26 Juli 2010

Menyambut Ramadhan 1431 H / 2010 M

Bila boleh dimisalkan ramadhan laiknya tamu yang sangat mulia. Kedatangannya begitu dinanti-nanti dan ditunggu-tunggu. Sebab ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan dan ampunan.

Ramadhan menawarkan begitu banyak keutamaan untuk diraih. Banyak pahala yang dapat direngkuh dan begitu banyak ampunan yang dapat digapai di dalamnya. Dan puncak dari itu semua adalah pembebasan dari api neraka.

Maka tidaklah salah apabila rasulullah bersabda:

رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانَ لَمْ يُغْفَرْ لَهُ

“Celakalah seseorang hamba apabila dia bertemu dengan ramadhan akan tetapi tidak diampuni dosanya.”

Hal ini dikarenakan banyaknya amalan yang dimudahkan oleh Allah untuk pelaksanaannya, akan tetapi dia tidak dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Karenanya, semakin siap seorang menyambut ramadhan, maka sesiap itulah dia akan mendapatkan kebaikan yang sangat banyak.

Dan kini, tak terasa kita sudah berada di pertengahan bulan Sya’ban. Itu berarti bahwa ramadhan akan menghampiri kita dalam hitungan hari. Namun, sudah seberapa siapkah kita menyambut ramadhan?

Mungkin di antara kita ada yang sadar akan datangnya tamu yang mulia itu. Namun kesadaran itu belum sampai pada tahap bagaimana mempersiapkan diri hingga benar-benar siap menjemput Ramadhan dan menghidupkannya dengan berbagai amalan.

Karenanya, sebelum ramadhan datang menghampiri, kita perlu mempersiapkan diri untuk menyambutnya. Setidaknya ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan dalam menyambut ramadhan tahun ini:

Persiapan pertama : Persiapan mental.

Persiapan mental ini lebih terkait dengan bagaimana kita mempersiapkan mental dengan memupuk kerinduan dalam hati. Tak lupa kita juga sembari berazzam untuk memaksimalkan detik demi detik ramadhan yang akan kita lalui. Tentunya dengan meniatkan untuk melaksanakan amal sebanyak-banyaknya.

Persiapan mental ini juga dengan berdoa kepada Allah agar dikarunia istiqomah dan keteguhan hati ketika bertemu dengan bulan ramadhan. Mempersiapkan mental untuk menghadapi ramadhan sangatlah penting. Sebab, jika mental kita kuat, seberat apapun ujian yang akan dihadapi tidak akan menggoyahkan langkah. Juga akan menjadikan pekerjaan yang kita jalani akan terasa ringan. Bukankah begitu?

Persiapan kedua : persiapan fisik dan ruhiyah .

Persiapan ruhiyah ini dengan mulai menempa diri untuk memperbanyak ibadah. Misalnya saja tilawah Al-Qur’an, sholat sunnah, dzikir, doa, dan lain-lain. Tak lupa mulai menghidupkan malam dengan shalat tahajud. Serta melatih diri untuk melaksanakan puasa sunnah.

Dalam sebuah hadits ibunda ‘Aisyah meriwayatkan bahwa menjelang Ramadhan Rasulullah memiliki kebiasaan memperbanyak shaum sunnah di ublan sya’ban. Beliau berkata: “Saya tidak melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim)”.

Persiapan ketiga : persiapan ilmiyah fikriyah.

Persiapan ilmiyah fikriyah ini dilakukan dengan menambah ilmu berkaitan tentang ramadhan. Apa-apa yang dapat membatalkan ramadhan, amalan-amalan sunnah di bulan ramadhan, keutamaan ramadhan, dan bagaimana memanfaatkan ramadhan.

Sehingga, ketika ramadhan kita tidak hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Tentunya semua itu perlu dilandasi dengan ilmu. Tanpanya kita bisa terjatuh kepada amalan yang tidak disunnahkan oleh Rasulullah saw.

Alih-alih mendapatkan pahala, malah mendapatkan dosa. Karenanya kita dapat kembali mereview pengetahuan kita tentang ramadhan. Atau mencari buku-buku tentang ramadhan dan menjadikannya sebagai bahan bacaan dan bekal dalam mengarungi bulan ramadhan.

Persiapan keempat : persiapan finansial

Acap kali puasa yang dilakukan akan terganggu kekhusyukannya karena permasalahan yang kita anggap sepele. Salah satunya adalah persiapan finansial.

Karenanya, mempersiapkan materi yang halal untuk bekal menjalani ramadhan juga mutlak diperlukan. Terlebih apabila nantinya akan memaksimalkan sepuluh hari terakhir dengan kegiatan i’tikaf.

Sehingga ketika ramadhan tiba, kita dapat fokus beribadah. Tak perlu lagi memforsir tenaga untuk mencari harta atau kegiatan lain yang mengganggu fokus beribadah.

Mungkin, ramadhan tahun ini bukanlah yang pertama bagi kita. Sudah belasan atau puluhan kali kita melaluinya. Yang menjadi pertanyaan, sudah berapa banyak kita menyambut datangnya ramadhan dan menjadikannya sebagai tamu yang istimewa?

Bisa jadi ramadhan yang telah kita lewati hanya berlalu tanpa makna dan bekasnya. Jika itu yang terjadi, tidak salah apabila kita berazzam untuk menjadikan Ramadhan di tahun ini begitu berarti. Jangan sampai terlewa begitu saja seperti tahun-tahun sebelumnya.

Rasanya, tiada kata terlambat sebelum semuanya terjadi!

Oleh: Firmansyah

Terinspirasi tulisan Alfin Falihian

Sekretaris Umum YISC Al-Azhar 2008-2009

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More