26 Juli 2010

INDAH NIA TIDUR ORANG BERIMAN

Tatkala tidur, semua organ tubuh kita sedang beristirahat kecuali jantung yang masih terus berdetak. Allah bahkan menamakan tidur sebagai kematian kecil sebelum kematian yang sesungguhnya. Ringkas kata, tidak ada yang dilakukan oleh tubuh kecuali karena di luar kesadarannya. Namun sungguh menakjubkan keadaan orang-orang mukmin; walau dalam keadaan tidur sekalipun, mereka tetap mendapatkan ampunan Allah. Kok bisa ? siapa yang mendoakannya ?

1. Saudara seiman

Diriwayatkan oleh Ka’ab Al-Ahbar رضي الله عنه bahwa beliau berkata, “Berapa banyak orang yang Qiyamul lail dikaruniai rasa syukur oleh Allah dan berapa banyak orang yang tidur terlelap diampuni oleh Allah, yaitu pada dua insan yang saling mencintai karena Allah. Kemudian salah seorang dari keduanya melaksanakan sholat malam lalu Allah meridhoi sholat dan do’anya sehingga Dia tidak menolak do’anya sedikitpun. Di sela-sela do’anya di kegelapan malam, dia ingat saudaranya yang tertidur dan berdo’a, “Ya Allah, ampunilah saudaraku, fulan.” Allah pun mengampuni saudaranya padahal dia dalam keadaan tidur.” (Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim dan Al-Faiq karya Az-Zamahsyary).

Ummu Darda’ juga meriwayatkan bahwa pada suatu malam, ketika Abu Darda’ رضي الله عنه sedang shalat, ia menangis sembari berdoa, “Ya Allah, engkau telah memperbagus bentukku, maka perbaguslah akhlakku.” Doa tersebut selalu diulang-ulang hingga pagi hari.

Lalu aku bertanya, “Wahai Abu Darda’, mengapa do’amu sejak semalam hanya meminta dibaguskan akhlak saja ?”

“Wahai Ummu Darda’, bila akhlak seorang muslim baik maka kebaikan akhlaknya akan memasukkannya ke dalam jannah. Namun bila akhlaknya buruk maka keburukan akhlaknya akan memasukkannya ke dalam naar. Dan seorang muslim pasti akan diampuni dosanya meski ia tidur.” jawab Abu Darda’ رضي الله عنه.

“Bagaimana hal itu bisa terjadi ?” tanyaku

“Karena saudaranya bangun di malam hari untuk bertahajjud. Lalu ia berdoa kepada Allah dan doanya dikabulkan. Kemudian ia mendoakan saudaranya dan doanya juga dikabulkan.” Jelas Abu Darda’ رضي الله عنه .

Saling mendoakan kebaikan

Inilah sekelumit faedah yang Allah karuniakan kepada Al-Mutahabbuna fillah (orang yang saling mencinta karena Allah). Mereka melandaskan cinta dan benci karena Allah semata, bukan karena hubungan nasab apalagi harta. Karenanya, pribadi mukmin adalah pribadi yang peka terhadap kondisi saudaranya. Ia mencintai kebaikan untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai kebaikan untuk dirinya sendiri. Dan tidak ada kebaikan yang lebih indah dari kebaikan akherat, yaitu mendapat ampunan Allah Ta’ala. Ia sadar bahwa saudaranya tidak mungkin terlepas dari dosa, baik dosa mata, dosa kaki, dosa tangan, atau dosa lisan. Kalau toh terbebas dari itu semua, ia tidak mungkin terlepas dari dosa hati berupa keteledorannya dalam menunaikan hak-hak Allah Ta’ala. Karena tidak selalunya hati saben waktu berdzikir kepada-Nya. Di sinilah kepekaan sebagai seorang mukmin muncul sehingga ia harus saling mendoakan saudaranya seiman. Bukankah doa yang terlantunkan tanpa sepengetahuan saudaranya adalah mustajab ?

Diriwayatkan oleh Abu Darda’ رضي الله عنه, beliau berkata, Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Tidaklah seorang muslim mendoakan kebaikan untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya kecuali malaikat berkata, “Dan kamu juga mendapat yang serupa.” (HR. Muslim nomor 4912).

Shofwan رضي الله عنه juga meriwayatkan, ketika sampai di Negri Syam, aku bermaksud menjumpai Abu Darda’ رضي الله عنه di rumahnya. Tetapi aku tidak bertemu dengannya dan hanya bertemu dengan Ummu Darda’.

Lalu ia bertanya kepadaku, “Apakah engkau akan menjalankan ibadah haji pada tahun ini ?”

“Ya.“ jawabku.

“Kalau begitu, doakan kami semoga selalu baik-baik saja. Sesungguhnya Nabi صلى الله عليه وسلم pernah bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya itu mustajab, karena di atas kepalanya terdapat para malaikat yang setiap kali ia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, mereka berkata, “Amin, dan semoga engkau mendapatkan kebaikan seperti itu pula.” (HR. Muslim nomor 4913).

Al-Qodhi Iyadh mengatakan,”Ada sebagian salaf yang jika hendak berdoa untuk kebaikan dirinya, ia justru mendoakan saudaranya dengan doa tersebut karena doa itu pasti akan diijabahi dan ia akan mendapatkan hal yang serupa.”

Orang yang berbahagia mendapat doa dan istighfar Malaikat

Syaikh Utsaimin menjelaskan bahwa orang yang bahagia mendapatkan doa malaikat ada dua, pertama : orang yang didoakan oleh saudaranya secara ghaib karena malaikat yang ada di samping si pendoa mengatakan, “Amin.” Yang artinya, “Kabulkanlah doa orang ini untuk saudaranya.” Dan yang kedua, orang yang mendoakan, karena malaikat akan menyahutnya dengan mengatakan, “…wa laka bi mitslin. Dan engkau juga mendapatkan yang serupa.”

