Pada hakikatnya setiap kita adalah kuncup bunga yang terikat pada batang pohon kehidupan. Kuncup yang kemudian dapat mekar ataupu layu sebelum berkembang. Jikalau mekar maka bunga seperti apa yang dihasilkannya? Mungkin merah, putih, kuning, violet ataupun hitam. Bisa cantik maupun tak sedap dipandang. Ya, itulah pribadi kita….
Pengkiasan ini tidak kumaksudkan pada rupa, fisik, body, atau apapun itu namanya… melainkan pada karakter kepribadian kita. Karena berapa banyak orang yang bisa mempesona kita dalam pertemuan pertama, tetapi kemudian menjadi tidak menarik dalam pertmuan selanjutnya, karena seluruh pesonanya ada pada fisiknya. Sebaliknya, ada sorang yang biasa-biasa saja dalam pertemuan pertama, tetapi semakin dalam kita mengenalnya, semakin jauh kita tertarik pada nya. Pertanyaannya adalah pada posisi manakah kita berada saat ini??? Kuncup yang layu ataukah kuncup yang mulai mekar???
Kuncup yang mekar menjadi bunga itu seperti varitas manusia unggul yang sudah teruji coba. Adalah wajar bagi manusia jika terkadang khilaf. Tapi yang menjadi catatan pentingnya adalah kemudian dia memperbaiki dirinya dan tidak mengulangi kembali kekhilafannya itu. Yang tidak wajar adalah jika ada manusia yang melakukan kesalahan kemudian dia selalu bangga dengan dosa yg diperbuatnya tanpa pernah mau memperbaiki dirinya (semoga itu bukan kita). Memang terkadang sulit bagi kita untuk menjamah varietas unggul tersebut dalam bentuk nyata dalam diri kita. Karena setiap kita punya masa lalu. yang tidak selalu mulus dalam perjalanan sejarahnya. Tapi yang pasti yakinlah bahwa transformasi itu pasti mampu di wujudkan asalkan ada kemauan, usaha, dan do’a yang nyata dan bukan hanya angan-angan belaka.
Jika saat ini kita adalah kuncup, maka jangan biarkan diri kita menjadi layu sebelum berkembang. Mulailah tanamkan azam (niat yang kokoh) dalam hati untuk mejadi bunga mekar yang mempesonakan setiap orang yang memandangnya (maksudnya orang selalu mengingat kita dalam kapasitas orang yang baik dan emang baik beneran loh). Kemudian carilah lingkungan (teman2) yang kondusif yang mampu memberikan suplay makanan pada jiwa kita agar kuncup ini tetap kuat berpegangan pada pohon kehidupan. Setelah itu siramlah diri kita dengan air keimanan secara teratur agar kebutuhan satisfaction jiwa dapat terpenuhi (ndak merasa hampa githciu). Dan kenikmatan untuk selalu menjadi bunga dapat terenyuh dalam hatimu... selanjutnya sinari diri kita dengan cahaya ketaqwaan yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip kehidupan yg tlah di gariskan oleh Allah SWT. Agar bunga itu selalu ingat bahwa dirinya harus mekar selalu....
Semoga kita bisa mejadi bunga yang mempesonakan orang yang memandang kita dan membuat mereka ingin selalu menjadi kuncup mekar menjadi bunga...
terinspirasi dari buku Biar Kuncupnya Mekar Jadi Bunga... anis matta pustaka Ummi jakarta, 2005. yg di bold diambil dari hal. 6
25 Desember 2008
Biar Kuncupnya Mekar jadi Bunga
09.37
Keindahan