemuliaan tatkala kita bisa ikhlas dalam memimpin dan menjalani hari-hari dibumi allah ini.

Jadi, Masih buang hajatkan?!

Wallahu`alam

Wassalamu`alaikum wr wb.
by yudimuslim.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More