Artinya, bagaimanapun juga, orang yang mendoakan saudaranya lebih baik karena ia mendapatkan dua kebaikan sekaligus, pahala berdoa dan terkabulnya doa untuknya. Padahal sekali berdoa untuk satu orang mukmin, Allah akan menuliskan untuknya satu kebaikan. Semakin banyak jumlah kaum mukminin yang kita doakan maka sebanyak itu pulalah kebaikan yang akan kita dapatkan. Inilah yang disebutkan oleh Syaikh Muhammad Nu’aim dalam kitabnya, “Kaifa tuthilu umraka.”

Diriwayatkan oleh Ubadah bin Shomit رضي الله عنه, beliau berkata, “Aku mendengar Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda, “Barang siapa beristighfar untuk orang-orang beriman (laki-laki dan perempuan), maka Allah akan menuliskan untuknya satu kebaikan pada setiap mukmin dan mukminah.” (HR. Thabrani, Al-Haitsami dalam Majma’uz Zawa’id (10/94) mengatakan, hadits ini sanadnya shahih).

Allah pun memuji orang-orang beriman yang mendoakan saudaranya yang telah berlalu dengan firman-Nya,

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, “Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sungguh Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hasyr : 10).

Teladan para Salaf

Kebiasaan beristighfar kepada saudara seiman ini sering kali dilakukan oleh shahabat agung, Abu Darda’ رضي الله عنه.

Ummu Darda’ meriwayatkan, “Abu Darda’ رضي الله عنه memiliki 350 teman seiman dan seagama. Ia selalu mendoakan mereka setiap sholat. Lalu aku menanyakan kebiasaan itu kepadanya, dan ia menjawab, “Ketika seseorang mendoakan saudaranya dari jauh tanpa sepengetahuannya, Allah menugaskan dua malaikat untuk berkata, “Wa laka bi mitslin. Semoga engkau mendapatkan seperti itu pula.” Karena itu, tidakkah wajar bila aku ingin didoakan pula oleh para malaikat ?”

Shahabat Ka’ab bin Malik رضي الله عنه pun tidak ketinggalan. Beliau selalu mendoakan dan memohonkan ampunan untuk As’ad bin Zurarah setiap kali ia mendengar adzan Jum’at. Suatu ketika anaknya bertanya, “Wahai Ayah, mengapa setiap kali mendengar adzan Jum’at, ayah selalu mendoakan Abu Umamah (As’ad) ?” “Wahai anakku, dia adalah orang yang pertama kali mengimami shalat Jum’at kami di Madinah.”jawab Ka’ab. Anaknya kembali bertanya, “Berapa jumlah kalian pada saat itu?” Ka’ab menjawab, “40 orang laki-laki.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al-Hakim).

Hal ini juga dilakukan oleh Imam Ahmad رحمه الله. Beliau pernah berkata kepada putra Imam Asy-Syafi’i, “Ayahmu termasuk tujuh orang yang aku doakan kepada Allah di waktu-waktu menjelang shubuh, waktu sahur.” Dan tujuh orang tersebut adalah sahabat dan saudaranya. Karenanya, mari kita banyak mendoakan saudara kita. Semoga kita tidak hanya bertemankan di dunia semata tapi juga di jannah-Nya. Allahumma Taqabbal.

2. Para Malaikat pun beristighfar untuk mereka

Indah nian tidur orang beriman. Bukan hanya saudara seiman yang mendoakan mereka, tapi juga para malaikat pemikul Arsy dan malaikat-malaikat di sekelilingnya. Mendapat doa dan istighfar manusia itu biasa sedangkan mendapat doa dan istighfar malaikat itu baru luar biasa. Sungguh indah menjadi orang beriman.

Allah berfirman, “(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekililingnya bertasbih memuji Rabbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan), “Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan naar yang menyala-nyala.” (Al-Mukmin : 7).

Al-Qurthubi menyebutkan bahwa malaikat-malaikat pemikul Arsy dan malaikat-malaikat di sekelilingnya adalah malaikat-malaikat paling terhormat dan paling mulia. Merekalah yang mendoakan kebaikan bagi orang-orang mukmin.

“Inilah” kata Syaikh As-Sa’di “Salah satu dari sekian banyak fadhilah dan keutamaan iman; yaitu mendapat doa dari para malaikat yang beriman kepada Allah dan tidak berdosa sedikit pun. Mereka memohonkan ampun bagi mereka. Jadi, keimanan seorang mukmin lah yang menyebabkan fadhilah yang agung ini.” Allahu Akbar !

Berkenaan dengan ayat ini, Khalaf bin Hisyam pernah membacakan surat Al-Mukmin di atas kepada Salim bin Isa. Salim bin Isa pun langsung menangis dan berkata, “Wahai Khalaf, alangkah mulianya seorang mukmin di sisi Allah. Ia berbaring di kasurnya sedang malaikat memohonkan ampun baginya.”

Semoga kita bisa mempertahankan nikmat yang agung ini, nikmat Iman dan bersua Allah dengan husnul khatimah. Allahumma Inna Nas’alukal ‘Afiyata fid Dunya wal Akhirah. Ya Allah, kami memohon keselamatan dan kebaikan kepada-Mu, di dunia dan akherat.

Referensi :

  1. Syahrun Wahid li Tarbiyati Jilin Wa’id karya Abdullah Muhammad Abdul Mu’thi;
  2. Menyongsong doa malaikat karya Syaikh Utsaimin;
  3. Misteri panjang umur karya Syaikh Muhammad Nu’aim;
  4. Dan bacaan-bacaan lain.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More