31 Desember 2008

Hidup bersama dakwah (Renungan)

ini adalah sebuah perenungan tentang indahnya hidup bersama da'wah selama satu dasawarsa ini. penuh dengan pelangi yang indah, penuh denga duri yang merintang, penuh dengan nuansa kabahagiaan...

kubuka tulisan ini dengan sebuah ungkapan:

“Dakwah ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama da’wah dan da’wah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barangsiapa lemah dalam memikul beban ini, ia terhalang dari pahala besar mujahid dan tertinggal bersama orang-orang yang duduk. Lalu Allah SWT akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul beban dakwah ini” (Imam As Syahid Hasan Al Banna)

Pernahkah terpikir oleh kita sebelumnya, bahwa kita akan dipilih Alloh menjadi para penggerak da’wah? Pernahkah terlintas dalam benak kita bahwa hari-hari yang akan kita lalui adalah hari-hari yang melelahkan,
penuh dengan rintangan dan perjuangan? Pernahkah terbayang oleh kita sebelumnya, bahwa kehidupan yang akan kita jalani (sepertinya) tidak selancar kehidupan orang lain yang justru tidak/belum bergabung dalam barisan da’wah ini?

Bukankah ini adalah nikmat terbesar dari Alloh, dan bentuk kasih sayang-Nya yang telah membelokkan hati kita dari jalan kehancuran menuju jalan keselamatan ?

Saudaraku…

Mungkin diantara kita ada yang tidak pernah berharap sebelumnya untuk bergabung dalam barisan ini. Tapi cobalah kemudian renungkan! Apa yang akan terjadi sekiranya Alloh tidak memberikan hidayah itu kepada kita? Tentulah kita akan menjadi orang yang merugi di akhir kehidupan kelak karena tidak ada bekal yang bisa kita persiapkan untuk menghadap Alloh. Mungkin ada pula diantara kita yang mengeluh dengan semua
bentuk keletihan yang didapatkan di jalan ini. Tapi cobalah kemudian renungkan!! Apa yang akan terjadi sekiranya kita tidak meletihkan diri dengan amal-amal yang mendekatkan diri kepada Alloh? Tentulah kita akan diletihkan dengan perbuatan-perbuatan yang mejauhkan kita dari-Nya.

Saudaraku…

Mungkin pernah terlintas dalam pikiran kita untuk rehat sejenak atau bahkan berhenti dari da’wah ini dengan alasan bahwa da’wah ini terlalu berat untuk dipikul oleh orang-orang seperti kita. Maka marilah kita mulai bercermin pada perjuangan Rasulullah SAW, yang mana perjuangan dan rintangan yang kita hadapi saat ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang pernah beliau hadapi.

Saudaraku..

Mungkin pernah bahkan sering ‘kesendirian’ menghinggapi jiwa kita sementara amanah da’wah terasa amat berat. Terkadang ada yang luntur kesabarannya karena terjadi kesalahpahaman dengan yang lain. Maka
izinkanlah diri ini mengingatkan kepadamu wahai saudaraku tentang sebuah ayat cinta dari Yang Maha Pencinta, “Wahai orang-orang yang beriman. Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu…” (QS. Ali Imran: 200).

Kesabaran dalam perjuangan bukanlah suatu bentuk penyiksaan yang menyebabkan seseorang berkata, “Kesabaran itu ada batasnya!” melainkan ia merupakan nikmat dari Rabb Yang Maha Pengasih.

Semua ini adalah bentuk nikmat dari Allah yang dilimpahkan kepada kita agar tidak menjadi orang-orang yang merugi. Maka sudah sepantasnya kita mensyukuri nikmat itu dengan berda’wah dan berjihad di jalan-Nya.

31 Desember 2008, Sekolah Alam Natur islam

Jazakallah kepada seorang ustadz yang telah membimbingku dengan sabar... semoga ALLAH senantiasa melindungi keluarga antum.

Jazakallah kepada teman-teman yang senantiasa hadir memberikan semngat dan motivasinya. Subhanallah ana bahagia mempunyai saudara-saudara seperti antum....
tetap ittiqomah yah akhi..

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More